Wawancara (Imajiner) Dengan Prabowo Subianto

Oleh : Setyanegara 

Jagad politik Indonesia bergetar. Prabowo bersedia menjadi menteri Joko Widodo. Menteri Pertahanan. Edy Prabowo, saudaranya masih satu partai, sebagai Menteri Pertanian.

Saya mengamati pro kontra pendukung Prabowo. Ada yang sudah move on. Ada yang belum. Prabowo sendiri sudah move on dari hiruk-pikuk Pilpres.

Saya melakukan kontemplasi, pecah diri jadi 2. Satu diri saya sendiri (SN). Diri yang lain menjelma menjadi Prabowo Subianto (PS). Kami berdialog secara imajiner. Hasil dialog saya tuliskan dibawah ini :

SN : Pak Prabowo.anda kelihatan lelah, sedih. Tidak sumringah. Padahal baru dari istana. Mau dapat jabatan Menteri Pertahanan. Waktu konferensi pers bapak senyum-senyum kelihatan senang sekali.

PS : Bukan sedih. Saya lagi berpikir keras. Barusan Pak Presiden minta saya membantunya untuk urus pertahanan negara. Ini bukan perkara gampang. Anda tahu kan saat kampanye pernah saya katakan, kita hanya mampu bertahan 3 hari kalau terjadi perang. Jadi, sungguh lemah pertahanan negara kita ini. Makanya saya bersedia membantu Presiden untuk urus pertahanan negara.

SN : Tapi langkah bapak ini menyakiti para pendukung anda di Pilpres. Bapak dihujat, dicaci, diledekin habis dimedia. Bapak dicap oportunis, mau enaknya sendiri. Disindir, dikira macan ternyata kucing. Dikira macan padang pasir, ternyata binatang piaraan. Dikira macan ternyata cuma ayam potong. Bapak bisa cek itu dimedsos.

PS : Saya tahu. Saya baca semuanya. Soal dihina, dicaci maki, difitnah, disindir, saya sudah kebal. Dari dulu saya mengalami itu. Ndak apa-apa saya terima dengan ikhlas. Saya sadar dan paham langkah saya bisa menyakiti banyak orang. Terutama pendukung saya di Pilpres. Tapi ini soal negara. Kita harus ambil sikap rasional. Untuk negara saya akan lalukan apapun resikonya.

Oh ya, kalau soal oportunis, mau enaknya sendiri. Saya ini kurang apa. Tuhan sudah beri saya kekayaan berlimpah. Jabatan? Kalau soal jabatan saya bisa dapatkan sejak dulu. Tapi ini soal negara. Ancaman buat Indonesia sangat besar. Saya tahu banyak. Dan saya harus bertindak sendiri.

SN : Apakah bapak tidak mengorbankan harga diri. Mau jadi menteri. Gerindra juga cuma dapat jatah 2 menteri. Lagi-lagi ada yang nyindir, kok murahan banget. Buat apa ada pilpres kalau akhirnya jadi satu.

PS : Ya ini konsekuensi demokrasi yang kita anut. Bertarung, ada yang menang, ada yang kalah. Tapi kalau soal negara, saya berprinsip putra-putra terbaik bangsa harus dilibatkan. Negara harus diurus secara profesional, oleh orang yang cakap dibidangnya. Itu baru negara bisa maju.

Lagipula gini ya, saya ingin meninggalkan legacy. Menjadi lawan di pilpres bukan tabu menjadi menteri, masuk di pemerintahan pihak lawannya yang menang. Pihak pemenang juga jangan ragu dan malu menawarkan jabatan kepada pihak yang kalah. Dengan begitu permusuhan bisa dihentikan. Bukan justru dipelihara terus. Permusuhan itu energi buruk yang akan merusak masa depan bangsa.

SN : Apa partai koalisi bapak ajak bicara sebelumnya.

PS : Secara rasional saya jelaskan langkah saya mengapa bergabung di pemerintahan. Saya ingin berkontribusi langsung lewat pemerintahan. Says perlu wadah legal untuk mewujudkan pengabdian pada bangsa.

SN : Pak Prabowo niatnya baik. Tapi kan cuma jadi menteri. Kekuasaan penuh ada di Presiden. Misalnya gagasan bapak tidak disetujui presiden toh gak bisa berbuat banyak. Bapak juga bisa dipecat sewaktu – waktu. Satu lagi pak, adakah dalam pikiran bapak justru posisi Menhan ini untuk bamper pak Jokowi saja. Bapak harus menghadapi pendukung bapak sendiri yang katanya dicap radikal, tidak toleran, dan akan ganti Pancasila?

PS : Sudah. Jangan nglantur kamu. Dilantik saja belum saya ini. Ingat saya belum dilantik. Doakan ya.

Related Posts