Oleh: Sutoyo Abadi
Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Kau bilang Saya Indonesia Saya Pancasila .
Tapi moralmu kacau dan alpa
Akhlakmu kosong kosong bahkan seperti Rahwana
Kesopanan dan adabmu hanya legenda.
Janjimu hanya di bibir, fakta sumir semua
Celaka kata sebagian rayat kau hanya boneka
Pemuja Taipan dan budak China
Defisit negarawan, hilang bangsawan Defisit sebagai manusia paripurna.
Saya Pancasila tapi lupa baca urutannya
Dari mana akan paham nilai nilai Pancasila
Dalam benakmu hanya hafal hutang dan investasi, semua lupa
Apa naskah pembukaan UUD 45 tidak pernah kau baca
Celaka – celaka dan celaka
Sekedar hafalan Pancasila tidak bisa
Apalagi mengerti dan menghayati isinya.
Sebagai kepala negara
Harus mengayomi semua
Nafsumu seperti benci agama.
Apa Tuhanmu harta dan tahta.
Negara terus ditimpa bencana
Tetap saja, telingamu tuli dan hatimu buta
Kalau begitu apa yang kau punya
Tak layak sebagai kepala negara
Amanahmu mencerdaskan rakyat Indonesia
Bukan rakyat China
Malah kerjanya menipu dan dusta
Tidak peduli negara sedang menuju kehancuran secara nyata
Tak peduli rakyat miskin, lapar dan dahaga
Tak peduli rakyat merintih dan meronta
Prestasimu tidak ada
Bisa dua periode adalah takdir semata
Sulit dipercaya tetapi itu nyata.
Rakyat minta kau turun segera
Dengan sombong dan jumawa
Malah minta berkuasa selamanya
Posisimu lemah tanpa asa
Rakyat sudah putus asa.
Selain buzer yang terus memuja muja
Hidupmu tanpa martabat, kehormatan, semua sudah gila.
Tidak menyadari prestasimu tidak ada
Bahkan menjadi beban negara
Saat ini dan ketika kau lengser tahta
Rakyat memikul beban utang besar tiada tara.
Anak cucu harus menanggung derita
Semua rakyat harus menanggung derita
Kau tak sadar negara bisa disita
Masih juga berlindung dengan rekayasa big data.
Ketika fakta terbuka di dunia Maya
Semua hanya bulan dan rekayasa
Sudah menjadi korban Angkara murka
Apa sudah tak berdaya
Rakyat saat ingin dimana.
Masih juga menyanjung dan memuja
Sekalipun sedang menjadi piaraan penguasa
Negara siap sekarat kapan saja
Tetap diam tanpa perlawanan yang nyata.
Memang telah menjadi fakta
Momentum lahirnya revolusi selalu cepat menghilang dan merana.
Semua kita merasa selesai setelah marah marah di grup WA
Ahirnya dleming kemana mana.
Doamu entah melayang kemana.
Kekuatan oposisi yang ganas bisa terbeli berapapun harga
Menguap tertutup wahn takut mati cinta dunia
Tidak tidak dan tidak
Kobarkan semangat kita
Tetap memohon kekuatan kepada- Nya
Karena hanya akan menolong dengan tangan pejuang lillaahi ta’ala
Semoga negara ini tetap bisa keluar dari marabahaya.
Lenyap dari peta dunia
Memang ketika amar ma’ruf sudah ni tiada
Campur tangan Tuhan akan tiba
Semoga bukan, petaka dan bencana
Tetapi pertolongan untuk menyelamatkan Indonesia***
EDITOR: REYNA
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
cam tokensOctober 25, 2024 at 12:50 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/sutoyo-abadi-dleming-kemana-mana/ […]
บับเบิ้ลกันกระแทกNovember 23, 2024 at 9:47 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/sutoyo-abadi-dleming-kemana-mana/ […]