Ditulis Ulang Oleh : Ir HM Djamil MT
Hari Minggu Pahing di bulan Safar matahari terlihat sudah agak tinggi di kampung wali Paidi. Kala itu wali Paidi masih mengenakan pakaian training karena barusan lari-lari pagi, suatu kebiasaan yang dilakukannya tiap minggu pagi dari lepas dhuha.
Pagi itu ia kedatangan tamu seorang India muslim yang sudah menunggunya di musholla. Setelah uluk salam dan mengenalkan diri, tamu itu langsung memerintah: “Sekarang sampeyan mandi-mandi dan berpakaian rapi, kita akan pergi ke suatu tempat. Pertemuan Tahunan yang baru pertama kali ini akan sampeyan hadiri.”
“Kapan ?… dan saya diundang sebagai apa ?”… tanya wali Paidi heran karena ia merasa tak pernah berorganisasi apapun, tahu-tahu kok ada Pertemuan Tahunan…
“Pertemuan apa?” batin wali Paidi.
“Sudah… jangan banyak tanya.. cepat bersih dan rapikan diri… saya tunggu disini… setelah sholat dhuha kita berangkat”… ujar tamu itu sambil menatap tajam wali Paidi.
Sorot mata dan ucapan tamu ini seakan menghunjam dada wali Paidi hingga hatinya bergetar dzikir… Tapi herannya ia merasa sangat percaya dan manut perintah orang ini, tidak ada rasa su’udhon.
Wali Paidi segera masuk rumah dan tidak sampai setengah jam dia sudah keluar dengan pakaian rapi sambil membawa perbekalan yang biasa dibawanya kalau pergi berkelana.
Setiap tanggal 16 Bulan Safar, asal tidak bertepatan dengan hari Senin atau Kamis ada pertemuan empat puluh satu wali-wali dunia di atas bukit Rahmah (Jabal Rahmah) Makkah. Keempat puluh satu wali ini tersebar di seluruh pelosok dunia, dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit ini.
Seperti biasanya pertemuan ini dimulai selepas syuruq di tempat yang disepakati.
Sejatinya pertemuan itu adalah pertemuan khusus untuk melantik atau tepatnya memperkenalkan adanya wali baru atau wali pengganti dari negara atau daerah tertentu.
Mereka ada yang datang ke sana dengan terbang, ada yang naik sajadah seperti Aladin, ada yang muncul dari bumi, ada yang naik burung, ada yang cling tahu-tahu sudah di tempat.
Acara tahunan ini dipimpin langsung oleh Al Mukarrom pimpinan para wali yang setiap masa hanya satu orang di Bumi Allah ini. Dan kali ini pimpinannya adalah orang dari Yaman tepatnya dari kota Sona’ah.
Bagi awam di bukit itu hanya terdengar deru suara angin gurun pasir, namun bagi ahli dzikir di atas bukit itu bergema lantunan dzikir seakan dentuman-dentuman yang terpancar dari hati mereka.
Di atas bukit itu awan seakan ikut menyemarakkan acara tahunan ini dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi berlantunkan simponi takbir, tahmid dan tahlil.
Dari kejauhan di bawah bukit ada orang yang tidak terlalu tua tampak tertatih-tatih kesulitan menaiki bukit yang tak seberapa tinggi ini. Berbeda dengan wali-wali yang datang sebelumnya. orang ini walau tampak agak kesulitan menaiki bukit dengan tongkatnya dia berusaha melewati bebatuan terjal dan berliku namun ia mampu menaiki bukit itu sampai di puncak.
Gemuruh nafasnya tidak tersenggal-sengal kecapekan layaknya orang yang sedang mendaki, bahkan halus teratur mengikuti alunan Simponi … yaa… Allah… yaa Aziz.. yaa ghofar.. yaa… robbal alamien..
Pakaiannya biasa, jubah putih walaupun tak seputih salju, wajahnya selalu tersenyum dari wajahnya bisa dikatakan orang ini bukan orang sembarangan. Tanpa menghentikan aktifitas dzikir para wali menghentikan aktifitas lainnya setelah melihat kedatangan orang ini.
Suasana hening namun tetap dalam simponi dzikir yang indah terdengar pendengaran batin. Satu persatu para wali menyalami orang ini dengan penuh hormat dan takdzim. ”ahlan wa sahlan ya Habibullah yaa Sulthanul Aulia”.. begitu ucap mereka.
Ternyata orang yang tampak biasa sekali ini adalah Aulia’nya para wali.
Sejatinya Wali Paidi masih terheran-heran dengan keadaan ini, dia tadi berangkat setelah Dhuha dan saat ini matahari masih baru saja meninggalkan ufuk. Dalam suasana heran dia mendapat giliran terakhir untuk bersalaman dengan Auliya’, karena dia adalah anggota baru dari perkumpulan wali-wali dunia ini.
Setiap wilayah selalu ada perwakilan para wali wilayah yang dinobatkan menjadi anggota perkumpulan wali dunia ini. Keanggotaannya hanya digantikan bila yang bersangkutan meninggal dunia.
