Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Pernyataan Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI dan Ketua Harian Partai Gerindra, tentang kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 yang dikatakan sebagai hasil kerja kolektif, menekankan pentingnya kolaborasi dalam dunia politik. Hal ini mencerminkan bahwa keberhasilan seorang kandidat tidak hanya bergantung pada upaya individu, tetapi juga kontribusi tim, relawan, partai pendukung, dan simpatisan.
Pendekatan ini menyoroti nilai gotong royong dan kerja bersama dalam mencapai tujuan besar, termasuk kampanye yang terkoordinasi, strategi komunikasi, dan mobilisasi sumber daya yang efektif. Hal tersebut juga bertujuan menjaga solidaritas dan semangat tim, sehingga setiap pihak merasa memiliki peran penting dalam pencapaian kemenangan.
Kerja Berbasis Teori
Dalam berbagai aspek kehidupan, terutama di dunia kerja dan organisasi, keberhasilan sering kali ditentukan oleh kemampuan tim untuk bekerja secara kolektif. Kerja kolektif menekankan pentingnya kolaborasi, sinergi, dan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan bersama, berbeda dengan pendekatan kerja individu yang berfokus pada kinerja personal.
Kerja kolektif adalah bentuk kerja sama di mana sekelompok individu berbagi tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.
Prinsip utamanya dari kerja kolektif meliputi: Kolaborasi, dimana setiap anggota berkontribusi sesuai kemampuan dan perannya. Sinergi, dimana hasil kerja bersama lebih besar daripada kontribusi individu yang terpisah. Kepercayaan, dimana anggota tim saling mendukung dan percaya satu sama lain. Tujuan Bersama, dimana tim harus fokus pada keberhasilan kelompok, bukan hanya pencapaian pribadi.
Teori-Teori Tentang Kerja Kolektif
1. Teori Sinergi (Synergy Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kolaborasi antar individu menghasilkan dampak yang lebih besar daripada kerja individu secara terpisah. Dalam konteks organisasi, Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People menyebut sinergi sebagai “kekuatan tim.” Covey menegaskan bahwa kerja kolektif memungkinkan anggota tim untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing, menciptakan hasil yang lebih besar.
2. Teori Interdependensi Sosial (Social Interdependence Theory)
Dikembangkan oleh Morton Deutsch dan disempurnakan oleh David W. Johnson, teori ini menyatakan bahwa keberhasilan individu dalam tim bergantung pada keberhasilan seluruh kelompok. Ada dua jenis interdependensi: pertamapPositif, dimana anggota tim bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, negatif dimana anggota bersaing satu sama lain, yang dapat merusak kinerja kelompok.
Kerja kolektif mendorong interdependensi positif, di mana keberhasilan satu anggota berarti keberhasilan semua.
3. Teori Dinamika Kelompok (Group Dynamics Theory)
Dikembangkan oleh Kurt Lewin, teori ini menyoroti pentingnya dinamika kelompok dalam memengaruhi efektivitas kerja kolektif. Lewin menjelaskan bahwa perilaku individu dalam kelompok dipengaruhi oleh struktur, norma, dan interaksi di dalam tim. Tim yang memiliki komunikasi efektif dan tujuan yang jelas cenderung lebih sukses dalam kerja kolektif.
4. Teori Manajemen Kolaboratif (Collaborative Management Theory)
Menurut Peter Senge dalam The Fifth Discipline, organisasi yang belajar (learning organizations) membutuhkan kolaborasi antarindividu untuk mengatasi kompleksitas dan perubahan. Senge menekankan bahwa kerja kolektif adalah dasar dari inovasi dan keberlanjutan organisasi.
Pendapat Para Ahli tentang Kerja Kolektif
1. Richard Hackman
Hackman, seorang pakar psikologi organisasi, menekankan pentingnya desain tim yang baik untuk keberhasilan kerja kolektif. Dalam bukunya Leading Teams, ia menyebutkan bahwa tim yang sukses memiliki: Tujuan yang jelas dan memotivasi, struktur yang mendukung kolaborasi dan lingkungan yang memfasilitasi komunikasi.
2. Patrick Lencioni
Dalam bukunya The Five Dysfunctions of a Team, Lencioni mengidentifikasi hambatan kerja kolektif, seperti kurangnya kepercayaan dan konflik antarindividu. Ia berpendapat bahwa keberhasilan kerja kolektif membutuhkan komitmen, akuntabilitas, dan perhatian terhadap hasil kelompok.
3. Edgar Schein
Schein, ahli budaya organisasi, menyoroti bahwa kerja kolektif sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya yang mendukung kolaborasi, keterbukaan, dan inovasi akan mendorong keberhasilan kerja kolektif.
Manfaat Kerja Kolektif
Kerja kolektif akan meningkatkan Inovasi, dimana kolaborasi antarindividu dengan latar belakang berbeda memunculkan ide-ide kreatif.
Disamping itu juga akan menghasilkan efisiensi tinggi, karena pembagian tugas sesuai keahlian masing-masing mempercepat penyelesaian pekerjaan.
Kerja kolektif juga akan mendorong Peningkatan Kepuasan Kerja, meningkatkan motivasi dan kepuasan anggota tim.
Kerja kolektif menciptakan sistem yang tidak bergantung pada satu individu saja.
Kerja kolektif bukan hanya strategi kerja, melainkan kebutuhan dalam menghadapi tantangan yang kompleks. Dengan menerapkan prinsip kerja kolektif dan memahami teori-teori yang mendasarinya, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, inovasi, dan keberhasilan jangka panjang.
Sebagaimana diungkapkan oleh Helen Keller, “Alone we can do so little; together we can do so much.” Kalimat ini menggambarkan esensi kerja kolektif yang tidak hanya relevan dalam organisasi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Sufmi Dasco Ahmad memahami prinsip kerja kolektif dan mampu menerapkannya dalam praktik politik. Hal ini terlihat dari cara dia memimpin Partai Gerindra, menjadi Wakil Ketua DPR RI, dan kerja-kerja politik lainnya seperti Pemilu, Pilpres, maupun Pilkada, di mana dia sering menekankan pentingnya sinergi antara kader, pengurus partai, dan relawan untuk mencapai tujuan bersama. Prinsip kerja kolektif yang dia junjung tinggi melibatkan pembagian tugas yang jelas, pengambilan keputusan secara bersama-sama, serta penghargaan terhadap kontribusi setiap individu dalam tim.
Dasco juga dikenal sebagai sosok yang mampu membangun koordinasi yang baik di internal partai maupun dengan mitra koalisi. Pendekatannya yang kolaboratif menciptakan suasana kerja yang kondusif dan meningkatkan efektivitas strategi politik, terutama dalam mendukung keberhasilan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.
Kemampuan Dasco untuk menerapkan prinsip kerja kolektif ini menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan yang inklusif dan berbasis kolaborasi dapat memberikan dampak signifikan dalam pencapaian tujuan politik.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
BACA JUGA:
Related Posts
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
No Responses