Yudi Latif: Kebahagiaan Bakti Negeri

Yudi Latif: Kebahagiaan Bakti Negeri
Yudi Latif

Oleh: Yudi Latif

 

Saudaraku, hari ini saya kembali jadi tim penguji “Professional Communicator” di @epdc_training.

Dalam pidato penutup, saya coba kaitkan antara kebahagiaan dan cinta (bakti) negeri dgn belajar dari praktik terbaik.

Nun jauh di kawasan pegunungan Himalaya, terjepit antara India dan Cina, terdapat negara kecil bernama Bhutan.

Hingga 1960-an, Bhutan termasuk negara dgn tingkat kemiskinan, buta huruf, dan kematian bayi terburuk di dunia. Namun, pada 1972, sesuatu yg tak biasa terjadi di sana, yang menarik perhatian dunia. Raja baru, Jigme Singye Wanchuk, dgn popularitas tinggi tak terjebak aji mumpung yg bisa menyengsarakan rakyat.

Sebaliknya, ia jadikan popularitasnya sbg sumber berkah bg rakyat. Berkah terbaik pemimpin bg rakyatnya itu adalah memberikan kebahagiaan.

Ia tinggalkan indikator kuantitatif spt GNP (GDP) sbg ukuran sukses pembangunan. Ia gantikan dgn indikator baru, Gross National Happiness.

Untuk itu, ia canangkan “Empat Pilar” pembangunan sebagai penopang kebahagiaan: Good governance and democratization; Stable and equitable socio economic development; Environmental protection; Preservation of culture.

Hasilnya sungguh fantastis. Meski masih banyak yang harus ditingkatkan, banyak kemajuan telah terjadi. Pendapatan perkapita telah jauh melebihi India, angka harapan hidup meningkat dari 43 tahun pd 1982 menjadi 66 tahun saat ini, dan kematian bayi turun dari 163 kematian per 100.000 kelahiran menjadi 40. Sekolah dan klinik baru bermunculan di seluruh negeri, angka melek huruf meningkat dr 10 persen pd 1982 menjadi 66 persen saat ini.

Menurut survei Bank Dunia, kualitas tata kelola pemerintahan memang belum mendekati standar kebanyakan negara Barat, namun terus meningkat dan jauh di atas India dan China. Dan paling penting, Bhutan termasuk kelompok negara dgn indeks kebahagiaan tertinggi dunia.

Singkat kata, kebahagiaan itu merupakan perpaduan faktor subjektif (faktor genetis, biografis, psikologis dan idealitas) setiap individu dan faktor objektif lingkungan (tata budaya, tata kelola politik, dan tata perekonomian) negara-bangsa. Gabungan antara kedua faktor tsb variabel-variabel pengukurannya terkandung dlm Pancasila.

EDITOR:REYNA

Last Day Views: 26,55 K