Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689
Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-3
Air mataku menetes ketika menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sambil menghormati sang Merah Putih yang perlahan-lahan menaiki tiang bendera sampai ke puncaknya. Rasanya haru sekali dapat mengikuti upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI di negeri orang. Aku jadi ingat kata-kata seorang kawanku di Indonesia yang pernah studi di Inggris, “Ikutilah upacara tujuh belasan di negeri orang dan hayatilah tiap tahap ritualnya maka spontan Anda akan menjadi seorang yang sangat nasionalis”.
Bagi kita bangsa Indonesia, tanggal 17 Agustus merupakan hari yang sangat istimewa. Pada hari kemerdekaan ini kita mengenang kembali jasa para pahlawan yang mempertaruhkan segalanya, termasuk nyawanya sendiri demi sebuah kemerdekaan. Saat-saat seperti ini kita juga perlu mencoba untuk menangkap spiritnya, guna menghadapi masa depan dengan berbagai tantangannya yang makin berat dan kompleks. Bagi kami di rantau, hari kemerdekaan memiliki makna lebih, yaitu sarana untuk berkumpul sekaligus pengobat rindu pada keluarga dan kerabat, karena dalam waktu yang lama tidak bisa pulang ke tanah air, khususnya bagi mereka yang memiliki tradisi bisa mudik.
KBRI di Berlin selalu merayakan hari istimewa ini dengan berbagai kegiatan, dimulai dengan upacara di halaman belakang KBRI, dimana Pak Dubes bertindak sebagai inspektur upacara. Selain staf KBRI, juga tampak beberapa mahasiswa dan warga Indonesia di Berlin ikut berpartisipasi. Saat sang saka merah-putih dinaikkan dengan diiringi lagu Indonesia Raya, hatiku bergetar haru. Aku tak kuasa membendung linangan air mata yang menetes satu-satu membasahi pipi.
Aku melirik ke Kiri dan Kanan, ternyata bukan hanya Aku seorang yang meneteskan air mata. Terbayang semua pengalaman peringatan di kampung saat Aku masih kecil, yang dimeriahkan berbagai lomba, mulai panjat pinang sampai lari karung. Orang-orang tua dan anakanak berlomba memanjat pinang untuk mendapatkan kipas angin, kompor atau sepeda mini. Sedangkan yang lain berlomba lari karung, makan kerupuk atau berjalan di atas sebatang bambu licin yang bergoyang menyeberangi sungai. Sebagian besar peserta tercebur ke dalam air, dan
penonton bersorak tiap muncul korban. Aku tersenyum bahagia mengenang masa kecilku dan mataku terus meneteskan air yang terasa hangat. Padahal, dulu Aku termasuk orang yang tak peduli pada upacara tujuh belasan. Saat SMP dan SMA Aku selalu berusaha untuk menghindar dengan berbagai alasan, kalau terpaksa harus melakukannya, bibirku selalu mengomel dan mengumpat.
Setelah upacara diakhiri dengan mengheningkan cipta dan doa, setelah itu tibalah saat yang paling dinantikan mahasiswa, yaitu acara santap bersama. Hampir sembilan bulan Aku berada di Jerman dan tidak berhubungan dengan orang Indonesia atau makanan Indonesia. Rasa rinduku terasa sudah sampai ke ubun-ubun. Kini tiba saatnya Aku bisa menyantap masakan Indonesia asli sepuas-puasnya. Sebetulnya di kotaku ada restoran Indonesia yang dimiliki oleh orang Jerman yang lama tinggal di Bandung. Tapi, selain harganya selangit, jauh lebih mahal dari makanan setempat, juga rasanya sudah kacau di lidahku. Tapi Aku heran, banyak orang Jerman yang suka makan di restoran ini. Mungkin rasanya sudah disesuaikan dengan lidah mereka. Namanya Restoran Matahari, diambil dari nama seorang intel perempuan Jerman berdarah Indonesia. Reputasi intel ini luar biasa, bahkan dianggap sebagai pahlawan, sehingga nama Matahari sangat populer di masyarakat Jerman.
