Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-22): Mengunjungi Piramida Firaun

Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-22): Mengunjungi Piramida Firaun
Dubes Muhammad Najib di sebuah desa di Propinsi Bas, Spanyol

Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689

Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air. 

Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah. 

SERI-22

Aku tidak menyangka ternyata perkenalanku denganGamal Albana, saat menghadiri pertemuan pelajar di Istambul yang berlanjut dengan komunikasi lewat e-mail, mengantarkanku mengunjungi negeri Firaun-Mesir.

Saat berkenalan Aku mejebut namaku, “Amil”.

“Namaku Gamal”, katanya.

“Di Indonesia tidak ada nama Gamal”, kataku.

“Ah tidak betul, teman Saya asal Indonesia banyak yang bernama Gamal”, katanya meyakinkan.

“Jamal bukan Gamal”, kataku menegaskan.

la tertawa geli, “Orang Mesir selalu menyebut J dengan G”, katanya menjelaskan.

“Karena itu di negeriku tidak ada yang namanya Najib, yang ada Naguib”, tambahnya sambil tersenyum.

“Anda pernah mendengar nama Naguib Mahfudz?”, katanya lagi dengan nada tanya. Aku menggeleng karena memang belum pernah mendengarnya.

“Ia adalah sastrawan besar milik Mesir yang mendapat hadiah Nobel”, katanya dengan bangga.

“Presiden pertama Mesir juga bernama “Naguib”, lengkapnya : General Mohamed Naguib”, katanya sambal tersenyum.

Gamal adalah mahasiswa kedokteran American University of Cairo. Ayahnya aktivis Ikhwanul Muslimin dan pengagum berat Hasan Albana, sang pendiri. Itu sebabnya Ia diberi nama belakang Al Bana. Sedangkan Gamal diambil dari nama Presiden Mesir Gamal Abdul Naser yang bercita-cita mempersatukan semua negara Arab. Tapi Ia sendiri lebih mengagumi Sayyid Qutub, tokoh lain Ikhwanul Muslimin sepeninggal Hasan Albana.

Kutub bisa dikatakan perumus idiologi IM, demikian biasanya organisasi ini disebut oleh para kadernya. Kekecewaannya yang mendalam atas sikap diskriminatif Barat terhadap bangsa Arab dan umat Islam sangat menonjol dalam pemikirannya. Ideologi IM yang dirumuskannya boleh dibilang sebagai respon atau reaksi terhadap ideologi yang dipraktikkan Dunia Barat. Bagi Kutub Komunisme maupun Kapitalisme adalah dua ideologi yang serupa, karena keduanya dibangun di atas fondasi yang sama, yaitu materialisme. Slogannya, Kemerdekaan, Persaudaraan dan Keadilan, merupakan saripati ideologi yang dikembangkannya di atas fondasi Al-Qur’an dan Hadits dengan semangat spiritualisme yang sangat kental.

Wajah Gamal mendominasi pikiranku selama dalam pesawat saat terbang dari Frankfurt ke Kairo, walaupun sesungguhnya Aku sendiri lebih terkesan dengan cerita tentang Fir’aun, Sungai Nil dan Piramid.

Saat pesawat akan mendarat Aku buka jendela lebarlebar. Kesempatan untuk melihat kota Kairo dari udara, pikirku. Kairo atau dalam bahasa Arab disebut Al Qahirah merupakan kota tua yang pernah menjadi ibu kota kerajaan Mesir kuno. Dulu kota ini bernama Memphis. Nama Al Qahirah atau Kairo diberikan oleh Dinasti Fatimiyyah pada abad ke-9. Saat Amru bin Ash sang Panglima Muslim menguasai Mesir, Ia menjadikan Fustat yang berada tidak jauh dari Kota Kairo yang kini sudah menjadi bagian dari Ibukota Mesir, karena pengembangan kota yang terusmenerus. Cahaya yang datang dari luar terasa sangat terang menyilaukan.

