Studi iklim menunjukkan dunia yang terlalu panas akan menambah 57 hari superpanas dalam setahun

Studi iklim menunjukkan dunia yang terlalu panas akan menambah 57 hari superpanas dalam setahun
FOTO: Pekerja kemanusiaan Roger Duvan Lagunes membawa kipas angin ke Cogra, sebuah tempat penampungan lansia, di Veracruz, Meksiko [Berkas: Felix Marquez/AP Photo]

Laporan tersebut menyatakan 10 negara kecil yang bergantung pada lautan akan mengalami peningkatan terbesar dalam hari-hari panas berbahaya, meskipun secara kolektif hanya menghasilkan 1 persen gas yang memerangkap panas global.

Sebuah studi baru oleh World Weather Attribution dan Climate Central yang berbasis di Amerika Serikat telah menghitung peningkatan “hari-hari superpanas” berbahaya – yang didefinisikan sebagai suhu yang lebih hangat daripada 90 persen hari-hari yang sebanding antara tahun 1991 dan 2020 – akibat perubahan iklim.

Laporan tersebut, yang belum ditinjau sejawat tetapi menggunakan teknik yang mapan untuk atribusi iklim, dirilis pada hari Kamis. Laporan ini menyoroti dampak signifikan dari Perjanjian Iklim Paris.

Sebelum kesepakatan 2015, dunia berada di jalur pemanasan global sebesar 4C (7,2F) yang dahsyat pada akhir abad ini, yang akan mengakibatkan tambahan 114 hari superpanas per tahun.

Dengan memenuhi komitmen saat ini untuk mengekang emisi, dunia kini menuju pemanasan global sebesar 2,6C (4,7F). Dalam skenario ini, Bumi masih akan menambah 57 hari superpanas setiap tahunnya pada tahun 2100 – hampir dua bulan dengan suhu yang sangat tinggi dan berbahaya – tetapi ini hanya setengah dari peningkatan skenario terburuk. Sejak 2015, dunia telah menambah rata-rata 11 hari superpanas.

Direktur Institut Iklim Potsdam, Johan Rockstrom, yang bukan bagian dari tim peneliti, mengatakan bahwa orang-orang tidak boleh merasa lega karena kita tidak lagi berada pada lintasan pemanasan 4 derajat sebelum Perjanjian Paris karena lintasan saat ini “masih akan menyiratkan masa depan yang buruk bagi miliaran manusia di Bumi”.

Laporan tersebut tidak menyebutkan berapa banyak orang yang akan terdampak oleh hari-hari panas tambahan yang berbahaya ini, tetapi rekan penulis Friederike Otto dari Imperial College London mengatakan “pasti akan mencapai puluhan ribu atau jutaan, tidak kurang”. Ia mencatat bahwa ribuan orang telah meninggal dunia akibat gelombang panas setiap tahunnya.

Studi ini juga menggarisbawahi ketidakadilan yang mendalam dari dampak perubahan iklim di seluruh dunia, menunjukkan adanya kesenjangan yang sangat besar antara polusi karbon dan paparan panas yang diperkirakan.

SUMBER: AL JAZEERA
EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K