Catatan Akhir Tahun 2021, Ketua DPD RI: Kita Benamkan Nilai-Nilai Pancasila, Demi Apa?

Catatan Akhir Tahun 2021, Ketua DPD RI: Kita Benamkan Nilai-Nilai Pancasila, Demi Apa?
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti

Oleh : AA LaNyalla Mahmud Mattalitti*

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan mengutip beberapa kalimat dari Pidato Bung Karno. Agak panjang, tapi penting. Pidato ini disampaikan di Universitas Airlangga Surabaya, pada tanggal 24 September 1955.

Saat itu Bung Karno mengatakan Pancasila sudah ada sebelum republik ini ada. Dan sama sekali bukan dilahirkan atau diciptakan oleh Bung Karno. Beliau hanya menggali. Memoles, dan kemudian menyajikan kepada bangsa ini.

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti berziarah ke kompleks kuburan Raja-Raja Termanu. Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Berikut kutipannya; .….“Aku ingin membentuk satu wadah yang tidak retak, yang utuh, yang mau menerima semua masyarakat Indonesia yang beraneka-aneka itu dan yang masyarakat Indonesia mau duduk pula di dalamnya, yang diterima oleh saudara-saudara yang beragama Islam, yang beragama Kristen Katolik, yang beragama Kristen Protestan, yang beragama Hindu-Bali, dan oleh saudara-saudara yang beragama lain. Yang bisa diterima oleh saudara-saudara yang adat-istiadatnya begitu, dan yang bisa diterima sekalian saudara…”

“Aku tidak mencipta Pancasila saudara-saudara. Sebab sesuatu dasar negara ciptaan tidak akan tahan lama. Ini adalah satu ajaran yang dari mula-mulanya kupegang teguh..”

“Jikalau engkau hendak mengadakan dasar untuk sesuatu negara, dasar untuk sesuatu wadah –jangan bikin sendiri, jangan anggit sendiri, jangan karang sendiri. Selamilah sedalam-dalamnya lautan daripada sejarah! Gali sedalam-dalamnya bumi daripada sejarah!
Aku melihat masyarakat Indonesia. Sejarah rakyat Indonesia. Dan aku menggali lima mutiara yang terbenam di dalamnya, yang tadinya lima mutiara itu cemerlang, tetapi oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya, terbenam kembali di dalam bumi bangsa Indonesia ini..”

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengunjungi makam Presiden Pertama RI, Soekarno, di Bendogerit, Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (20/12/2021)

Jelas di sini bahwa Pancasila adalah Mutiara yang terkandung di dalam Nusantara. Adalah D.N.A. asli bangsa ini. Dan telah kita sepakati sebagai way of life bangsa ini melalui penyatuan dwi tunggal antara Proklamasi dan Naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dimana saat itu dikatakan oleh Bung Karno; …..“Karena itu maka Proklamasi dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah satu “pengejawantahan” kita punya isi jiwa yang sedalam-dalamnya, satu Darstellung kita punya deepest inner self. 17 Agustus 1945 mencetuskan keluar satu proklamasi kemerdekaan beserta satu dasar kemerdekaan. Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah sebenarnya satu proclamation of independence dan satu declaration of independence.

“Bagi kita, maka naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah satu. Bagi kita, maka naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Bagi kita, maka naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah loro loroning atunggal. Bagi kita, maka proclamation of independence berisikan pula declaration of independence..”

Ketua DPD, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendapat gelar kehormatan Napufunu (Pelindung Besar) serta diangkat sebagai anggota kehormatan Dewan Adat, saat mengunjungi Uma Batu Kerajaan (Nusak) Termanu di Rote Ndao, NTT. (Foto: Istimewa)

Lain bangsa, hanya mempunyai proclamation of independence saja. Lain bangsa lagi, hanya mempunyai declaration of independence saja. Kita mempunyai proclamation of independence dan declaration of independence sekaligus.