Saat itu kawasan Afrika Utara memasuki musim panas. Aku tak mau mengalah. Aku paksakan untuk melihat ke bawah. Kairo tampak coklat kusam serupa dengan warna tanah padang pasir yang mengelilinginya. Bangunan-bangunan tinggi tampak seperti korek api yang disusun tidak teratur di antara bukit pasir. Angin yang membawa debu tampak bergerak-gerak ke sana-ke mari. Hanya bagian delta Sungai Nil saja yang tampak hijau. Konon hanya daerah sepanjang Nil yang subur, karena air
yang mengalir terus-menerus dari tetangga di selatannya yaitu, Sudan, yang dulunya bernama Nubia. Orang-orang Nubia pernah menguasai Mesir cukup lama. Di sepanjang sungai inilah sejarah panjang Mesir diukir.

Aku terus memandang ke bawah saat pesawat berputarputar di udara. Aku terperangah ketika melihat bangunan yang dari atas tampak berbentuk segi empat sebanyak tiga buah dengan ukuran berbeda berjajar berdampingan di tengah padang pasir. “Pasti itulah piramid”, pikirku. Rupanya piramid tidak hanya satu seperti bayanganku semula. Di depannya tampak Spinx, patung raksasa singa berkepala manusia, seolah mengawal piramid-piramid itu.

Di bandara yang tidak terlalu bagus, bahkan tampak semrawut, Aku dijemput oleh Panitia. Proses melewati petugas imigrasi berjalan lambat, sehingga orang antre panjang sekali hanya untuk mendapatkan stempel agar bisa keluar bandara. Orang merokok di manamana, meskipun pada dinding banyak sekali tulisan No Smoking dan Mamnu’ liduhan dalam Bahasa Arab. Aku iseng untuk bertanya dan meminta komentar seorang dokter berkebangsaan Palestina yang kebetulan antre di belakangku.

“Di sini peraturan dibuat untuk dilanggar”, komentar dokter itu sinis.

Pegawai berseragam banyak sekali yang hilir-mudik membagi-bagikan blanko imigrasi yang harus diisi. Kenapa tidak diletakkan saja di satu tempat, lalu diberi petunjuk, sehingga orang-orang itu bisa melakukan pekerjaan lain, pikirku.

Setelah melewati petugas Imigrasi, Aku dipandu oleh penjemputku yang bernama Fatima menuju sebuah minibus yang diparkir di dekat pintu keluar. Tidak ada kendaraan lain yang parkir di tempat itu. Seorang polisi
berseragam putih-putih dengan baret hitam menjaga bus itu dengan pandangan penuh was- pada. Saat Aku naik ke dalam bus sudah ada lima orang lain di dalamnya. Rupanya Aku penumpang terakhir dari rombongan yang ikut bus. Fatima memberikan aba-aba dalam bahasa Arab dan bus segera bergerak.

Gadis ini berpakaian ala Barat, rambutnya hitam kekuningan serasi dengan kulitnya yang putih bersih. Bahasa Inggrisnya lancar, sekali-sekali dia menggunakan bahasa Perancis kepada teman di sebelah yang berasal dari Afrika Barat. Aku teringat Mesir pernah dijajah oleh Perancis dan
Inggris, sehingga banyak orang Mesir yang fasih kedua bahasa itu. Di sebelah sopir duduk seorang pemuda tampan bertubuh kekar dengan memakai jas sangat rapi. Belakangan baru Aku ketahui bahwa Ia merupakan aparat dari Badan Intelejen Mesir yang bertugas mengawal kami.

Bus langsung meluncur menuju kota Ismailiah, melalui jalan-jalan yang cukup lebar dan halus. Tapi, jembatanjembatan atau trotoar jalan dibuat asal-asalan dan sangat kasar. Rumah-rumah atau toko-toko di pinggir jalan tampak sangat sederhana. Orang-orang Mesir umumnya berpakaian ala Barat, tapi di luar kota Kairo banyak juga yang berpakaian tradisional mereka dengan jubah panjang untuk laki-laki, sementara yang perempuan menggunakan jilbab yang terbuka pada bagian wajahnya, tidak beda dengan cara berjilbab perempuan Indonesia.

