Agus Mualif: Hukuman Kedua Bagi Bani Israel dan Kristen Naik Sepenggalah (Bagian-3 TAMAT)

Agus Mualif: Hukuman Kedua Bagi Bani Israel dan Kristen Naik Sepenggalah (Bagian-3 TAMAT)
Agus Mualif Rohadi

Dengan demikian agama Kristen tidak bersinggungan dengan proyek pembangunan Aelia Capitolina dan pembangunan patung Hadrianus dan Antonius Pius diatas platform Haikal Sulaiman. Kaum Kristen berada di panggung Yerusalem, dan agamanya mendapatkan tempat berkembang di bekas ikon agama yahudi.

Agama Kristen mulai berkembang ibarat matahari mulai naik sepenggala.Namun demikian bangsa Roma juga mengagumi kaum yahudi karena mempertahankan kebangsaan dan keyakinan agamanya sampai mengurbankan nyawanya dalam jumlah yang sangat besar.

Meskipun oleh orang Roma dianggap sebagai keyakinan kuno dan bahkan mempunyai ritual yang dianggap biadab, yaitu sunat.

Praktik agama yahudi akhirnya oleh kaisar Antonius Pius boleh dilaksankan lagi di Galilea, di kota Tiberias dan Sepphoris. Putra Simon, yaitu Yudah dijadikan penguasa dan diperbolehkan membentuk pemerintahan monarchi di wilayah yang sangat terbatas tersebut.

Meskipun ada kelonggaran tersebut, kaum Yahudi tidak bermimpi untuk membangun kembali Bait EL nya. Mereka hanya berani beribadah di sinagoganya sesuai kitab Misyna.

Bahkan ketika baru saja di kalahkan dalam perangnya, mereka hanya berani beribadah dirumah rumahnya dengan menjadikan sebagian rumahnya sebagai replica Bait EL, dengan kepala keluarga bertindak sebagai imam.

Kebiasan tersebut membuat hidup mereka menjadi lebih tenang karena imperium Roma melihat cara beribadah tersebut sebagai suatu fenomena perubahan mendasar pada cara beribadah dalam agama yahudi yang tidak membahayakan.Mereka tidak lagi hanya beribadah dalam sinagoga, namun juga membagi waktunya untuk beribadah dirumahnya.

Imperium roma melihat fenomena peribadatan baru itu sebagai perkembangan baru yang tidak menimbulkan efek berbahaya bagi munculnya sikap yang suatu saat dapat terakumulasi menjadi sikap umum yang extrim pada kaum Yahudi.

Setelah bertahun-tahun fenomena tersebut menjadi kebiasaan umum kaum Yahudi, sehingga imperium Roma memberikan kelonggaran lagi kepada kaum yahudi.

Sekali dalam setahun kaum yahudi diperbolehkan mendekati reruntuhan Haekal Sulaiman dari jarak tertentu yang cukup jauh. Dari bukit zaitu mereka diperbolehkan memandang reruntuhan masjidil Aqsha.

Di bukit itu, kaum yahudi memandang haekalnya dengan menangis keras histeris, karena melihat reruntuhan Masjidil Aqsha dan pembangunan Aelia Capitolina sebagai suatu penghinaan bagi bangsa dan agamanya.

Setelah berjalan bertahun-tahun kebiasaan itu akhirnya ditetapkan sebagai salah satu hari raya kaum yahudi, yaitu hari raya TISHA B’AV.

Pada hari itu penduduk yahudi tumpah-ruah di bukit yahudi, menatap dengan penuh kesedihan reruntuhan Haekalnya sambil menangis keras menumpahkan semua perasaannya.

Amr2701202

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K