Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 30)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 30)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya

Oleh: Budi Puryanto

Cuplikan cerita sebelumnya (Seri 29):

“Purbo waseso ada ditangan Ki Tumenggung. Lakukanlah yang terbaik, tapi jangan merendahkan martabat Kerajaan Jenggala,” kata Permaisuri.

“Titah Kanjeng Putri Permaisuri akan kami laksanakan sebaik-baiknya. Dengan ini kami mohon restu untuk keberhsilan tugas ini,” kata Ki Tumenggung.

“Baiklah aku restui, jangan ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Bila menurut Ki Tumenggung baik, lakukan,” ungkap Permaisuri.

Sesaat kemudian Ki Tumenggung mengundurkan diri dari hadapan Permaisuri. Hari itu juga Ki Tumenggung berangkat ke wilayah timur, dengan membawa pasukan pengawal secukupnya. Tujuan perjalanan menuju Kadipaten Blambangan.

****************************************

SERI-30

Raja Melarang Adu Jago

Bagai halilintar menyambar disiang hari. Tiba-tiba saja Raja melarang adu jago diseluruh wilayah kerajaan Jenggala. Tentu saja larangan ini sangat mengagetkan. Belum pernah ada sebelumnya, kegiatan adu jago dilarang oleh negara.

Aneh. Bisik-bisik pun merebak, larangan ini pasti terkait kekalahan Pangeran Anom saat adu jago melawan Cindelaras. Raja tidak terima anaknya dikalahkan oleh Cindelaras. Seorang anak muda yang barangkali Raja sendiri belum pernah mengenalnya.

Sebaliknya, Cindelaras setiap tampil di arena adu jago selalu dielukan warga. Dia disambut dan dihormati, seperti layaknya seorang Pangeran. Keadaan ini membuat orang-orang istana merasa khawatir, dan mungkin takut. Atau tidak siap menerima kenyataan bahwa Cindelaras telah menjelma menjadi tokoh muda idola rakyat Jenggala. Maka cara mencegah menguatnya ketokohan Cindelaras adalah dengan melarang adu jago. Dengan begitu, pikir orang-orang istana itu, lambat laun rakyat akan melupakan Cindelaras.

Di warung-warung kopi larangan raja itu menjadi bahan pembicaraan utama para pembeli.

“Larangan ini pasti disebabkan oleh kekalahan Pangeran Anom. Sekarang dia tidak mau main lagi. Karena malu,” kata warga.

“Selain itu, karena Cindelaras makin dikenal dan dihormati. Tidak seperti Pangeran Anom yang justru dicaci dan dilecehkan,” sahut yang lain.

“Tapi kenapa ya Raja sepertinya takut sekali dengan Cindelaras. Apakah kalau Cindelaras makin terkenal, lalu akan menjadi raja. Kan tidak bisa begitu,” sahut yang lain.

“Ya namanya sakit hati, kan bisa saja terjadi. Kalau Pangeran Anom tidak bisa main adu jago, yang lain juga tidak boleh.Makanya dibuat larangan. Biar semuanya tidak bisa adu jago, seperti Pangeran Anom itu,” sergah yang lain.

“Lalu sampai kapan, adu jago ini dilarang. Setahuku baru kali ini ada raja melarang rakyatnya adu jago,” kata lainnya.

“Iya..ya..betul itu. Aneh ini. Larangan raja ini aneh benar,” sahut yang lainnya.

Pangeran Anom sendiri sejak kekalahan dari Cindelaras, tidak mau keluar istana. Dia sangat terpukul dengan kekalahan itu. Bahkan untuk sekedar keluar kamarnya saja, dia malas. Tidak ada selera dalam hidupnya. Akibatnya, badannya makin kurus dan sakit-sakitan.

Kondisi Pangeran Anom yang seperti itu membuat pikiran Permaisuri tambah kacau. Dia benar-benar khawatir akan kondisi anak semata wayangnya. Dia berharap anaknya akan menjadi raja kelak menggantikan ayahandanya. Dengan kondisinya yang seperti itu, tentu saja Permaisuri sangat terpukul. Akibatnya, siapa saja yang berada didekatnya dimarahi. Tidak peduli salah atau tidak. Semua keno semprot. Yang paling sering terkena semprot tentu saja Karto. Dia menjadi kambing hitam atas keadaaan Pangeran seperti sekarang ini.

Baca Juga:

Tentu saja larangan ini membuat gejolak. Apalagi untuk arena adu jago yang besar. Mereka kehilangan pendapatan yang cukup besar. Di Jenggala ada puluhan arena yang besar-besar seperti itu. Kebanyakan dimiliki oleh para pejabat istana. Atau orang-orang kaya yang dekat dengan pejabat istana. Mereka sangat terpukul dengan adanya larangan tersebut.

