Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-7): Magellan dan Elcano, Penjelajah Samudra Pasifik Pertama

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

Trending

Catetan Babe Ridwan Saidi (29): China Versus Taiwan, China Baru Yaqin, Chip Is Not Cheap

**********************************************************

SERI-7

Magellan dan Elcano: Penjelajah Samudra Pasifik Pertama

Kini giliran Van Basten memberikan paparan.

“Magellan, bernama lengkap Ferdinand Magellan, lahir di Sabrosa, Portugal, pada 4 Februari 1480. Ia membawa lima kapal untuk berlayar. Armadanya berangkat dari kota pelabuhan Sevilla pada 1519 menuju Benua Amerika, mengikuti rute yang telah ditempuh Columbus sebelumnya. Jika Columbus diperkirakan mendarat di Bahama, maka Magellan mendarat di Amerika bagian Selatan. Ia mula-mula menyusuri pantai Timur Amerika ke arah Selatan hingga mencapai Chile sekarang. Selat tempatnya mendarat diberi nama Selat Magellan. Kemudian ia bergerak menuju Samudra Pasifik. Pelayaran ini tidak mudah. Saat tiba di Cebu, Filipina, hanya tiga kapal yang tersisa. Untunglah, raja setempat menyambut mereka dengan tangan terbuka. Bahkan, penguasa lokal ini kemudian mengubah keyakinannya dari animisme menjadi Kristen. Ini berbeda dengan raja lain, yakni Raja Mactan, yang bernama Lapulapu, Penguasa pulau kecil di seberang Cebu ini menolak tunduk. Lapulapu melakukan perlawanan sengit yang mengakibatkan Magellan terbunuh pada 1521.”

“Armada Spanyol tidak berlayar sampai ke Selatan. Pulau-pulau di Selatan saat itu ada di bawah perlindungan kesultanan Islam. Armada Spanyol menyebut penduduk di Selatan ini Moor – sebagaimana mereka menyebut para Muslim di negeri asalnya. Dalam dialek setempat, Moor menjadi ‘Moro’ – istilah yang terus digunakan hingga kini.”

Van Basten melanjutkan uraiannya.

“Semangat Magellan, untuk menemukan jalan baru yang lebih singkat menuju Kepulauan Maluku, tidak bisa dilepaskan dari pengalamannya mengikuti ekspedisi Portugis sebelumnya. Ia bahkan pernah tinggal di Malaka tahun 1511-1512. Banyak yang meyakini bahwa Magellan sudah mendengar kabar tentang kekayaan alam di Maluku, berupa cengkeh dan rempah-rempah lainnya. Di Malaka rempah-rempah bernilai tinggi. Harga jualnya sangat menggiurkan.”

“Pelayaran Magellan dilanjutkan oleh Juan Sebastian Elcano, penjelajah berkebangsaan Spanyol. Elcano dibantu penerjemah lokal sekaligus penunjuk jalan, bernama Enrique. Enrique cakap berbahasa Melayu, bahasa yang saat itu sudah dipergunakan di Nusantara – wilayah yang ketika itu meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand Selatan serta Filipina Selatan. Elcano berlayar sampai ke Tidore dan berhasil membangun aliansi dengan kesultanan setempat. Pada gilirannya, pecah pertikaian sengit antara dua kesultanan besar di wilayah ini untuk memperebutkan pengaruh politik dan ekonomi. Ternate didukung  Portugis, sementara Tidore dengan Spanyol. Sengketa ini begitu mengguncang dan tercatat dalam sejarah karena berkaitan langsung dengan klaim kekuasaan dari dua kerajaan besar Eropa saat itu. Spanyol dan Portugal sampai harus dimediasi kembali oleh Paus untuk menentukan wilayah kolonial masing-masing melalui Perjanjian Zaragoza tahun 1529. Secara garis besar, Perjanjian Zaragoza ini merevisi Perjanjian Tordesillas, yang membagi dua wilayah dunia di luar Eropa menjadi koloni Spanyol dan Portugal. Dari Meksiko ke arah barat menjadi wilayah Spanyol. Sementara, Portugal mendapatkan Brasil. Perjanjian Zaragoza menjadikan Kepulauan Maluku sebagai milik Portugal. Konsekuensinya, Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan bercokol di Filipina. Sedangkan Portugal bisa terus menetap di Maluku dan melanjutkan monopoli perdagangan rempah-rempahnya.”

Van Basten mengakhiri paparannya. Usted kemudian membuka sesi tanya jawab untuk pendalaman isu.

Alfonso mengacungkan tangan dan mendapat kesempatan pertama. “Magellan sempat dianggap pengkhianat, karena menjelajah Pasifik atas dukungan Kerajaan Spanyol. Namun kini, ia diakui pahlawan oleh bangsa Portugis.”

Mendengar ini Aku penasaran. “Apa penyebabnya?” tanyaku.

“Masalahnya lebih pada persoalan pribadi antara Magellan dengan Kerajaan Portugal saat itu,” jawab Alfonso.

“Bisa dijelaskan lebih rinci?”

