Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Industri Kertas Pertama
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO mengatakan, China yang menemukan kertas pertama, kemudian Ummat Islam yang mengembangkan dan mengenalkannya ke Eropa. Kertas menyebabkan Revolusi dalam pendidikan karena buku tiba-tiba menjadi murah.
Untuk bisa memahami apa yang dikatakan oleh Dr Muhammad Najib seperti tersebut diatas, kita harus mempelajari sejarah dengan sungguh-sungguh, bersikap terbuka, dan obyektif.
Sejarah menunjukkan, kertas pertama kali ditemukan di China, dalam bentuknya yang masih sederhana. Tapi, para ilmuwan muslim-lah yang berperan besar dalam menyempurnakan teknologi pembuatan kertas itu. Berbagai inovasi teknologi dan bahan dilakukan para ilmuwan muslim, sehingga industri kertas dapat berkembang dengan pesat, menyebar ke berbagai negera, termasuk Eropa.
Kertas pertama kali dikenal di dunia Islam pada abad ke-8 M, tepatnya di Samarkand, Irak, pasca perang Dinasti Abbasiyah vs Dinasti Tang (perang Tallas, 751 M), orang muslim menawan orang China yang memiliki keterampilan membuat kertas dan mulai mempelajari seni pembuatan kertas.
Orang-orang China menggunakan bahan dari kulit kayu murbei, sisa-sisa rami, kain bekas, dan jaring ikan.Prosesnya dengan merendam bagian dalam kulit kayu di air kemudian dipukul-pukul sampai seratnya lepas. Bersama dengan kulit, direndam juga rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan-bahan itu ditekan sampai tipis kemudian dijemur.
Namun, proses pembuatan kertas yang diperkenalkan orang-orang Cina itu tak bisa dilajutkan, lantaran tak ada kulit pohon murbei di negeri-negeri Islam, sebagai bahan baku membuat kertas. .
Inovasi bahan baku dan teknologi
Menghadapi kelangkaan bahan baku kulit pohon murbei yang tidak ditemukan diwilayah kaum muslim, para ilmuwan Muslim pun memutar otak. Dilakukan riset dengan sungguh-sungguh untuk menemukan bahan baku pengganti kulit pohon murbei, bahan baku utama yang dikenalkan oleh orang-orang China tersebut.
Usaha keras yang tidak mengenal putus asa itu akhirnya membuahkan hasil gemilang. Sebuah terobosan spektakuler akhirnya tercipta. Para ilmuwan muslim berhasil menemukan inovasi baru. Kulit pohon murbei diganti dengan pohon linen, kapas, dan serat.
Selain itu, para ilmuwan muslim juga mengenalkan inovasi teknologi. Memperkenalkan bambu yang digunakan untuk mengeringkan lembaran kertas basah dan memindahkan kertas ketika masih lembab.
Inovasi lainnnya berlanjut, ditemukan proses fermentasi untuk mempercepat pemotongan linen dan serat dengan menambahkan pemutih atau bahan kimiawi lainnya.
Dan untuk menggiling bahan-bahan yang akan dihaluskan, mereka menggunakan palu penempa besar. Awalnya, palu penempa besar digerakkan oleh tenaga manusia sebelum ditemukannya kincir air di Jativa, Spanyol pada tahun 1151 M. Sejak saat itu, proses penggilingan bahan-bahan menggunakan tenaga air.
Inovasi yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terus berkembang. Selanjutnya mereka berhasil memperkenalkan proses pemotongan kertas dengan kanji gandum. Proses ini mampu menghasilkan permukaan kertas yang halus dan cocok untuk ditulis dengan tinta. Sejak saat itu, industri kertas menyebar dengan cepat ke negeri-negeri muslim.
Industri kertas pertaman Berdiri di Baghdad Tahun 793 M, era Khalifah Harun Al-Rasyid dari Daulah Abbasiyah.
Setelah itu, pabrik-pabrik kertas segera bermunculan di negeri-negeri Muslim seperti Damaskus, Tiberia, Tripoli, Kairo, Fez, Sicilia Islam, Jativa, Valencia, dan berbagai belahan dunia Islam lainnya.