Aku mendekati ibu-ibu, kelihatannya para istri staf KBRI, yang sedang ngerumpi. Aku memulai dengan memuji masakan mereka sekadar untuk berbasabasi. Mereka lantas bertanya berbagai hal tetang Aku, mungkin karena mereka baru pertama kali melihatku. Ibu Dubes kemudian menarik tanganku, dan dengan nada menasehati, mengingatkanku agar berhati-hati dalam bergaul. Aku mengangguk dan mengucapkan terima
kasih atas nasehatnya. Setelah ngobrol beberapa saat, Aku bergabung dengan para mahasiswa yangsedang makan sambil bergerombol agak di pojok. Mereka tersenyum menyambutku. Kami lantas mengobrol mulai dari kondisi ekonomi di Tanah Air, sampai tentang politik, serta hal-hal lain yang menyenangkan dan enak untuk dikenang.
Ada banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman. Mereka yang kuliah dengan beasiswa atau yang kuliah di perguruan tinggi ternama, umumnya mahasiswa beneran. Mereka termasuk yang serius menuntut ilmu. Tapi yang kuliah di perguruan tinggi yang tidak jelas juga banyak. Mereka mengikuti semacam kursus-kursus singkat. Umumnya mereka adalah anak-anak pejabat yang kedatangannya lebih karena paksaan orang tua. Di Jerman mereka cenderung hanya berfoya-foya, mabuk-mabukan, gonti-ganti pacar, kumpul kebo, bahkan hidup dengan kebebasan sempurna sebagai mana yang dipraktikkan orang-orang Jerman.
Bagi orang Jerman hidup satu rumah antara laki-laki dan perempuan di luar nikah, bukan sesuatu yang aneh, asal dilakukan berdasarkan suka sama suka, alias tanpa paksaan. Tadi Ibu Dubes sempat bercerita tentang mereka dan mengingatkanku agar jangan sampai terpengaruh oleh gaya hidup bebas ala Barat di Jerman. Walaupun sebagian cerita itu sudah pernah Aku dengar, Aku berusaha tampak antusias dan serius mendengarnya, sehingga Ibu Dubes tampak senang.
Bertemu Habibie
Setelah acara makan bersama selesai, para aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) menyusun program tambahan, yaitu bersilaturahmi ke rumah mantan Presiden Habibie. Para mahasiswa yang hadir dan berminat boleh ikut. Tentu saja kesempatan ini tidak Aku sia-siakan. Ahlerstedt-Kakerbeck, demikian orang Jerman menyebut kota kecil yang dipilih untuk menyepi sejak mantan Presiden RI ke-3 ini meninggalkan hiruk-pikuk panggung politik di Tanah Air. Kota ini berjarak hanya 45 km dari Hamburg. BJ Habibie tinggal bersama istri tercinta, Ibu Asri Ainun, di sebuah rumah cukup luas yang ditata apik dengan hiasan dan perabotan nan menawan. Di belakang beranda rumahnya terdapat danau kecil yang dihiasi dengan tanaman bunga yang dipagari oleh hutan lindung lebat, sehingga tampak asri dan hijau sepanjang mata memandang.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-2): Celana Monyet Dan Penguin Kecil
Pak Habibie menyambut kami di depan pintu rumahnya, menyalami kami satu-persatu sembari mempersilakan masuk. Sambil berjalan, Ia menjelaskan apa saja yang berada di seputar rumahnya yang kami lihat, dengan gayanya yang khas, tangan dan mata bulatnya terus bergerak. Pak Habibie masih tampak energik, walaupun wajahnya tampak jauh lebih tua dibanding saat menjadi Presiden, sebagian rambutnya mulai memutih dan lehernya mulai mengendur.
Selain itu, kini Pak Habibie punya hobi baru memelihara kumis. Seorang teman sempat menggodanya dengan mengatakan, “Pak, boleh pinjam kumisnya?” Mata Pak Habibie langsung mendelik dengan tubuh dihentakkan ke atas menandakan kekagetan, lalu Ia menempelkan tangan
kirinya pada kumis kecil di atas bibirnya sambil celingukan, diiringi tawa geli tanpa komentar. Kami semua tertawa menyaksikan kelucuan spontannya. Kami digiring masuk ke ruang lain melewati dapur, “Tuh, Ibu sedang masak untuk kalian”, katanya dengan wajah bangga.
“Maaf ya. Maklum kami tidak punya pembantu”, sambut Ibu Asri sambil memegang sendok kuah panjang dengan pakaian rumpi pelindung masak yang digantungkan di dadanya dan diikatkan ke bagian belakang tubuhnya.
