Thomas Jefferson dan pengaruh Islam dalam konstitusi Amerika

Thomas Jefferson dan pengaruh Islam dalam konstitusi Amerika
Thomas Jefferson adalah penulis utama naskah Deklarasi Kemerdekaan AS yang diratifikasi oleh 56 delegasi dari Kongres Continental pada 4 Juli 1776. Sempat menjadi wakil presiden, Jefferson kemudian naik menjadi Presiden ketiga AS pada periode 4 Maret 1801 sampai 4 Maret 1809.

Thomas Jefferson dipercayakan untuk membuat naskah resolusi. Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk menyusun resolusi itu, sementara Benjamin Franklin dan John Adams melakukan sejumlah perubahan gaya bahasa. Pada tanggal 2 Juli 1776, Kongres menyetujui “Resolusi Lee” dan pada 4 Juli 1776, Kongres mensahkan naskah terakhir Deklarasi Kemerdekaan. Naskah itu dibacakan di hadapan orang banyak di halaman Gedung Negara ( State House) pada 8 Juli dan akhirnya ditandatangani oleh 56 anggota Kongres pada 2 Agustus 1776.

Sejarah Amerika banyak diwarnai dengan pengaruh Islam yang kental gegara Jefferson, baik dalam kehidupan politik maupun sosial-budaya. Hal yang di belakang hari menjadi alat propaganda lawan-lawan politik yang juga adalah rekan-rekannya. Dalam kampanye presiden 1800-1801, inilah “kampanye kotor” pertama dalam sejarah pemilu Amerika. Lawan-lawan politik Jefferson antara lain John Adams dan kelompok federalis menuduh rivalnya ini sebagai “seorang Muslim”, “kafir”, “seorang penganut agama yang menentang agama Kristen. Hal itu dilakukan untuk memancing emosi rakyat Amerika untuk tidak memilih Jeferson lagi. Tetapi usaha mereka sia-sia, Jefferson tetap melenggang sampai 1809 sebagai presiden Amerika.

Thomas Jefferson merangkai Deklarasi Kemerdekaan Amerika terinspirasi dengan Al-Qur’an. Ia memesan salinan Al-Qur’an pada 1765, 11 tahun sebelum ia menuliskan Deklarasi Kemerdekaan. Ia memmbeli salinan terjemahan Al-Qur’an yang ditulis George Sale di sebuah toko buku di Duke of Gloucester Street, London dan mengirimkannya ke Virginia. Buku itu adalah terjemahan Al-Qur’an terbaik ke bahasa Inggris pada masanya. Pun deklarasi ini memiliki persamaan dengan Piagam Madinah. Salah satu isinya terkait pluralitas dan persatuan melawan ancaman dari luar, juga perlindungan bagi kaum minoritas. Tak diketahui pasti apakah Jefferson akrab dengan Piagam Madinah yang disusun Nabi Muhammad S.A.W pada tahun 622 Masehi yang oleh Robert N. Bellah sebagai “terlalu modern untuk zamannya”? Tetapi diduga kuat, nilai-nilai pluralitas yang dituangkannya di dalam Deklarasi Kemerdekaan terinspirasi dari Al-Qur’an miliknya, antara lain surat Al-Baqarah ayat 62 :

Sesungguhnya orang-orang Mukmin (Islam), orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kiamat dan berbuat kebaikan (amal saleh), mereka akan menerima pahala (reward) dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

Sejarah Amerika memang membutuhkan seorang Thomas Jefferson. Ia adalah penganut deisme-unitarianisme,paham Ketuhanan Yang Maha Esa tetapi menolak agama-agama formal dan lebih mengedepankan kesalehan/agama pribadi (personal piety) seperti kebebasan, keadilan, toleransi dan merangkul semua orang. Mungkin istilah yang lebih tepat bagi penganut deisme-unitarianisme ini adalah kaum Sabi’in. Nilai-nilai yang kemudian diklaim sebagai American Values itulah yang disebut dengan kesejatian Amerika (true American values) dan hal itu di belakang hari semakin menemukan persenyawaan kimiawinya dengan Islam, seperti yang diakui oleh Lipmann :

“The newest territory for expansion of Islam is the United States, where it is one of the fastest-growing and most vigorous religions, claiming about two million adherents, ten times number a decade ago” (Wilayah terbaru untuk perkembangan Islam ialah Amerika Serikat, dimana ia merupakan salah satu agama yang paling cepat berkembang dan paling bersemangat, mengklaim sekitar dua juta pemeluk, sepuluh kali lipat jumlah satu dasawarsa yang lalu). (Thomas W. Lippman, Understanding Islam,New York, Mentor Book, 1990, h. 134).

Kesadaran tentang kesejatian Amerika yang Islami dipantik oleh Keith Ellison pada Januari 2007. Ia adalah Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota kongres di negara itu dan memilih dua edisi Al-Qur’an milik Jefferson sebagai landasan penghambilan sumpahnya. Publik Amerika benar-benar terkaget-kaget dengan kenyataan itu. Inilah “ancaman” terutama bagi para penganut Kristen garis keras bahwa negara itu akan kehilangan kekristenannya. Padahal seandainya jika mereka tahu bahwa para pendiri Amerika awal telah memasukkan keberadaan Muslim Amerika di tahun 1788 sebagai warganegara dalam penyusunan konstitusi, mereka tidak perlu shock dan reaktif secara berlebihan.

Ciputat, 14052020

Judul aslinya dari penulis : Islam Dan Jatidiri Amerika

Last Day Views: 26,55 K
Tags:

2 Responses

  1. บับเบิ้ลกันกระแทกNovember 22, 2024 at 4:48 am

    … [Trackback]

    […] There you will find 57999 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/thomas-jefferson-dan-pengaruh-islam-dalam-konstitusi-amerika/ […]

  2. Red Boy MushroomDecember 16, 2024 at 5:09 am

    … [Trackback]

    […] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/thomas-jefferson-dan-pengaruh-islam-dalam-konstitusi-amerika/ […]

Leave a Reply