Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-8): Perang Salib

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

Trending

Catetan Babe Ridwan Saidi (29): China Versus Taiwan, China Baru Yaqin, Chip Is Not Cheap

**********************************************************

SERI-8

Perang Salib

Tugas membuat makalah terus berlanjut. Sesudah paparan, selalu ada diskusi.  Tiba saatnya, Usted memberikan tugas tentang Perang Salib. Ia menjelaskan Perang Salib berlangsung di tiga front atau titik. Pertama, di sepanjang pantai timur Mediterania hingga Kota Yerusalem. Di wilayah ini, pasukan Salib berhadapan dengan bangsa Arab yang dipimpin oleh dua dinasti, yakni Fatimiyah dari Kairo dan Abbasiyah dari Baghdad, yang  mendapat dukungan suku Kurdi. Titik kedua di Anatolia, yang kini merupakan wilayah Turki di Asia. Di sini, pasukan Salib berhadapan dengan Dinasti Turki Seljuk, lalu Turki Usmani. Sedangkan lokasi ketiga, di Semenanjung Iberia atau Andalusia, antara pasukan Salib versus Muslim yang dipimpin oleh bangsa Moor, di bawah pimpinan Dinasti Al Murabitun dan Al Muwahidun. Semua perang ini menghabiskan waktu lama.

Baca Juga:

• Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-6): Vasco da Gama, Penjelajah Eropa Pertama yang Berhasil ke India Melalui Jalur Laut
• Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-7): Magellan dan Elcano, Penjelajah Samudra Pasifik Pertama

Setelah memberikan penjelasan, Usted merinci tugas kami. Perang Salib di front pertama diulas oleh Alfonso, kedua oleh Van Basten, dan ketiga menjadi bagianku.

Seperti biasa, Usted memberikan kesempatan kami bertanya. Aku memanfaatkan kesempatan ini.

“Saya sudah membaca sejumlah buku tentang Perang Salib. Ternyata ada banyak versi. Supaya tugas kami tidak melenceng, saya ingin mendapat penjelasan. Apa sebetulnya alasan perang ini? Di mana saja perang itu terjadi?”

“Seperti tadi dijelaskan, Perang Salib berlangsung di tiga front. Di front pertama, tujuannya untuk merebut Tanah Suci Yerusalem. Di sini, ada sembilan gelombang Perang Salib dalam kurun waktu dua abad. Tentara Salib hanya menang di gelombang pertama. Kemenangan ini ditandai dengan direbutnya Kota Suci Yerusalem oleh tentara Salib, serta dikuasainya pantai Timur Mediterania. Dalam delapan gelombang lainnya, bisa dikatakan Tentara Salib mengalami kekalahan atau seri. Ini terjadi sejak Yerusalem berhasil direbut kembali oleh Salahuddin Al Ayubi.”

Usted lanjut menjelaskan bahwa ide Perang Salib sebelumnya sudah muncul di sejumlah tokoh di Eropa. Namun ide ini baru bergaung dan mendapat dukungan luas setelah Paus Urbanus II mendeklarasikan Perang Salib pada 27 November 1095 dalam Sidang Konsili Clermont.

Kemudian Usted menjelaskan sejumlah faktor yang mendorong terjadinya Perang Salib. Pertama, adanya keinginan dari Kaisar Bizantium, Alexius I Comnenus, yang berkuasa pada 1081- 1118, untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya dari Turki Seljuk. Bizantium sebelumnya kalah telak dari Turki Seljuk pada 1071 dalam perang di Manzikert.

Kedua, jauh sebelumnya, yakni tahun 711, Islam sudah menduduki Semenanjung Iberia atau Andalusia, yang terletak di barat daya Eropa. Konflik berkepanjangan, yang terjadi di antara sesama bangsa Eropa, membuat mereka lemah dan tak mampu menahan gempuran pasukan Islam.

Tahun 1054 terjadi perpecahan gereja atau Skisma Timur yang mengakibatkan Gereja Timur berpisah dari Gereja Barat. Gereja Timur disebut Kristen Ortodoks, sementara Gereja Barat tetap dikenal sebagai Gereja Katolik. Ini tentunya juga memicu perpecahan umat Kristen secara luas.

“Ada pertanyaan lagi?” pancing Usted. Namun kali ini tidak ada yang bersuara.

“Minggu depan kita mulai memasuki musim panas atau summer. Universitas akan meliburkan seluruh mahasiswa, dosen dan karyawan. Jadi tidak ada kegiatan di kampus. Namun saya minta, Anda semua bisa memanfaatkan waktu libur ini untuk melakukan survei lapangan sehingga makalah Anda nanti memiliki landasan kajian yang memadai. Selain itu, Anda juga bisa lebih menghayati apa yang nanti akan Anda tulis,” jelas Usted.

“Bagaimana memilih lokasi yang tepat untuk survei lapangan?” tanyaku.

“Silakan membaca literatur terlebih dulu. Dari situ akan ditemukan tempat-tempat penting yang harus dikunjungi, misalnya Yerusalem, Damaskus, Beirut dan Kairo untuk Alfonso;  Istanbul untuk Van Basten; Cordoba, Sevilla dan Granada untuk Anda,”  ujar Usted sambil beranjak dari tempat duduk.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Related Posts