Pak Habibie terus bergerak ke ruang kerja pribadinya tanpa menoleh. Kami semua mengikutinya, berderet bagai ular melewati lorong-lorong kecil dengan anak tangga naikturun. Ruang itu dipenuhi oleh buku-buku tebal, beberapa unit komputer, dan berbagai penghargaan yang ditempel pada dinding. Di sebelahnya terdapat kolam renang indoor yang temperatur air dan ruangannya dapat diatur.
Sambil menunjuk ke arah air bening dengan warna kehijauan, Pak Habibie bercerita, “Saya bisa berenang kapan saja Saya mau, tidak peduli pagi, siang atau malam, karena temperature airnya dapat diatur. Jadi tidak ada masalah, musim dingin atau musim panas”.
“Saya juga sering nyemplung telanjang bulat, kayak waktu kecil dulu di kampung”, katanya lagi sambil memperagakannya dengan tangan dikuncupkan kemudian digerakan seperti leher angsa yang sedang mematuk sambil tertawa geli.
Kami lalu dibawa ke beranda belakang yang cukup luas. Kursi diatur melingkar dengan dua meja besar di tengah yang dipenuhi oleh kue dan buah-buahan. Kami disuguhi teh panas. Minum teh panas dalam udara yang sangat dingin terasa nikmatnya berlipat ganda. Di tanah air Aku lebih suka minum es teh manis, tapi di sini seleraku berubah. Pak Habibie terus berbicara tanpa memberikan kesempatan pada kami untuk bertanya apalagi berpendapat.
Aku teringat lelucon seorang dosen ilmu politik dari Yogyakarta yang mengatakan, Habibie terlalu pandai berbicara, sehingga kurang pandai mendengar. Lepas dari kekurangannya itu, Aku secara pribadi sangat mengaguminya. Mengagumi kecerdasannya, idealismenya serta komitmennya pada bangsa dan negara. Sayang sekali dia hadir sebagai presiden pada saat yang kurang tepat. Dia harus ikut memikul dosa-dosa Orde Baru. Dan, mungkin juga, saat itu bangsa dan negara belum membutuhkan orang secerdas dan sejujur dia. Walaupun menghadapi persoalan yang sangat berat, Ia masih bisa membuktikan kepiawaiannya. Boleh dikatakan sesudah Orde Baru runtuh, kinerja pemerintahan Habibie adalah yang terbaik.
Sekembali dari rumah Pak Habibie Aku mengantongi beberapa nama pengurus teras PPI, beberapa teman yang sekolah di kota lain dengan mencatat alamat e-mailnya, juga alamat mailing-list PPI. Aku suka berbagi cerita lewat e-mail, sebagai pengobat rasa rindu atau sekadar berbagi informasi tentang kegiatan mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di Jerman. Bahkan mailinglist PPI juga memuat informasi tentang berbagai kegiatan mahasiswa Indonesia di seluruh Eropa. Setiap pagi sesudah shalat Subuh, Aku selalu duduk di depan komputer untuk mencari berbagai informasi penting menjadi sarapan pertamaku
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
Api di Ujung Agustus (Seri 21) – Baku Hantam di Dua Pintu
7-11 PodOctober 1, 2023 at 7:13 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
fortigate-40fFebruary 13, 2024 at 7:26 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
ทางเข้า LSM99April 4, 2024 at 11:43 am
… [Trackback]
[…] There you can find 21539 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
cubensis mushrooms, mushroom dickMay 14, 2024 at 6:37 pm
… [Trackback]
[…] There you can find 6485 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
ข้อมูลเกี่ยวกับ 8XBET OFFICIALJune 29, 2024 at 6:13 am
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
fortnite hacksJune 30, 2024 at 8:02 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
researchJuly 14, 2024 at 9:04 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
senegal gambiaAugust 13, 2024 at 10:31 pm
… [Trackback]
[…] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
One day Phi Phi islands Trip from PhuketSeptember 15, 2024 at 8:10 am
… [Trackback]
[…] Here you can find 8728 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
dultogel link alternatifSeptember 28, 2024 at 3:57 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
aboutOctober 25, 2024 at 5:29 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
แพ็คเกจทัวร์November 9, 2024 at 11:03 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
buôn bán vũ khíNovember 12, 2024 at 12:06 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
bdsm chatNovember 13, 2024 at 11:10 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
ติดเน็ตบ้าน เอไอเอสJanuary 3, 2025 at 10:43 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]
$300 free chip no deposit casinoJanuary 13, 2025 at 9:55 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-3-air-mata-untuk-sang-saka/ […]