Kertas Mulai Populer
Wazir Dinasti Abbasiyah, Ja’far Ibnu Yahya, mulai mengganti parkemen dengan kertas di kantor-kantor pemerintahan. Pada abad ke-10, berdiri pabrik kertas yang mengapung di Sungai Tigris. Kertas pun begitu populer di dunia Islam dari India sampai Spanyol.
Saking populernya kertas, seorang petualang Persia pada 1040 mencatat: Di Kairo para pedagang sayuran dan rempah-rempah sudah menggunakan kertas untuk membungkus semua dagangannya. Padahal, pada saat itu Eropa sama sekali belum mengenal kertas. Eropa yang tengah dicengkram kegelapan masih memakai parkemen.
Orang Barat baru mengenal kertas beberapa ratus tahun setelah orang Muslim menggunakannya. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun pada 1276 M di Fabrino, Italia. Seabad kemudian, berdiri pabrik kertas di Nuremberg Jerman. Barat mempelajari tata cara membuat kertas, setelah kekuasaan Kristen berhasil mengalahkan kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol). Setelah kejayaan Islam redup, Barat akhirnya mendominasi industri kertas.
Puncaknya, pada abad ke-15 M, Johan Gutenberg mencetak Bible yang menjadi gerbang dibukanya industri percetakan buku. Dari sinilah kebangkitan intelektual dunia barat dimulai. Baru pada awal abad ke-16, kertas mencapai wilayah Amerika.
Lembaran kertas benar-benar telah mengubah dunia. Kertas telah membuat ilmu pengetahuan dan peradaban manusia berkembang secepat kilat. Dan umat Islam turut berperan besar di dalamnya.
BACA JUGA:
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (4)
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (5)
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (6)
Tertinggal
Namun patut disayangkan, dunia Islam saat ini tidak mampu lagi berdiri tegak sebagai pelopor inovasi sain dan teknologi, seperti tercermin dalam sejarah industri kertas yang dibicarakan diatas.
Semangat dalam penguasaan sain dan teknologi, serta kemauan melakukan inovasi-inovasi teknologi tak nampak menonjol dikalangan ilmuwan muslim. Disisi lain, otoritas negara-negara Islam (mayoritas muslim) belum menunjukkan kesungguhannya dalam mendorong penguasaan sain dan teknologi itu. Mereka lebih menikmati membeli teknologi dibandingkan harus berjuang menguasai dan mengembangkannya.
Oleh karena itu, dunia Islam saat ini tertinggal jauh dengan negara-negara lainnya. Dalam segala lapangan kemajuan teknologi, dunia Islam tertinggal. Begitu pun juga kemajuan di lapangan ekonominya. Karena sesungguhnya kemajuan teknologi akan berdampak pada kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Sesungguhnya, kunci kemajuan suatu bangsa telah ditunjukkan secara nyata oleh sejarah, yakni menguasai sain dan teknologi. Dunia Islam harus segera mengakhiri perdebatan khilafiah yang menghabiskan energi, yang sudah berjalan bertahun-tahun tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Justru, yang muncul dibanyak negara Islam adalah api permusuhan, saling membenci, yang sangat mudah disulut menjadi perang saudara, sewaktu-waktu.
Dunia Islam harus segera menyadari ketertinggalannya dengan negara-negera lain, dan segera fokus kepada usaha-usaha untuk mengembangkan sain dan teknologo, agar secara perlahan tidak lagi tergantung kepada negara lain. Agar secara bertahap dapat megejar ketertinggalannya di berbagai bidang kehidupan.
Sejarah telah banyak mengajari kita. Para generasi Islam terdahulu telah memberikan contoh gemilang, bagaimana caranya mengendalikan dunia, menjadi pemenang, untuk menyebarkan Islam yang Rahmatan Lilalamin.
EDITOR: REYNA
EDITOR: REYNA
Related Posts
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (9) - Berita TerbaruJuly 19, 2022 at 8:55 am
[…] Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (7) […]
internetOctober 25, 2024 at 2:42 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-7/ […]
naked women camsNovember 20, 2024 at 7:23 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaisance-islam-7/ […]