Aku datang ke Ismailiah, kota kelahiran IM, dalam rangka memenuhi undangan Departemen Pemuda Mesir, dalam acara yang disebutnya dengan Youth Camp atau Kamp Pemuda. Kegiatannya meliputi olah raga bersama, pentas seni, dan menanam pohon untuk penghijauan sebagai simbol kepedulian pemuda pada lingkungan. Lewat program ini sebenarnya Pemerintah Mesir bermaksud merajut saling pengertian di antara bangsa-bangsa melalui pemudanya, sekaligus memberikan motivasi bagi bangsanya sendiri, khususnya para pemudanya, agar peduli terhadap lingkungan. Acara ini ditayangkan di TV Mesir terus-menerus. Lucunya, isi tayangannya sebagian besar berupa wawancara. Kalau bukan wawancara dengan para peserta, maka wawancara dilakukan dengan para pejabat setempat yang datang silih berganti. Aku diwawancarai dalam bahasa Inggris. Tetapi yang paling banyak diwawancarai adalah para peserta yang datang dari negara-negara Arab. Mungkin karena Bahasa mereka sama, hanya dialeknya yang berbeda-beda, lebih untuk para penonton.

Aku heran dengan kebiasaan orang-orang Mesir, pagi minum Pepsi, siang minum Pepsi, malam juga minum Pepsi. Pepsi sangat terkenal di Mesir, sementara Coca Cola, yang di Indonesia sangat popular, kurang dikenal di Mesir. Sampai-sampai semua minuman bersoda mereka sebut Pepsi. Tapi dialek mereka menyebutnya “pebsi”.

Baca Juga:

Makanan yang sangat populer sekaligus menjadi makanan khas Mesir bernama pool. Terbuat dari semacam kacang merah direbus hingga lembut dan sebagian hancur, ditambah rempah-rempah tertentu. Aku mencobanya. Lidahku merasa biasa saja, bahkan boleh dibilang hambar dibanding makanan Indonesia. Pool biasanya dimakan dengan roti. Roti Mesir bundar, pipih dan lebar. Bisa didapatkan di berbagai tempat, dari restoran mewah sampai kios-kios kecil di kampung yang kumuh.

Aku risih untuk memakannya, kecuali kalau disajikan di restoran khusus atau di hotel. Kalau di kios-kios kecil, si penjual menyerahkannya tanpa dibungkus. Si pembeli juga seringkali mengempit di bawah ketiaknya. Sehingga terbayang di benakku rasanya sudah bercampur keringat. Bahkan tidak jarang para penjaja meletakkannya di keranjang yang diikatkan di belakang sepeda ontel tanpa penutup. Kalau jatuh ke tanah, cukup ditepuk-tepuk saja lalu dikembalikan ke tempat semula.

Selama tiga hari para peserta berada di kamp untuk melakukan kegiatan olah raga, pentas seni dan menanam pohon. Setelah acara resmi usai, kami diajak berekreasi. Rombongan dibawa dengan menggunakan bus besar ber- AC yang cukup nyaman. Fatima kembali memandu kami. Sepanjang jalan Ia bercerita banyak hal tentang Mesir, termasuk apa yang kami lihat di Kiri-Kanan jalan yang kami lalui.

Memasuki kota Kairo seperti memasuki kota kuno yang sangat kumuh, walaupun di beberapa tempat ada jembatan layang atau fly over. Menurut Fatima, Kairo juga memiliki subway atau kereta bawah tanah. Bangunanbangunan tanah yang berbaur dengan kuburan-kuburan lama mendominasi pusat kota. Jalan macet di mana-mana. Pengendara menghentikan kendaraan di sembarang tempat. Saling menyalip seenaknya. Hampir semua lampu pengatur jalan tidak berfungsi kecuali di satu atau dua tempat saja, sehingga hampir di semua perempatan jalan terjadi kemacetan. Para pengemudi saling mendesakkan kendaraannya. Ditambah orang-orang yang menyebrangi jalan dengan seenaknya, bahkan kadang-kadang tanpa menoleh Kiri atau Kanan. Nafasku terasa sesak menyaksikan pemandangan yang kurang menarik itu. Sebuah pemandangan yang tidak pernah Aku saksikan selama Aku di Eropa. Jauh lebih parah dibanding Jakarta.

