Oleh: Tere Liye
Saya dari dulu tidak kunjung paham soal PBB (Pajak Bumi & Bangunan) ini. Saya itu waktu kuliah di FEUI, menulis skripsi tentang pajak. Maka saya belajar banyak soal pajak ini (maaf, nyombong dikit).
Apa sih argumen terhebat sehingga harus ada PBB? Seriusan. Saya tidak nemu.
Pajak penghasilan, okelah, karena ada penghasilan di dalamnya. PPN, PPnBM, baiklah, karena ada transaksi. Cukai, yes, ada yang dikendalikan, nah, PBB? Ngapain rumah dan tanah yang sudah selesai transaksinya, sudah ditinggali penghuninya, mendadak kamu pungut pajaknya puluhan tahun teruuus dipungut?
Pajak mobil/motor, baiklah, karena itu dipakai seliweran, jadi memanfaatkan jalan raya, dll. PBB? Itu rumah dan tanah kan diam doang disitu.
Baca juga:
- Tere Liye : Rugimu adalah rugiku, Pertamina
- Tere Liye : Deritamu adalah deritaku, PLN
- Tere Liye : Susah banget nyuruh kamu paham!
Argumennya cuma: karena bangunan dan tanah memberikan keuntungan dan kedudukan sosial. Astaga. Banyak orang2 itu cuma ngontrak, numpang, dan dia tetap bayar PBB. Apanya yang kedudukan sosial?
Lagipula, PBB ini hanya 20 trilyun, cuma 1,5% dari total pendapatan seluruh Indonesia.
Jadi, ayolah, hapus saja PBB ini. Buat gubernur2, pejabat2, dan beberapa daerah sudah mulai menyadari soal ini, PBB ini mulailah dienyahkan. Rakyat itu tidak harus dipungut semuanya. Terutama jika itu rumah sendiri, mau BERAPA PUN nilainya, bebaskan saja semua. Kalau itu gedung kantor, tempat bisnis, nilainya ratusan milyar, silahkan dipajaki PBB, mungkin memang ada status sosial dan keuntungan ekonomi.
Tapi kalau cuma rumah penduduk, dia tinggali. Aduh. Kasihan loh lihat rakyat, ujung ke ujung kena pajak. Jadi cukuplah PPh, PPN, cukai, dan pajak2 yang memang memberikan nilai ekonomi. Kalau sesuatu itu cuma di situ doang, jadi tempat tinggal, ngapain elu pajakin?
Baca juga:
- Undang Elon Musk Investasi Tapi Tidak Dukung Formula E, Ini Akibatnya: Nyesal Berat!
- Yudi Latif: Selamatkan Kapal
Semoga semakin banyak daerah yang tergerak hatinya membebaskan PBB. Dan jangan kasih batas atas. Semua rumah, yang ditinggali penduduk, bebaskan saja. Aturan2 lama itu dihapus. Ini bukan jaman VOC, kerajaan, dll.
Nah, kalau kamu butuh PAD banyak, kreatif dikit gitu loh. Jangan cuma ngandelin majakin rumah orang. Itu teh kagak kreatif sama sekali. Jadi pejabat rebutan, disuruh mikir sumber pendapatan asli daerah, eeh, mentok.
Tere Liye, penulis novel ‘TENTANG KAMU’, baca novel ini, literasi keuanganmu bisa naik dikit. Novel ini membahas literasi keuangan tingkat tinggi (maaf nyombong lagi dikit; biar tdk cuma dibilang novel2 alay).
Sumber: Facebook Tere Liye
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
ปั่นสล็อตเว็บใหญ่ ทดลองเล่นเกมฟรีDecember 7, 2024 at 11:04 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/tere-liye-pajak-bumi-bangunan/ […]
บาคาร่าเกาหลีJanuary 22, 2025 at 2:26 pm
… [Trackback]
[…] There you can find 67243 more Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/tere-liye-pajak-bumi-bangunan/ […]