Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689
Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah.
SERI-17
Hari berikutnya Aku berangkat sendiri mengunjungi Marseille, kota paling selatan di Perancis, yang berhadapan langsung dengan Laut Mediterania. Selain Paris, Marseille merupakan kota dengan imigran Muslim yang cukup besar. Kotanya cukup bersih, banyak bangunan tua yang dirawat baik, dan yang paling menyenangkan, kapal-kapal kecil yang tampaknya milik pribadi ditambatkan pada pelabuhan yang ditata sedemikian rupa di tepi kota sehingga melahirkan keindahan tersendiri.
Aku suka duduk berlama-lama memerhatikan turis-turis berlalu lalang di bulevard lebar dengan latar belakang perahu-perahu itu. Sementara, di seberangnya berjajar kafe-kafe beraneka ragam menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman. Jiwa petualanganku mendorong untuk menyusuri jalan-jalan sempit di belakang bangunanbangunan megah itu.
Aku terperanjat ketika melihat anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang cukup luas, karena wajah mereka agak berbeda dengan wajah orang Perancis asli. Aku terus berjalan sambil memerhatikan bangunanbangunan rumah mereka yang bernuansa Arab Afrika Utara.
Sampai di satu sudut, Aku melihat sebuah tempat yang tidak terlalu mewah tapi cukup bersih. Di depan bangunan itu ada tulisan dalam bahasa Arab, Mat’am Sahara, dan di bawahnya ditulisi dengan bahasa Inggris, Sahara Restaurant. Aku langsung masuk ke tempat itu. Aku disambut dengan sangat ramah oleh sang pelayan yang bertubuh kecil tapi bergerak sangat lincah.
“Ahlan wa sahlan wa marhaban”, katanya mengucapkan selamat datang dengan bahasa Arab. Mungkin Ia tahu bahwa Aku seorang turis dan penyambutan seperti itu bagian dari cara untuk menariknya. Aku dipersilakan duduk.
“Qahwa au syahi (kopi atau teh)”, katanya lagi.
Aku tidak bisa menangkap kata-katanya secara jelas, karena dialeknya terasa asing bagiku. Aku diam saja sambil terus memandanginya dengan senyum. “Tea or coffee”, katanya mengulangi dalam bahasa Inggris.
“Du the s’il vous plait”, jawabku memesan teh dengan bahasa Perancis.
Si pelayan kecil ini tertawa riang. Mungkin pengucapanku tidak terlalu pas. Lalu Ia membawakan Aku seteko teh dengan gelas kecil khas Timur Tengah. Teh dituangkan seperlunya lalu diminum, kalau sudah habis diisi kembali, sehingga teh yang ada di gelas kecil selalu panas. Rasanya sedikit berbeda dengan teh yang biasa Aku minum, seperti ada rasa mentolnya.
Lalu Ia menyuguhkan menu masakan, sebagian Aku faham dan sebagian lagi tidak. Aku memilih Laham Masywi yang dibantu dengan gambar, kambing bakar dikombinasi dengan kentang goreng yang di sini disebut Frend Fresh. Restoran ini tampaknya tidak banyak dikunjungi turis, bahkan Aku melihat lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat Arab setempat atau yang datang dari luar kota. Sehingga kehadiranku mungkin istimewa bagi mereka. Kebetulan sesudah Aku memesan tidak banyak tamu yang datang. Sang pelayan lalu mendekatiku.
“Dari mana sesungguhnya Anda berasal?”, tanya si pelayan sambil menarik sebuah kursi dan duduk di dekatku.
Aku jawab apa adanya, “Saya orang Indonesia yang sedang belajar di Jerman.”
“Oh Andunesiiiii”, katanya.
Aku langsung teringat Azam. Caranya menyebut Indonesia mirip dengan cara Azam menyebutnya.
“Dan Anda?”, tanyaku balik.
“Aljazair”, jawabnya singkat sambil tersenyum bangga.
“Sama dong dengan Zidane”, komentarku.
“Oh, Zizou”, katanya.
Aku teringat pada panggilan akrab Zidane di Perancis.
“Bravo! Bravo!”, katanya dalam bahasa Perancis untuk menunjukkan kehebatan sekaligus kebanggaannya pada sang kapten yang berhasil mengantarkan kesebelasan Perancis menjadi juara dunia.
“Ayahnya bernama Smail Zidane. Zizou sendiri sebanarnya bernama Zainuddin. Jadi kalau digandeng dengan nama keluarganya menjadi Zainuddin Zidane, Tapi karena orang Perancis tidak bisa menyebut Zainuddin, maka sebutannya menjadi Zinedine Zidane, yang kemudian dikenal dengan panggilan pendeknya Zizou. Orang tuanya berasal dari Dusun Taguemoune di sebuah daerah perbukitan di Aljazair, sekitar 250 kilometer dari ibukota Algiers. Semula ayahnya tinggal di Paris, tapi kemudian pindah ke kota ini”, katanya dengan bahasa Inggris yang dialeknya campuran Arab dan Perancis.