Lalu Aku pindah ke kursi belakang. Padahal, semula Aku sengaja memilih tempat di depan agar leluasa melihat dan menikmati suasana kota Kairo. Inikah negara Islam yang kesohor dan pernah melahirkan para pemikir besar dan tokoh-tokoh pembaharu itu? Aku sedih dan kecewa. Sungguh kehidupan sehari-hari di kota Kairo sama sekali tidak mencerminkan kemajuan pemikiran tokoh-tokoh yang pernah dilahirkannya.

Tempat yang pertama Kami kunjungi adalah museum yang terletak di pusat kota Kairo. Arsitek bangunannya tampaknya menggunakan arsitektur Mesir kuno, dikombinasi dengan gaya bangunan Mediterania. Dindingnya dicat merah bata. Di bagian luarnya terhampar taman dengan tanam-tanaman yang ditata apik. Beberapa patung mini yang terbuat dari batu yang dipahat dengan sangat halus diletakkan di halaman. Aku tertarik pada spinx sebesar seekor singa yang sebenarnya. Semakin didekati semakin aku takjub, karena lekukan-lekukan tubuhnya dan kekar ototnya sangat menyerupai hewan yang sebenarnya. Hanya bagian kepalanya yang berupa kepala manusia dengan tutup kepala gaya Mesir kuno.

“Ini Spinx asli atau buatan baru?”, tanyaku pada Fatima.

“Koleksi museum ini semuanya barang-barang bersejarah peninggalan lama”, jawabnya.

Dari pintu utama pengunjung harus mengikuti anak panah yang mengarahkan pengunjung untuk belok ke Kiri. Peti mati dalam berbagai ukuran dan bentuk, terbuat dari batu yang dipahat halus, dipajang berjajar.

“Kenapa ukurannya berbeda-beda?”, tanyaku lagi.

“Yang kecil untuk anak-anak, sedang yang besar untuk orang dewasa. Anda bisa mengetahui jasad yang disimpan di dalamnya dengan memerhatikan tutupnya. Coba perhatikan ada pahatan berbentuk manusia pada bagian tutupnya yang menggambarkan mayat yang berada di dalamnya, anak-anak, laki-laki atau perempuan. Ada juga peti yang dibuat dari kayu, lukisan di atasnya tampak lebih ekspresif karena dilengkapi dengan cat warna-warni”, katanya sambil bergerak ke tumpukan peti yang terbuat dari kayu.

“Kok bisa masih utuh seperti ini?”, tanyaku heran.

“Padahal peninggalan kerajaan Yunani atau Romawi yang muncul belakangan sebagian besar sudah hilang”.

“Karena peti-peti beserta jasad yang sudah dibalsam yang tersimpan di dalamnya, bersama seluruh miliknya ketika masih hidup disimpan dalam piramid”, jelas Fatima.

“Jadi piramid itu semacam kuburan?”, tanyaku untukmemastikan.

“Benar. Semakin besar piramidnya semakin tinggi jabatannya dan semakin banyak barang yang ikut dikubur bersamanya”.

Kami terus bergerak mengikuti arah panah yang diatur sedemikian rupa, sehingga pengunjung yang sangat padat tidak berdesak-desakan dan bisa melihat seluruh koleksi. Ada kereta raja dicat kuning emas yang bentuknya persis seperti yang pernah Aku lihat dalam film The Ten Commandment. Kereta yang ditarik beberapa ekor kuda jenis inilah yang digunakan Fir’aun untuk mengejar Musa dan para pengikutnya. Berarti pada zaman itu mereka sudah mengenal pewarna, dan hebatnya lagi warna-warna itu bertahan ribuan tahun.

