Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 22)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 22)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya

Oleh: Budi Puryanto

Seri sebelumnya (Seri-21):

“Begitulah anakmas, banyak kisah dimasa lalu yang kita anggap hanya cerita saja. Kita mengira cerita itu tidak mungkin ada dalam kehidupan sesungguhnya. Tetapi anakmas sendiri mengalami yang bagi orang lain merupakan cerita aneh yang tidak nyata. Misalnya tadi, mampu mendengar dari jarak yang cukup jauh. dan juga bisa berbicara dengan para binatang. Itu bagi kebanyakan orang hanya merupakan cerita kosong saja,” kata Ki Joyo.

“Itulah kemurahan Yang Maha Agung. Yang terpenting anakmas, tirulah Raja Sulaiman. Dia memerintah kerajaannya dengan baik. Mencintai rakyatnya. Yang benar dikatakan benar. Yang salah dikatakan salah. Negerinya makmur sentosa. Tidak ada negara lain yang berani mengganggunya. Dia sangat dicintai rakyatnya. Dia salah seorang raja besar yang pernah ada dimuka bumi ini. Tetapi hidupnya sederhana. Dia tidak tergoda oleh kemegahan istana, gemerlap emas berlian, dan puja-puji orang. Dia hanya mengharap dicintai oleh Sang Hyang Taya, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Tan Keno Kinoyo Ngopo,” jawab Ki Joyo.
**********

SERI-22

Cindelaras dan Respati mendengarkan perkataan Ki Joyo dengan sungguh-sungguh. Keduanya tahu, Ki Joyo yang sesungguhnya bernama Kiageng Pandan Alas merupakan seorang guru rohani linuwih. Dia seorang pembimbing utama dalam agama Kapitayan, yang banyak dianut oleh warga masyarakat pada masa itu.

Cindelaras merasa berterima kasih kepada Yang Maha Agung, karena dirinya mendapatkan anugerah besar. Semula dia merasa aneh, dan bahkan malu untuk mengakui bahwa dirinya menguasai bahasa binatang. Tetapi setelah dijelaskan Ki Joyo, bahwa raja Sulaiman juga punya kemampuan seperti itu, bahkan lebih, hatinya menjadi tenang.

Sebaliknya, Respati menjadi penasaran dengan kemampuan Cindelaras itu. Bagaimana dia mempelajari hal seperti itu. Dia ingin tahu dan memahami bahasa binatang seperti Cindelaras.

“Bagaimana caranya kamu belajar bahasa binatang. Apakah kamu bisa mengajari aku barang sedikit. Rasanya aku ingin tahu, apa yang dikatakan burung-burung itu. Tentu juga binatang yang lain,” kata Respati kepada Cindelaras.

“Respati, aku tidak mempelajarinya sama sekali. Tiba-tiba saja aku paham dan mengerti saat induk ayam dihutan berbicara kepadaku. Setelah itu, aku juga bisa mendengar anak ayam yang masih didalam telurnya, mengatakan sesuatu dan aku bisa memahaminya. Lalu, secara perlahan aku bisa berbicara dengan banyak binatang dihutan. Mungkin karena aku sering bermain dengan mereka, sehingga akhirnya memahami bahasa mereka,” kata Cindelaras.

Mendengar penjelasan itu, Respati diam, tetapi dihatinya muncul rasa  kagum kepada Cindelaras. Anak muda yang ternyata seorang pangeran ini, punya kelebihan yang tidak biasa. Dia bisa menjadi raja besar dan baik, pikir Respati.

Sejak pagelaran didusun Jegong itu, tari topeng dan tari jaran kepang menjadi buah bibir masyarakat. Juga, cerita Joko Alasan. Anak-anak dan remaja belajar menirukan tarian itu. Mereka membuat jaran kepang dari anyaman bambu. Juga membuat topeng yang lucu-lucu. Tapi ada juga topeng yang seram-seram, wajahnya merah matanya besar.

Joko Alasan mendadak menjadi tokoh idola baru bagi anak-anak dan pemuda di wilayah itu. Sementara itu pagelaran pengamen sudah menjadi hiburan utama yang selalu dinanti-nanti tampilnya. Apalagi pagelaran seperti itu jarang terjadi. Kadangkala saja kalau ada hajatan orang yang cukup kaya, mereka bisa menyaksikan gelaran seni gamelan dan gending-gending.

Atau kalau selesai panen, di kantor desa diadakan kegiatan  “bersih desa” dengan menggelar acara hiburan. Tapi karena beberapa musim ini panen buruk, kegiatan hiburan bersih desa juga ditiadakan.

