Yudhy Chrisnandy : Refleksi Peran Transformatif Himpunan Mahasiswa Islam

Yudhy Chrisnandy : Refleksi Peran Transformatif Himpunan Mahasiswa Islam
Yuddy Chrisnandi

HMI seperti yang ditunjukan oleh Bang Agus Salim Sitompul, sejarawan HMI yang disertasinya menulis tentang Pemikiran KeIslaman dan Kebangsaan HMI juga telah mempertegas Pemikiran keIslaman dan Kebangsaan dalam dirinya ketika pada Kongres ke 10 di Palembang 3-10 Oktober 1971 memasukkan lima butir nilai-nilai Pancasila dalam Angggaran Dasar (AD) HMI pada alinea keempat yang berbunyi :

“Mahasiswa Islam Indonesia sebagai generasi muda bangsa yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peranan dan tanggungjawab kepada nusa dan bangsa bertekad memberikan darma baktinya untuk mewujudkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Khikmat Dalam Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan atau Perwakilan serta Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT” (Agus Salim Sitompul; Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, 2002:320).”

Gagasan Pemikiran KeIslaman dan Keindonesiaan ini kemudian dirumuskan oleh Nurcholis Madjid, Endang Saefudding Anshari dan Sakib Mahmud atas rekomendasi Kongres HMI ke 9 di Malang 3-10 Mei 1969 mewujud dalam pandangan dunia (weltanchaung) HMI yang kita para kader HMI mengenalnya sebagai Nilai Dasar Perjuangan (NDP) atau Nilai Identitas Kader (NIK). Dari NDP/NIK kita akan melihat dengan jelas bagaimana ideologi keagamaan HMI sesungguhnya dekat dengan modernisme yang menekankan subtansi, walaupun kita tidak menutup mata bahwa di tahun 1980-an juga berkembang arus kuat bercorak pemikiran literalis yang kita lihat di sebahagian anggotanya (Azyumardi Azra dalam Agus Salim Sitompul; Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, 2002:xxi).

Penekanan pada Pemikiran KeIslaman dan Kebangsaan yang inklusif inilah yang menurut hemat saya salah satu kekuatan HMI yang bila kita lihat dengan fenomena global belakangan ini tentu sangat relevan. Pemikiran KeIslaman dan Kebangsaan menjadikan HMI menemukan pijakan kuatnya untuk tetap eksis berkiprah puluhan tahun dan menyambungkan gagasan Islam dan nasionalisme yang dikembangkan para cendikiawan muslim founding fathres sebelum Indonesia merdeka, bersambung terus hingga terwariskan ke generasi kita saat ini. Sekarang yang menjadi persoalan adalah seperti yang tadi saya katakan, “Apakah HMI sekarang ini mampu mempertahankan peran transformatif itu?”

Keempat, namun disamping kekuatan Pemikiran KeIslaman dan KeIndonesian HMI seperti yang telah saya kemukakan diatas, tantangan lain yang tak kalah pentingnya untuk dijawab adalah konsolidasi organisasi mulai dari struktur organisasi, jaringan dan yang terpenting kaderisasi sebagai jantungnya organisasi-organisasi pengkaderan seperti HMI. Sudah waktunya kader-kader HMI merevitalisasi HMI menjadi kekuatan baru untuk menampilkan HMI yang lebih segar dalam pemikiran dan kiprah perjuangannya. HMI harus mengambil kembali semangat perjuangan para pendiri organisasi ini di tahun 1947 dengan segala idealismenya. HMI harus memperhatikan kaderisasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Tanpa kaderisasi yang baik sulit bagi HMI untuk menandingi generasi-generasi pendahulunya, tapi saya yakin kade-kader HMI sekarang mampu mengemban amanah perjuangan itu. Saya percaya “Setiap Orang Ada Masanya dan Setiap Masa Ada Orangnya”. Khalil Gibran mengatakan “anakmu adalah anak zamannya” dan setiap zaman pasti memiliki panggilan perjuangannya masing-masing.

Karena itu dengan melihat kekayaan khasanah pemikiran dan perjuangan HMI wajarlah bila banyak pakar tertarik mengkaji HMI dari berbagai sudut; sejarah, kepemimpinan, tokoh-tokohnya hingga ke tradisi Pemikiran KeIslaman dan Kebangsaan, baik untuk skripsi, thesis, disertasi maupun buku-buku lainnya yang menandakan bahwa HMI bukan hanya layak diangkat menjadi kajian namun juga memiliki kontribusi besar dalam mengiringi KeIndonesiaan kita.

HMI yang didirikan oleh ayahanda Prof. Drs. Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta dengan basis pertamanya di Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kemudian menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) telah membuktikan kekuatan dan daya tahan organisasi ini sebagai organisasi perjuangan. Kita tentu bangga dengan prestasi yang telah ditorehkan oleh kader-kader HMI selama 72 tahun kiprah perjuangannya. Namun ini tidak cukup, HMI harus membuktikan kembali perjuangannya termasuk berkontribusi dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita menuju Indonesia Jaya, sepanjang masa

Tulisan Prof Dr Yuddy Chrisnandy ME SH Berjudul REFLEKSI PERAN TRANSFORMASI HMI yang dimuat dalam Buku Berjudul DARI KYIV MENULIS INDONESIA Penerbit Madani Institute Cetakan Pertama Terbit Oktober 2019.

EDITOR : SETYANEGARA

 

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. sa gaming คาสิโนยอดนิยม เกมเยอะ คุณภาพระดับโลกNovember 3, 2024 at 7:09 am

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/yudhy-chrisnandy-refleksi-peran-transformatif-himpunan-mahasiswa-islam/ […]

  2. car detailingNovember 23, 2024 at 11:21 am

    … [Trackback]

    […] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/yudhy-chrisnandy-refleksi-peran-transformatif-himpunan-mahasiswa-islam/ […]

Leave a Reply