Agus Mualif: Masjidil Aqsha, Keruntuhan Pertama (Bagian 1)

Oleh : Agus Mualif Rohadi

Al – Qur’an, Al – Isra’ 4 – 7, mengkisahkan bahwa Masjidil Aqsha mengalami kehancuran dua kali, yaitu :

“Dan kami tetapkan (hukuman) terhadap bani Israel dalam kitab itu, – kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan besar.

Maka apabila saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari yang kedua (kejahatan) itu datang, Kami datangkan kepadamu hamba – hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung – kampung. Dan itulah ketetapan (hukuman) yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak anak, dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.

Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka ke dalam masjid (Masjidil Aqsha), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai –“.

Pada masa Hosea bin Ela menjadi raja Samaria, Hizkia bin Ahas menjadi raja Yudea. Hizkia adalah orang yang taat menjalankan ajaran tauhid. Pada masanya berhala-berhala di Yudea dihancurkan dan bukit-bukit tempat pengurbanan di hancurkan dan Masjidil Bait EL Sulaiman (Masjidil Aqsha atau Haekal Sulaiman) sepenuhnya kembali menjadi pusat semua peribadatan tauhid di Yerusalem.

Kitab 2 Tawarikh menyebutkan bahwa Hizkia sejak awal pemerintahannya, langsung memfungsikan lagi bait El Sulaiman yang telah lama diterlantarkan. Orang orang Lewi dikumpulkan dan digerakkan lagi untuk menjadi imam dan penyelenggara peribadatan di seluruh negeri, sesuai perintah nabi Daud dan nabi Natan.

Peralatan-peralatan peribadatan di fungsikan lagi. Demikian pula, penyelenggaraan kurban bakaran di halaman haekal Sulaiman dengan menggunakan perkakas pengurbanan sebagaimana yang tercantum dalam kitab taurat yang sebelumnya telah lama tidak digunakan difungsikan kembali.

• Baca Juga: Agus Mualif: Pembantaian Bayi-Bayi Di Betlehem (Bagian-1)

Hizkia juga melaksanakan lagi perayaan hari paskah yang sudah beratus tahun tidak diselenggarakan untuk mengingatkan kepada bani Israel bahwa mereka pernah diselamatkan Allah dari kesengsaraan dan perbudakan di Mesir, dan sekarang dalam penjajahan bangsa lain.

Ketika datang waktunya perayaan hari paskah, Hizkia berkirim surat ke seluruh kota bahkan di kota-kota bekas wilayah Samaria dari kota bersyeba, wilayah Efraim, Zebulon dan Manasye hingga ke wilayah terjauh yaitu di wilayah suku Dan.

Roti tidak beragi dibuat lagi untuk perayaan paskah dan perayaan berlangsung selama tujuh hari.Hizkia juga mengatur kembali sumbangan dan membenahi rumah-rumah atau bilik-bilik tempat tinggal dirumah peribadatan untuk suku Lewi yang bertanggung jawab dalam peribadatan dan pengurbanan di seluruh wilayah suku suku bani Israel.

Pada saat yang sama, Sargon II, setelah menghapus peta kerajaan Israel samaria disibukkan dengan adanya gangguan dari kerajaan Aram yang bekerja sama dengan orang-orang Hamath menantang asyiria di Qarqar. Sargon II melihat ganggguan ini lebih penting dihadapi karena wilayah tersebut sangat berdekatan dengan Asyiria.

Sargon II mampu menghacurkan Aram dan Harmath, bahkan untuk memastikan agar mereka tidak bangkit lagi, serangannya dilanjutkan untuk menguasai wilayah barat hingga menyeberang laut Mediterania yaitu sampai ke pulau Siprus.

Sargon II memaksa wilayah phunisia hingga Siprus membayar upeti kepada Asyiria. Untuk mengamankan wilayah geopolitik Asyiria,
Sargon membangun kota baru di timur Laut Niniveh, yang dinamakan Dur – Sharukin (Kota Sargon).

Selesai menguasai wilayah utara dan barat, Sargon II yang haus peperangan, membawa pasukannya ke wilyah timur laut menuju Urartu (ararat). Sargon II mempimpin sendiri pasukannya menuju wilayah yang sangat berat dan belum pernah di datanginya, mengarungi sungai Zab dari hulu hingga hilir kemudian memasuki pegunungan Zagros.

Dengan susah payah pasukannya naik turun lereng dan lembah gunung yang berat hingga sampai diselatan kota Tabriz. Namun pasukannya telah mengalami kelelahan mental yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi pemberontakan. Pasukannya mulai membangkang dan menolak untuk melakukan perang.

Pada situasi sulit itu, pasukan Urartu yang dipimpim Rusas menyerangnya, sehingga Sargon harus menghadapi serangan dengan resiko bunuh diri, hanya dengan mengandalkan pasukan pengawal khususnya. Dengan tekat bunuh diri, pasukan khusus dan Sargon II menempur Rusas dan pasukannya.

Namun hal itu justru membuat Rusas takut kemudian menarik pasukannya mundur. Mundurnya Rusas justru membuat semangat tempur pasukan Sargon II yang tidak mau berperang kembali bangkit, kemudian mengejar pasukan Rusas hingga lari ke
pegunungan.

• Baca Juga:  Agus Mualif: Pembantaian Bayi-Bayi Di Betlehem (Bagian 2 -Tamat)

Namun Sargon II memutuskan tidak terus mengejar ke wilayah yang sama sekali tidak dikenalnya dengan resiko pasukannya memberontak. Sargon II kemudian mengajak pasukannya pulang.

Ekspedisi Sargon II gagal di wilayah timur laut, namun telah mengamankan Asyiria dari gangguan wilayah timur laut. Sargon II berada dalam puncak kekuasaannya. Upeti datang dari banyak negara bahkan Mesir pun mengirim upeti ke Asyiria. Namun Sargon II tiba tiba meninggal, dan tahtanya sekarang dipegang oleh anaknya yaitu Sanakherib atau Sanherib.

Sargon II, karena sangat menonjolnya, sehingga anaknya mungkin tidak banyak dikenal oleh negara-negara takulakan.

Sanherib sebelumnya tidak pernah nampak dalam medan perang.

Oleh karena itu, naiknya Sanherib disambut teriakan kemerdekaan negara negara taklukan, tidak terkecuali kerajaan Yudea. Hizkia bin Ahas dengan berani menghentikan pembayaran upeti kepada kerajaan Asyur yang dibayar sejak ayahnya minta perlindungan
kepada raja Asyur atas serangan kerajaan Samaria dan Aram.

Hizkia menganggap ada kekosongan kekuatan diwilayah Kanaan (Semit Barat). Kemudian menggerakkan pasukan Yudea, merebut Samaria dan mengusir orang-orang yang ditempatkan oleh Sargon II di Samaria.

Hizkia juga mengejar kaum Filistin yang pada masa Sargon II berkuasa leluasa memasuki wilayah Israel. Orang orang Filistin di kejar-kejar hingga mereka kembali ke wilayah Gaza.

Namun tidak semua setuju dengan pendapat bahwa Sanherib adalah raja yang lemah. Nabi bani Israel, yaitu Yesaya bin Amos mengingatkan raja Hizkia, bahwa mereka belum mengenal Sanherib.

Kehalaman berikutnya

Related Posts