Para wali ini adalah orang orang yang maksum, yang sudah tercukupi kebutuhan dunianya, sedang mereka adalah orang-orang yang selalu berserah diri pada Allah tuhan Penguasa Alam.
Wali Paidi, anak Indonesia ini, dia masih sangat muda.. belum menikah, penampilannyapun layaknya anak muda desa dengan jas ala tentara Jerman dan kopiyah hitam yang agak tinggi, tubuhnya sedang-sedang saja dengan kulit sawo matang.
Wajah Pemuda ini masih kelihatan polos cenderung lucu. Dia menjabat tangan Sulthonul dan menciumnya dengan takzim, suatu perbuatan yang mungkin hanya dilakukan oleh wali-wali dari Indonesia.
“Mana kopinya.. tapi kamu jangan merokok disini.. nanti aja kalau sudah selesai acara”… ujar Shulton yang seolah tahu kalau wali Paidi ini kemana-mana selalu membawa rokok dan kopi.
Wali Paidi undur untuk membuat kopi, dia mengeluarkan termos kecil berisi air panas dan heran kok tahu-tahu sudah ada beberapa cangkir kosong. Wali Paidi membagi bubuk kopi yang dia bawa ternyata cukup, dan menuangkan air panas dalam cangkir-cangkir itu ternyata juga cukup dan berlebih seakan termos kecil itu sumber air panas.
Setelah wali Paidi membagikan kopi dan bertindak seakan Pelayan Pondok yang melayani para Kyai pada acara Khaulan, ia ikut duduk bersila bersiap menerima wejangan dari baginda Shulton.
“Tema kita adalah Perdamaian dan mencegah perbuatan manusia merusak Bumi agar Allah tidak segera menurunkan adzab Nya…inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un… selamat bertugas… assalamu’alaikum…”
Begitu pidato singkat dari Shulton, tak ada tepuk tangan, tak ada catatan-catatan yang perlu dibawa, tak ada diskusi-diskusi lagi yang ada hanya lelehan air mata dan simponi dzikir… yaa.. rohman…yaa..rokhim.. yaa..robbal alamin…
Para wali bubar sendiri-sendiri, wali Paidi menghampiri wali India yang sengaja menunggunya. Wali Paidi menggandeng tangan wali India ini dan plass… mereka berdua sudah berdiri di depan rumah panggung.
Di atas tangga panggung ada seorang tua yang langsung menyapa… “Ada perlu apa kok pakai mampir kesini”…
“Maaf Bib.. sebelum meninggalkan Arofah tadi terbersit saya ingin kunjung kesini… tapi lain waktu ajalah”… ujar teman wali Paidi.
Setelah uluk salam.. cling.. Tahu tahu mereka berdua sudah duduk di dalam Mushola.
Tak ada kata-kata yang terdengar, hanya sorot mata wali India ini menatap tajam wali Paidi seolah berkata ‘aku permisi dulu di daerahku sudah hampir Dhuha, tamuku sudah nunggu’…tapi tangan wali Paidi reflek memegang tangan wali India ini seraya berkata “tunggu dulu… pertama aku belum tahu namamu… dan tolong aku diajari ilmu itu…”
Tanpa bekata-kata wali India ini memegang pundak wali Paidi, seraya berucap “Khan”…. diam beberapa menit kemudian terdengar lagi “Assalamu’alaikum” dan plas… wali India itu sudah pergi.
EDITOR : REYNA
Tags:Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
Serial Wali Paidi (Bagian 2), Episode: Melipat Bumi (Kesasar) - Berita TerbaruJanuary 8, 2022 at 7:42 am
[…] Baca Juga: Serial Wali Paidi (Bagian 1), Episode: Pertemuan Tahunan […]
Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 3), Episode: Jin Korek Api - Berita TerbaruJanuary 14, 2022 at 8:23 am
[…] Baca Juga: Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 1) Episode: Pertemuan Tahunan […]
Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 4), Episode: Mengislamkan Jin Gunung Arjuno - Berita TerbaruJanuary 20, 2022 at 9:24 am
[…] Baca Juga : Serial Wali Paidi (Bagian 1, Seri 1) Episode: Pertemuan Tahunan […]
บับเบิ้ลกันกระแทกNovember 23, 2024 at 5:28 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/serial-wali-paidi-bagian-1-episode-pertemuan-tahunan/ […]
best camsDecember 5, 2024 at 7:15 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/serial-wali-paidi-bagian-1-episode-pertemuan-tahunan/ […]
Red Boy MushroomDecember 15, 2024 at 11:54 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/serial-wali-paidi-bagian-1-episode-pertemuan-tahunan/ […]
เสื้อช็อปDecember 27, 2024 at 1:32 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/serial-wali-paidi-bagian-1-episode-pertemuan-tahunan/ […]
cinemaruleDecember 29, 2024 at 5:14 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/serial-wali-paidi-bagian-1-episode-pertemuan-tahunan/ […]