Proklamasi kita memberikan tahu kepada kita sendiri dan kepada seluruh dunia, bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang merdeka. Declaration of independence kita, yaitu terlukis dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta Pembukaannya, mengikat bangsa Indonesia kepada beberapa prinsip sendiri, dan memberi tahu kepada seluruh dunia apa prinsip-prinsip kita itu.

Proklamasi kita adalah sumber kekuatan dan sumber tekad perjuangan kita, oleh karena seperti tadi saya katakan, Proklamasi kita itu adalah ledakan pada saat memuncaknya kracht total semua tenaga-tenaga nasional, badaniah dan batiniah – fisik dan moril, materiil dan spirituil.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menghadiri Maulid Nabi Muhammad SAW (Muludan) di Kasultanan Kanoman Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021) malam

Declaration of independence kita, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.

Maka dari itulah saya tadi tandaskan, bahwa Proklamasi kita tak dapat dipisahkan dari declaration of independence kita yang berupa Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pembukaannya itu.

“Proklamasi” tanpa “declaration” berarti bahwa kemerdekaan kita tidak mempunyai falsafah. Tidak mempunyai dasar penghidupan nasional, tidak mempunyai pedoman, tidak mempunyai arah, tidak mempunyai “raison d’etre”, tidak mempunyai tujuan selain daripada mengusir kekuasaan asing dari bumi Ibu Pertiwi.

Sebaliknya, “declaration” tanpa “proklamasi”, tidak mempunyai arti. Sebab, tanpa kemerdekaan, maka segala falsafah, segala dasar dan tujuan, segala prinsip, segala “isme”, akan merupakan khayalan belaka, –angan-angan kosong-melompong yang terapung-apung di angkasa raya.

Tidak, Saudara-saudara! Proklamasi Kemerdekaan kita bukan hanya mempunyai segi negatif atau destruktif saja, dalam arti membinasakan segala kekuatan dan kekuasaan asing yang bertentangan dengan kedaulatan bangsa kita, menjebol sampai keakar-akarnya segala penjajahan di bumi kita, menyapu-bersih segala kolonialisme dan imperialisme dari tanah air Indonesia, – tidak!

LaNyalla saat membuka Rapat Kerja Nasional DPP Pemuda Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) secara virtual, Jumat (26/11/2021) dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Proklamasi kita itu, selain melahirkan kemerdekaan, juga melahirkan dan menghidupkan kembali kepribadian bangsa Indonesia dalam arti seluas-luasnya: kepribadian politik, kepribadian ekonomi, kepribadian sosial, kepribadian kebudayaan,

Pendek kata kepribadian nasional. Kemerdekaan dan kepribadian nasional adalah laksana dua anak kembar yang melengket satu sama lain, yang tak dapat dipisahkan tanpa membawa bencana kepada masing-masing”.

Sehingga Bung Karno menolak ketika Profesor Mr. Notonegoro dari Universitas Gajah Mada, dalam pidato pemberian gelar Doktor Honoris Causa menyebut bahwa Bung Karno sebagai pencipta Pancasila. ….. “Dengan terharu aku menerima titel Doktor Honoris Causa yang dihadiahkan kepadaku oleh Universitas Gajah Mada, tetapi aku tolak dengan tegas ucapan Profesor Notonegoro, bahwa aku adalah pencipta Panca Sila,” ungkap Bung Karno dalam pidatonya.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. Kalah di Leg I Final Piala AFF, LaNyalla Minta Timnas Tetap Semangat dan Main Lepas di Leg II - Berita TerbaruDecember 30, 2021 at 8:39 am

    […] BACA JUGA : Catatan Akhir Tahun 2021, Ketua DPD RI: Kita Benamkan Nilai-Nilai Pancasila, Demi Apa? […]

  2. moreDecember 2, 2024 at 10:42 am

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-akhir-tahun-2021-ketua-dpd-ri-kita-benamkan-nilai-nilai-pancasila-demi-apa/ […]

  3. สล็อต888 วอเลทJanuary 8, 2025 at 9:11 am

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/catatan-akhir-tahun-2021-ketua-dpd-ri-kita-benamkan-nilai-nilai-pancasila-demi-apa/ […]

Leave a Reply