Ada juga perahu dan alat kail serta alat menjaring ikan. Ternyata sejak ribuan tahun yang lalu manusia sudah mengenal alat penangkap ikan yang sampai saat ini masih digunakan, pikirku. Juga ada perahu sebagai sarana tranportasi sungai. Berbagai perhiasan, seperti gelang, kalung dan cicin terbuat dari emas untuk raja dan ratu dengan bentuk yang sangat menawan, juga bisa kita saksikan. Aku terperangah saat menyaksikan mahkota raja yang tampak sangat indah dengan citra gagah dan perkasa, sementara untuk sang ratu tampak sangat feminim, Koleksi patung-patung hewan didominasi oleh macan dan singa. Konon hewan jenis ini menjadi simbol kerajaan karena keperkasaannya. Ada juga ular kobra yang melingkar di singgasana raja atau dipasang di bagian depan mahkota sang raja. Orang Mesir Kuno menyebut binatang itu dengan uraeus.

Binatang paling kecil yang Aku lihat di museum itu adalah kumbang. Kumbang Mesir bentuknya sangat unik dan diberi nama skarab. Orang Mesir kuno meyakini mahluk ini memiliki kekuatan spiritual, sehingga raja-raja dan para bangsawan menggunakannya sebagai kalung. Yang membuat Aku sangat kaget adalah patung-patung manusianya, baik yang laki-laki maupun perempuan, baik yang berukuran kecil maupun yang sangat besar setinggi lima kali tubuh manusia, semuanya berpakaian sangat sopan. Tidak satupun patung perempuan yang tampak buah dadanya. Sangat berbeda dengan patung-patung peninggalan Yunani dan Romawi yang pernah Aku lihat di Eropa, cenderung mengeksploitasi keindahan tubuh manusia, sampai-sampai bentuk kemaluan laki-laki maupun perempuan terlihat secara sempurna. Walaupun demikian patung-patung Mesir yang berumur lebih tua itu tidak kalah indahnya.
Terakhir Kami menyaksikan mumi Fir’aun. Rambutnya tampak masih utuh walaupun banyak yang rontok. Matanya terpejam, kulitnya keriput. Selain mumi Fir’aun, Aku juga melihat mumi kera, mumi ikan, dan mumi burung. Ternyata yang dimumikan bukan hanya manusia, tapi juga semua hewan piaraan dan kesayangan mendiang raja.

“Orang Mesir kuno percaya bahwa kematian merupakan proses perpindahan ke alam lain. Karena itu, seluruh miliknya harus ikut serta”, komentar Fatima.

Dari museum Kami diajak menuju Giza untuk melihat piramid dari dekat. Ada tiga piramid yang ukurannya berbeda. Piramid yang terbesar bernama Cheops, sedangkan yang lebih kecil masing-masing bernama Kafre dan Menkaure. Menurut Fatima, di tempat lain masih ada piramid dengan ukuran lebih kecil dan dengan bentuk yang beragam. Seorang arkeolog Perancis berhasil menyingkap misteri piramid setelah menguasai bahasa dan tulisan yang disebut hierograf yang digunakan pada masa itu. Tulisan Mesir kuno berupa kombinasi dari simbol hewan, tanaman dan benda-benda alam.

Ternyata di dalam piramid ada ruangan-ruangan yang saling dihubungkan oleh lorong-lorong kecil. Ruangan itu memiliki temperatur tertentu yang ikut berfungsi untuk mengawetkan benda-benda yang berada di dalamnya. Di ruangan itulah jasad para raja dan seluruh kekayaan serta barang kesayangannya dulu disimpan. Aku dan beberapa kawan yang penasaran ingin tahu, memasuki ruang dalam piramid melalui satu-satunya lorong sempit dan pendek yang secara sengaja dibuat untuk turis, sehingga kita harus terus-menerus membungkuk sepanjang kira-kira lima puluh meter dengan lantai yang menanjak.