Selain itu, dikampung-kampung juga banyak terjadi adu jago. Dengan taruhan kecil-kecilan. Akibatnya bisa diduga. Larangan itu tidak dipatuhi. Pertarungan adu jago secara sembunyi-sembunyi tetap berjalan. Kalau ada pasukan kerajaan yang mendatangi, mereka bubar. Tapi jika sudah merasa aman, pertarungan dilanjutkan. Cara seperti itu merebak dimana-mana. Pertarungan sembunyi-sembunyi akhirnya tetap berjalan seperti semula.

Seperti yang lain, Cindelaras juga tetap adu jago. Karena dengan adu jago, Cindelaras bisa membantu orang lain. Sekarang sudah bukan rahasia lagi, setiap orang sudah tahu. Setiap Cindelaras adu jago, dia selalu membagikan uang hasil kemenangan itu kepada warga masyarakat yang sedang kesusahan sana. Itulah cara Cindelaras membantu sesamanya yang sedang membutuhkan bantuan.

Cindelaras ditangkap

Karena larangan raja diabaikan, istana memperkuat patroli dan operasi ditempat-tempat aduan. Sehingga perlu ada tindakan tegas.

“Ini kesempatan untuk menangkap Cindelaras. Sekarang sudah ada aturan raja, sehingga sah untuk menangkapnya dengan alasan menentang perintah raja,” kata Permaisuri kepada pasukan penjaga ketertiban yang ditugaskan untuk patroli keliling.

“Ini cara yang tepat untuk menghentikan gerak Cindelaras. Kalau dibiarkan anak keparat itu lama-lama bisa membahayakan negera. Dengan banyaknya pengikut dan yang mengagumi, dia bisa menentang raja terang-terangan dengan kekuatan pendukungnya,” seru Pemaisuri.

“Dia bisa menjatuhkan kedudukan raja. Karena itu tangkap dia, sebelum membesar pengaruhnya,” perintah Permaisuri yang langsung dijalankan oleh pasukan.

Hari itu juga. Dalam sebuah pertarungan adu jago, yang diikuti Cindelaras, tiba-tiba sepasukan prajurit masuk dan langsung menangkap Cindelaras. Para prajurit itu tanpa berpikir panjang, langsung meringkus Cindelaras dan membawanya ke luar arena. Kemudian, Cindelaras  langsung dimasukkan ke penjara kerajaan.

Sementara itu para penonton semburat melarikan diri. Aryadipa berusaha menyelamatkan ayam jagonya, dan menggandeng Respati yang berusaha mengejar Cindelaras.

“Respati, kita harus segera pergi dari sini. Sebelum pasukan lain datang. Soal Cindelaras, nanti kita pikirkan kemudian. Yang penting kita mencari tempat yang aman dulu,” kata Aryadipa.

“Baiklah, ayo kita tinggalkan tempat ini,” jawab Respati.

Kedua anak muda itu berjalan keluar desa, terus berjalan menjauhi tempat pertarungan tadi. Respati menahan tangisnya. Dan tangis itu akhirya pecah, saat mereka berjalan ditempat sepi. Ditepi hutan.

Baca Juga:

“Aku tidak tega, Arya. Cara prajurit itu menangkap Cindelaras sungguh menyakitkan hati. Seperti menangkap seorang penjahat saja. Apa salahnya? Kenapa hanya Cindelaras yang ditangkap? Kenapa yang lainnya dibiarkan lari menyelamatkan diri,” kata Respati.

“Ini pasti ada kaitannya dengan kekalahan Pangeran Anom,” jawab Aryadipa singkat.

“Ya, dia kecewa, marah, lalu minta Raja melarang adu jago. Lalu, karena larangan tidak digubris mereka memutuskan untuk menangkap Cindelaras. Begitu ya,” kata Respati.

“Ya, kira-kira begitu,” jawab Aryadipa dengan wajah kecewa.

“Kemana kita setelah ini, Arya,” tanya Respati.

“Aku belum tahu,”  jawab Aryadipa.

“Kita Cari Ki Joyo saja, bagaimana Arya,” tanya Respati.

Arya mengiyakan saja. Pikirannya sedang buntu. Tidak tahu apa yang harus dikerjakan saat itu.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. money168December 6, 2024 at 7:40 am

    … [Trackback]

    […] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-30/ […]

  2. chat roomsDecember 26, 2024 at 8:39 am

    … [Trackback]

    […] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/terkini/cindelaras-nekad-ikut-adu-jago-meskipun-raja-cawe-cawe-menjegalnya-bagian-30/ […]

Leave a Reply