“Apakah Zizou lahir di kota ini?”, tanyaku.
“Daerah ini bernama La Castellane. Di sinilah Ia lahir dan dibesarkan”, jawabnya sambil memandang ke wajahku.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-15): Louvre, Museum Terbesar di Dunia
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-16): Patung Liberty
“Waktu kecil Ia suka bermain bola di lapangan Place de la Tartane di depan sana”, tambahnya sambil menunjuk ke tempat tadi Aku menyaksikan anak-anak kecil bemain bola.
Lapangan itu berada di daerah kumuh dengan rumahrumah kotak sederhana dengan jalan berdebu. Di dalam map yang dibuat untuk turis dijelaskan bahwa daerah ini banyak dihuni oleh para imigran asal Aljazair dan Maroko.
“Ketika Perancis keluar sebagai kampiun Piala Dunia 1998, sebuah perayaan spontan meluap di kota Paris, lebih dari satu juta orang tumpah-ruah di Champs-Alysees. Potret Zidane, si pencetak dua gol yang menjadikan Perancis sebagai juara, ditampilkan bagai pahlawan. Tapi, sebagai minoritas kami tetap saja mendapat perlakuan diskriminatif. Penghargaan terhadap Zidane hanya muncul sesaat. Mereka lupa akan slogan yang didengung-dengungkan oleh Ernest Renan: le desir de l’tre ensemble. Suatu bangsa itu terbentuk bukan karena kesamaan etnis, juga bukan karena persamaan agama, tapi karena semangat yang menyala-nyala dari sebuah komunitas yang ingin bersatu”, katanya dengan nada sedih.
Lalu Aku teringat pada mendiang Presiden Sukarno yang sering kali mengutip pernyataan Renan itu.
“Apalagi saat Jean Marie Le Pen memimpin Front Nasional, Ia selalu berkampanye anti-imigran, menganggap kami bukan orang Perancis dan harus segera meninggalkan negeri ini. la sangat rasialis”, kata pelayan itu lagi dengan nada marah yang ditahan.
Cerita itu memicu ingatan kolektif yang terakumulasi dari apa yang Aku lihat dan Aku dengar selama berada di Eropa. Aku teringat kisah bangsa-bangsa besar yang pernah Aku baca dalam sebuah buku sejarah di perpustakaan kampus. Mesir, Persia, Yunani dan Romawi, pernah berjaya, kemudian terpuruk saat bangsa-bangsa itu meninggalkan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.
Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah fenomena ini merupakan tanda-tanda awal keruntuhan Barat setelah berjaya selama lebih dari lima abad sejak Renaissace ? Apakah umat Islam bisa tampil kembali untuk memimpin dunia sebagaimana ia pernah lakukan selama tujuh abad sebelumnya bersamaan dengan keruntuhan Romawi? Atau mungkinkah kini giliran bangsa-bangsa Asia Timur seperti Jepang, Cina dan Korea, sebagaimana diramalkan para futurolog? Wallahua’alam bisawab.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ![]()
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja

Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana




fryd barSeptember 15, 2023 at 6:57 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
cocaine vendor onlineNovember 7, 2023 at 8:15 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
ซุ้มลูกโป่งJanuary 30, 2024 at 6:54 am
… [Trackback]
[…] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
magic mushroom sporesMarch 13, 2024 at 6:29 pm
… [Trackback]
[…] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
helpful hintsApril 11, 2024 at 1:20 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 70022 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
PhimmoiMay 26, 2024 at 9:44 am
… [Trackback]
[…] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
Las Vegas SEO CoJune 20, 2024 at 6:42 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
เว็บตรง ลิขสิทธิ์แท้ จากต่างประเทศJune 21, 2024 at 6:02 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
SEO Affiliate DominationAugust 9, 2024 at 10:26 am
… [Trackback]
[…] There you will find 45096 more Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
บริษัทรับทำเว็บไซต์August 25, 2024 at 3:07 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
best eft hacksSeptember 21, 2024 at 6:08 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
แนะนำเกมสล็อตน่าเล่นจากค่าย Spadegaming SlotSeptember 22, 2024 at 7:38 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
เค้กดึงเงินSeptember 28, 2024 at 7:27 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
บล็อกปูพื้นNovember 27, 2024 at 4:32 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
this contact formJanuary 5, 2025 at 2:47 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]
BAU4IQ1January 8, 2025 at 2:43 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-17-mengunjungi-kampung-zidane/ […]