NGAWI – Seleksi calon perangkat desa Tirak, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, yang menimbulkan gejolak di masyarakat serta heboh di media massa dan media sosial. Pasalnya, proses seleksi itu dipandang tidak adil, dan tidak transparan.
Salah satu sebabnya adalah diloloskannya peserta atas nama Rizky Sepahadin, anak dari Kepala Desa Tirak, Suprapto. Lho memangnya kenapa kalau anak Kepala Desa, apakah tidak boleh ikut seleksi? Boleh saja, asal sesuai aturan.
Masalahnya, Rizky Sepahadin saat ini masih menjalani hukuman sebagai narapidana narkoba dengan status Bebas Bersyarat. Jadi dia belum bebas murni. Apakah seorang yang masih menjalani hukuman boleh mencalonkan atau dicalonkan sebagai perangkat desa?
Disamping itu, diduga proses seleksi itu juga berbau money politik (politik uang). Ini salah satu persoalan yang sedang diajukan kepada Bupati Ngawi.
Berbagai aksi protes masyarakat tidak diacuhkan oleh Panitia hingga, seperti yang diduga oleh masyarakat, akhirnya Rizky Sepahadin dalam seleksi (tertulis dan ujian praktek komputer) mendapatkan nilai tertinggi (85,2) dan dengan demikian dia lolos sebagai Calon Sekretaris Desa.
Pembiaran Dan Keadilan Masyarakat Tirak
Menanggapi polemik dan gejolak yang terjadi di Desa Tirak tersebut, Pengamat Kebijakan Publik Ngawi, Agus Fatoni, menilai telah terjadi keculasan yang nyata dan brutal dalam proses seleksi tersebut.
“Tirak Gate sungguh nyata sekali pola dan cara-cara culasnya. Publik akhirnya mengetahui. Tak hanya bagi warga Tirak namum bagi seluruh masyarakat Ngawi. Ngisinke,” kata Agus Fatoni kepada media ini, Kamis (30/10/2025).
Toni menambahkan, jika kita beberapa waktu lalu hingga saat ini masih belum tuntas babak belurnya atas keculasan ulah Moelyono dengan Samsulnya untuk negeri ini termasuk kita yang di Ngawi, kini masyarakat Ngawi justru di hantam lagi dengan keculasan yang nyaris sama seperti Moelyono, yakni Tirak Gate.
“Sepertinya jauh lebih brutal dari keculasan Moelyono,” ungkap Toni.
Yang sangat menghina meluluhlantakkan keadilan warga masyarakat utamanya Tirak, sambung Toni, seakan Ngawi tak ada dan atau tak punya daya mengatasi kebrutalan keculasan Tirak.
“Ini bukan masalah regulasi lagi..ini lebih pada, adakah ketegasan dan itikad baik elite Ngawi menjaga kondusifitas, rasa keadilan, dan etika masyarakat ngawi. Atau lebih membiarkan kebrutalan Tirak hanya base on regulasi semata dengan mengabaikan rasa keadilan masyarakat,” keluhnya.
“Tirak gate seperti kita merasakan Moelyono..bahkan jauh lebih brutal.”
Agus Toni mendesak pemangku kepentingan di Ngawi untuk segera mengambil langkah untuk menjaga dan menyelamatkan norma sosial, etika, keadaban, dan keadilan masyarakat.
“Janganlah jadi catatan yang buruk di periodisasi 2024-2029 ini,” tegasnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Soal Seleksi Perangkat Desa Tirak, Camat Kwadungan Tegaskan Akan Mengambil Langkah Sesuai Aturan

Oligar Hitam Harus Dipenggal Kepalanya

“Whoosh” Cermin Buruknya Duet Kebijakan Luhut–Jokowi

Woosh: Satu dari Banyak Jejak Kejahatan Ekonomi dan Konsitusi Jokowi

Kepala Sekolah SMAN 1 Patianrowo Nganjuk Disinyalir Paksa Murid Ikut Study Tour ke Jogja, Buat Ajang Bisnis

Umat manusia gagal menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C, kata Sekjen PBB, desak perubahan arah

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Rudal Nuklir Rusia Yang Baru Jarak Jangkauannya Tidak Terbatas

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi

Mantan Aktivis 98 Menilai Restrukturisasi Utang Whoosh Oleh Luhut Janggal




No Responses