Kepala kesehatan UNHCR mengatakan krisis pendanaan mengancam kesehatan pengungsi secara global, dengan kemunduran besar yang sudah terjadi
JENEVA – Badan pengungsi PBB mengeluarkan peringatan keras pada hari Jumat, memperingatkan bahwa hampir 13 juta orang pengungsi, termasuk anak-anak, dapat dibiarkan tanpa akses ke layanan kesehatan yang menyelamatkan nyawa kecuali kesenjangan dana yang mendesak ditangani.
“Tanpa sumber daya yang memadai, diperkirakan 12,8 juta orang pengungsi, termasuk 6,3 juta anak-anak, dapat dibiarkan tanpa intervensi kesehatan yang menyelamatkan nyawa pada tahun 2025,” Allen Maina, kepala kesehatan masyarakat UNHCR, mengatakan pada jumpa pers di PBB di Jenewa, mengacu pada pemotongan bantuan luar negeri AS.
Maina mengatakan program kesehatan dan gizi untuk pengungsi dan komunitas tuan rumah mereka memburuk dengan cepat, dengan pengurangan pengeluaran oleh pemerintah tuan rumah memperburuk masalah tersebut. Penurunan program semacam itu meningkatkan risiko wabah penyakit, kekurangan gizi, kondisi kronis yang tidak diobati, dan masalah kesehatan mental, katanya.
“Ketika dukungan untuk perawatan kesehatan pengungsi dipotong, para pengungsi akan dipaksa membayar dari kantong mereka sendiri – tetapi mereka tidak memiliki dana – dan akan menghadapi tantangan dalam mengakses layanan publik yang sudah terbatas, sehingga klinik dan rumah sakit setempat kewalahan,” ia memperingatkan.
Ia memberikan contoh-contoh yang mengkhawatirkan dari operasi di seluruh dunia. Di Bangladesh, satu juta pengungsi Rohingya berisiko kehilangan perawatan penting, termasuk layanan antenatal untuk 40.000 wanita hamil dan perawatan untuk 19.000 anak yang kekurangan gizi.
“Di Republik Demokratik Kongo, sistem perawatan kesehatan berada di ambang kehancuran,” kata Maina, seraya menambahkan bahwa anggaran kesehatan lembaga tersebut untuk negara tersebut telah dipotong sebesar 87%.
Di Mesir, katanya, “semua perawatan medis untuk pengungsi … telah ditangguhkan, kecuali prosedur darurat untuk menyelamatkan nyawa.”
Pemotongan tersebut juga berdampak mematikan bagi anak-anak, tegasnya. “Di wilayah Gambella, Ethiopia … sembilan anak balita yang menderita gizi buruk parah dipulangkan dan dirujuk ke program rawat jalan sebelum pulih, yang kemungkinan besar menyebabkan kematian mereka.”
“Setiap hari ketidakpastian keuangan ini terus berlanjut akan meningkatkan dampak pada kehidupan jutaan pria, wanita, dan anak-anak di seluruh dunia yang telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang aman,” katanya.
Sumber: Anadolu Agency
Editor: Reyna
Related Posts

Tirak Gate: Pengamat Kebijakan Publik Ngawi, Agus Fatoni Menilai Ada Keculasan Nyata Dan Brutal Dalam Kasus Tirak

Soal Seleksi Perangkat Desa Tirak, Camat Kwadungan Tegaskan Akan Mengambil Langkah Sesuai Aturan

Oligar Hitam Harus Dipenggal Kepalanya

“Whoosh” Cermin Buruknya Duet Kebijakan Luhut–Jokowi

Woosh: Satu dari Banyak Jejak Kejahatan Ekonomi dan Konsitusi Jokowi

Kepala Sekolah SMAN 1 Patianrowo Nganjuk Disinyalir Paksa Murid Ikut Study Tour ke Jogja, Buat Ajang Bisnis

Umat manusia gagal menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C, kata Sekjen PBB, desak perubahan arah

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Rudal Nuklir Rusia Yang Baru Jarak Jangkauannya Tidak Terbatas

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi


No Responses