“Penjelasannya cukup panjang. Tapi baiklah, akan saya ringkas. Di musim panas 1513, Magellan dikirim ke Maroko. Ia menjadi bagian dari pasukan Portugis yang bertugas merebut Azemour. Di sini, Magellan dituduh melakukan perdagangan ilegal dengan bangsa Moor, yang saat itu merupakan musuh Portugis. Walaupun tuduhan ini kemudian dicabut, namun hubungannya dengan pihak kerajaan sudah kadung runyam. Akibatnya, saat Magellan mengajukan dukungan ekspedisi kepada Kerajaan Portugal, ia tidak mendapat tanggapan semestinya. Magellan lalu beralih ke penguasa Spanyol, yang dengan antusias memberikan dukungan. Jadi ceritanya mirip Columbus.”

“Apakah Magellan sendiri pernah bertemu Columbus?” tanyaku memastikan.

“Ya, tentu. Di kala itu, lazim terjadi interaksi dan komunikasi antar sesama penjelajah, pedagang, ilmuwan serta pihak istana. Kolaborasi juga sering terjadi, baik untuk kepentingan pribadi atau demi kemajuan kerajaan dan kemakmuran rakyat,” jelas Alfonso.

Baca Juga:

• Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-5): Ibnu Batutah, Penjelajah Muslim Pertama
• Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-6): Vasco da Gama, Penjelajah Eropa Pertama yang Berhasil ke India Melalui Jalur Laut

“Baiklah. Saya ingin beralih ke wilayah Nusantara yang waktu itu didominasi oleh kesultanan-kesultanan Islam, yang mengontrol perdagangan rempah-rempah. Dari bacaan saya, saat Magellan mendarat di Cebu – yang kini merupakan wilayah Utara Filipina – wilayah Filipina bagian selatan seperti Mindanao dan pulau-pulau sekitarnya sudah berada di bawah pengaruh kesultanan-kesultanan Islam. Seperti yang sudah saya jelaskan, Spanyol menyebut penduduk di Filipina bagian selatan ini sebagai Moor, persis seperti mereka menyebut para penganut Islam di negerinya. Sebutan ini dalam dialek lokal berubah menjadi Moro. Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?” Aku bertanya kembali.

“Mmmh… Saya belum berani berkomentar. Saya ingin melakukan pendalaman lebih dahulu,” ujarnya tersenyum.

“Claro…,”kataku menutup pertanyaan.

Usted kemudian menoleh ke Van Basten.

“Saya ingin menggali isi Perjanjian Tordesillas yang ditandatangani pada 1494, yang kemudian disempurnakan melalui Perjanjian Zaragoza tahun 1529,, yang berakibat terdepaknya Spanyol dari Maluku Utara. Bisa dijelaskan lebih rinci tentang hal ini?” pintanya.

“Selama di Lisabon, Magellan mengenal akrab Rui Faleiro, seorang kosmografer, ahli matematika dan kartografer ulung, yang berjasa mematangkan rencana penjelajahan dunia Magellan. Kemudian ada Pedro Reinel dan Jorge Reinel, dua kartografer berkebangsaan Portugis, yang turut bergabung dengan Magellan. Keduanya pada 1519 menghasilkan peta dunia yang luar biasa. Pada peta ini juga tergambar Kepulauan Maluku. Namun di sini, lokasi Maluku terletak di sebelah barat Pasifik. Ini berarti kepulauan rempah-rempah itu, menurut Perjanjian Tordesillas, merupakan hak Spanyol. Peta tersebut sekarang masih tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional Prancis.”

“Bagaimana halnya dengan Perjanjian Zaragoza?” tanya Van Basten lagi.

“Seperti yang tadi disinggung, Perjanjian Zaragoza memuat hasil negosiasi ulang yang menyatakan bahwa Kepulauan Maluku menjadi hak Kerajaan Portugal. Spanyol mendapatkan kompensasi Filipina meski wilayah tersebut sebenarnya juga merupakan hak Portugal, karena posisinya yang berada di bagian barat Kepulauan Maluku,” tutur Alfonso lagi.

“Ok, cukup jelas. Terima kasih,” ujar Van Basten tersenyum.

Usted kemudian memberikan penjelasan tambahan.

“Ada hal penting yang perlu diketahui. Oleh beberapa pihak, Elcano dipandang sebagai penjelajah pertama yang berhasil mengelilingi dunia secara penuh. Di samping mendampingi Magellan berlayar dari Spanyol ke arah barat hingga tiba di Filipina, Elcano juga pergi ke Tidore. Saat kembali ke Spanyol, ia menempuh rute yang berbeda, dengan terus bergerak menuju Samudra Hindia, kemudian masuk ke Samudra Atlantik. Ia berhasil tiba di Spanyol pada 6 September 1522. Sampai sekarang namanya terus diagungkan oleh bangsa Spanyol. Kapal Victoria yang dinaikinya pun dipandang sebagai kapal laut pertama yang berhasil mengelilingi dunia secara penuh.”

Demikian Usted mengakhiri kuliahnya.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Related Posts