Di dalam ruangan ada penerangan, sehingga Kita bisa melihat suasana ruangan dan tempat-tempat jasad rajaraja Mesir disemayamkan. Di dekat salah satu pyramid. Kita juga bisa menyaksikan sebuah perahu raksasa yang dulu pernah digunakan.

Rombongan lalu bergerak ke Citadel atau Benteng Salahuddin. Benteng ini dibangun di atas bukit, sehingga jalannya naik dan terjal. Tempat ini dilindungi oleh tembok yang sangat tebal dan tinggi. Di beberapa sudut terdapat menara pengawas. Terasa betapa kokohnya benteng ini sekaligus mencerminkan betapa tangguhnya Salahuddin waktu itu.

Di dalam Citadel terdapat Masjid Muhammad Ali yang sangat besar dan indah. Bentuk luarnya maupun ornamen dalamnya mirip dengan masjid-masjid di Istambul, karena masjid itu memang dibangun pada masa kegemilangan Kesultanan Ottoman. Selama berabad-abad, Mesir, Palestina, Lebanon dan Suriah, berada di bawah pemerintahan yang berafiliasi ke Istambul.

Kami lalu bergerak melewati gedung-gedung pemerintahan. Di jalan yang agak lebar dan bersih terdapat tugu dengan bentuk dasar piramid.

“Tugu apa itu”, tanyaku saat melihat tugu tersebut.

“Di tempat inilah Anwar Sadat yang ketika itu menjabat sebagai presiden Mesir ditembak oleh seorang tentara bernama Islambouli yang sedang mengikuti parade militer. Lihatlah di seberangnya ada panggung kehormatan. Di situlah sang Presiden bersama para pejabat tinggi Mesir berada saat penembakan terjadi”.

“Kenapa Ia ditembak”, tanyaku.

“Karena Ia menandatangani perjanjian Camp David, sebuah perjanjian damai dengan Israel”.

“Bukankah itu sebagai sebuah prestasi?”.

“Bagi sebagian orang prestasi. Tapi, bagi banyak orang dianggap sebagai pengkhianatan terhadap bangsa Arab dan umat Islam”.

“Siapa sebenarnya Islambouli itu?”.

“Ia adalah seorang yang sangat taat dalam beragama dan menjalin hubungan dengan sebuah organisasi militant bernama Jamaah Islamiyah yang sering disingkat JI. Organisasi ini sebenarnya sempalan dari IM yang menilai IM terlalu lembek. Dalam perjuangannya ia membenarkan penggunaan senjata, sehingga harus bergerak di bawah tanah dan sampai saat ini masih potensial menimbulkan gangguan keamanan. Beberapa saat yang lalu sejumlah turis asing menjadi sasaran”.

(Bersambung…..)

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ


Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shoppe melalui link: https://shp.ee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K

13 Responses

  1. GPS navigaciju remontasOctober 2, 2023 at 5:09 am

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  2. แทงบอล lsm99December 10, 2023 at 10:30 am

    … [Trackback]

    […] Here you will find 3182 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  3. buy Viagra onlineDecember 16, 2023 at 12:34 am

    … [Trackback]

    […] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  4. bold wigMarch 13, 2024 at 4:41 am

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  5. รับทำ SEOMay 1, 2024 at 3:57 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  6. arduinoAugust 17, 2024 at 7:21 am

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  7. HABANEROOctober 3, 2024 at 5:27 am

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  8. poker onlineOctober 12, 2024 at 5:58 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 90325 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  9. my webcamNovember 19, 2024 at 12:53 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  10. tokensNovember 26, 2024 at 5:06 am

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  11. mexican dutch kingDecember 28, 2024 at 12:17 pm

    … [Trackback]

    […] There you will find 98842 more Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  12. cam chatJanuary 5, 2025 at 5:20 am

    … [Trackback]

    […] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

  13. Bauc ETJanuary 24, 2025 at 12:22 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-22-mengunjungi-piramida-firaun/ […]

Leave a Reply