Hadirnya kelompok pengamen keliling menjadi penyejuk dahaga bagi masyarakat yang haus hiburan. Kelompok pengamen keliling itu juga mampu mengisi kekosongan jiwa masyarakat. Alunan tembang-tembang yang diiringi gamelan, mampu menenangkan jiwa yang menjerit akibat menanggung penderitaan yang semakin berat. Pesan-pesan kidung dan carita, mampu membangkitkan semangat untuk tetap kuat dalam menempuh hidup.

Tari topeng dan jaran kepang, selalu diikuti anak-anak dan remaja secara bersama-sama. Penampilan yang sungguh menggugah hati dan jiwa. Gerak mereka buka saja lucu dan menghibur, tetapi jauh dilubuk hati mereka tumbuh kegembiraan, percaya diri, dan kebanggaan. Inilah nilai-nilai yang dibutuhkan anak-anak negeri Jenggala itu untuk menyongsong masa depannya.

Baca Juga:

Gerakan Ki Joyo lambat laun menuai simpati banyak tokoh masyarakat desa. Kehadiran kelompok Ki Joyo mampu memberikan hiburan, rasa senang, kegembiraan, tawa lepas, yang sudah lama hilang ditengah masyarakat. Kehidupan masyarakat menjadi lebih dinamis. Warga lebih bersemangat dalam bekerja kesehariannya. Lebih rajin menggarap sawah dan ladangnya. Sehingga banyak tokoh masyarakat yang minta kepada Ki Joyo untuk tinggal agak lama didesanya. Tentu saja permintaan itu ditolak. Karena kelompok pengamen itu memang harus berpindah-pindah. Pasukan Ki Joyo ini harus membangkitkan semangat seluruh rakyat Jenggala yang sedang menderita batin dan jiwanya, akibat ditindas oleh para pemimpinnya sendiri.

Pada malam hari menjelang kepindahan kelompok pengamen itu hari esoknya, dirumah sewaan rame sekali orang berkunjung. Ki Joyo dan para anggota menemui mereka untuk sekedar ngobrol mengisi waktu. Dari keluh kesah mereka, Ki Joyo menjadi tahu, apa yang dirasakan direlung jiwanya terdalam. Jiwa-jiwa yang menjerit karena harus menanggung beban berat yang semakin bertambah-tambah. Jiwa-jiwa yang merindukan rasa tenang dan tenteram. Jiwa-jiwa yang ingin bebas dari penderitaan akibat kemiskinan yang membelenggu bertahun-tahun. Jiwa-jiwa yang kering karena tidak ada tetesan air rohani yang bisa menyejukkannya. Jiwa-jiwa yang merindukan lahirnya Ratu Adil yang akan membawa kesejahteraan hidup rakyatnya. Yang akan berlaku adil dan bijaksana.

Baca Juga:

Diam-diam mereka sedih melihat sikap raja Jenggala saat ini yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa mengatasi masalah yang dihadapi rakyatnya. Yang membuat mereka tambah sedih, sang raja ternyata tunduk dan dikendlaikan oleh Permaisurinya. Raja sudah tidak ada artinya lagi. Dia hanya duduk dan hidup mewah. Tapi kedua tangan dan kakinya terpasung.

“Begitulah kesedihan kami Ki Joyo. Kami sangat terhibur dengan kehadiran rombongan Ki Joyo. Lebih dari itu, kehadiran Ki Joyo dan rombongan seni ini, seperti mengembalikan tenaga dan semangat kami yang lama hilang. Hampir saja kami putus asa dengan keadaan yang tidak menentu ini. Mendengar tembang, kidung, carita, dan tarian anak-anak muda itu, jiwa kami kembali segar, kembali tegar, dan lebih siap untuk menjalani kehidupan ini. Keyakinan kami tumbuh kembali, bahwa penderitaan ini pasti akan berakhir. Kesabaran kami dalam penantian lahirnya raja baru, pemimpin Jenggala yang baru, bukan tanpa arti. Saat itu pasti tiba, dan kami merasa saat itu tidak akan lama lagi, Ki Joyo,” kata seorang tokoh masyarakat.

Ki Joyo diam mendengarkan perkataan tokoh desa itu. Namun dalam hatinya dia bersyukur, jalan yang dia tempuh lewat kelompok pengamen ini membuahkan hasil, tumbuhnya harapan baru ditengah masyarakat.

Setalah mendengarkan perkataan beberapa tokoh desa, Ki Joyo menjadi semakin yakin, perubahan di Jenggala akan segera terjadi. Karena menurut Ki Joyo harapan kuat dari masyarakat yang tertindas itu adalah permohonan yang tidak pernah ditolak oleh Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. ธุรกิจงานศพNovember 17, 2024 at 11:17 pm

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-22/ […]

  2. Slot Online เว็บตรง เกมบนมือถือNovember 18, 2024 at 5:55 pm

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-22/ […]

Leave a Reply