Oleh: Ardi Krisnamurti, Pengurus Pusat PII 2024 – 2027
Dalam pelantikan Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia Ketua Umum terpilih Bapak Ilham Habibie mencanangkan Gerakan Reindustrialisasi. Gerakan strategis untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 %.
Berkaitan dengan itu kita perlu melihat beberapa kondisi obyektif Indonesia saat ini.
Pertama: Struktur Industri
Indonesia masih mengandalkan industri berbasis sumber daya alam. Ada transisi industri padat karya ke industri pengolahan tapi masih dalam tataran dasar. Industri pengolahan sektor pertanian juga masih pada tataran dasar. Ini terlihat dari prosentase Industri terhadap GDP yang berkisar dibawah 20% dengan perbandingan Malaysia sudah mencapai 37%.
Kedua: Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca dagang export 2024 sebesar USD 264 Milyard dan Import sebesar 233 Milyard masih berbasis komoditas sumber daya alam terutama berbasis kelapa sawit dan batu bara.
Ketiga: Struktur tenaga kerja Indonesia
Struktur tenaga kerja Indonesia secara umum masih rendah. Didominasi tenaga kerja berpendidikan rendah dan menengah. Dengan jumlah yang besar ini bisa menjadi peluang tenaga kerja kompetitif tapi bisa menjadi tantangan terhadap kebutuhan tenaga kerja di bidang industri strategis.
Keempat: Regulasi pemerintah
Regulasi yang ramah terhadap dunia usaha merupakan harapan para investor terutama investor asing. Ini masih menjadi tantangan pemerintah. Debirokrisasi masih menjadi tantangan ke depan untuk pemerintah baik pusat akupun daerah. Belum lagi konsistensi regulasi yang berkelanjutan.
Reindustrialisasi menjadi agenda yang tepat dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8% menuju Indonesia Emas. Menurut penulis ada beberapa point penting yang seyogyanya dilakukan pemerintah.
Hilirisasi Sumber daya alam
Hilirisasi Sumber daya alam seperti Nickel, Timah, Bauksit, batubara sudah dilakukan cukup masif di pemerintahan bapak Jokowi. Perlu ditingkatkan lebih terencana dan sistematis sampai hilir. Industri hilir sampai bawah harus terbangun dengan baik. Sehingga akan bisa menunjang sektor manufaktur yang lain. Misalkan hilirisasi Nickel akan bergerak ke sektor baja yang akan lanjut memperkuat sektor fabrikasi di Industri.
Hilirisasi Energi
Dengan berfokus sumber gas maka bisa menjadi kekuatan strategis pengembangan industri. Gas bukan hanya sebagai sumber pendapatan negara tetapi sumber ketahanan energi, sumber potensi pengembangan industri lain seperti industri pupuk, industri keramik, listrik dan ekosistem industri yang lain. Paradigma melihat energi harus melihat lebih ke arah ketahanan dan penguatan Industri strategis lain.
Hilirisasi pangan
Sektor hilirisasi pangan sektor yang sangat berpotensi dikembangkan. Mulai hilirisasi industri gula, industri garam, industri coklat, industri holtikutura dan juga industri rumput laut. Potensinya sangat besar. Hilirisasi ini punya potensi dikembangkan berbasis industri rakyat bisa lewat BUMDES, Koperasi atau bentuk yang lain.
Industri subtitusi Import
Pemerintah juga perlu memperhatikan industri subtitusi Import. Dengan pasar yang besar maka industri subtitusi Import wajib menjadi prioritas. Misalkan industri manufaktur penunjang industri seperti pompa, compressor, filter, bahan kimia penunjang industri dll.
Industri ini punya peran strategis :
1. Menciptakan lapangan kerja dengan keahlian khusus karena ada potensi transfer teknologi.
2. Penghematan Devisa negara karena subtitusi Import
3. Menciptakan rantai pasokan yang efisien.
Selain fokus dibeberapa industri terkait diatas jangan dilupakan ada perbaikan yang struktural secara masif dan berkelanjutan dibeberapa sektor :
1. Infrastruktur industri yang berkelanjutan. Mulai jalan, pelabuhan, bandara dan kawasan industri
2. Regulasi investasi yang jelas dan ramah.
3. Suport dan kebijakan sektor perbankan yang tepat sasaran.
4. Politik dagang dengan mitra dagang strategis yang berkelanjutan dan berdampak.
Mudah-mudahan gerakan Reindustrialisasi yang dicanangkan Ketua Umum PII Pusat bapak Ilham Habibie bisa menjadi akselerator strategis pertumbuhan ekonomi 8% menuju Indonesia Emas.
Jaya Indonesiaku
EDITOR: REYNA
Related Posts

“Purbayanomics” (2): Pemberontakan Ala Purbaya: Rekonstruksi Ekonomi Nasional

“Purbayanomics” (1): Purbaya Hanyalah Berdrakor?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik



No Responses