Oleh : Ridwan Saidi, Budayawan Betawi
Jepang berkuasa mulai 8 Maret 1942. Uang yang beredar yang dikeluarkan De Javasche Bank. Pemerintahan Dai Nippon Taekoku tak sudi uang beredar baik kertas mau pun logam tertulis De Nederlandsch Indie.
Maka Javasche Bank menarik uang kertas itu dan edarkan yang ada tertulis De Japansche Regeering, (photo atas).
Kemudian Dai Nippon hentikan operasi De Javasche Bank.
Artinya Indonesia tanpa bank sirkuler tapi Dai Nippon edarkan alat pembayaran tanpa koleteral. Ini soal sulit? Tidak buat rakyat.
Duit Jepang disamakan oleh rakyat dengan kertas Koa (pembungkus rokok). Artinya tidak laku. Mata uang yang diperlakukan yang diedarkan De Javasche Bank yang disebut uang merah. Menyebutnya bukan duit merah.
Uang merah tetap laku pada awal revolusi.Karena De Javasche Bank operasi kembali setelah Jepang héngkang.
Ketika BNI tahun 1946 berstatus bank sirkulair, BNI mengedarkan alat pembayaran Republik Indonesia.
Begitulah generasi kepemimpinan bangsa dan rakyat masa lalu mengatasi masalah pada jamannya. Sekarang?
Mentri Keuangan Sri Mulyani menyatakan serba sulit ketika menghadapi pilihan selamatkan rakyat yang terancam mati listrik atau ekspor batu bara lanjut.
Ini pilihan sulit, kata Ibu Menkeu.
Ini bukan pilihan, Bu. Konstruksi berpikir pemerintah haruslah mendahulukan kepentingan rakyat.
Kalau penerimaan devisa akibatnya melorot termasuk tanggung jawab Mulyani.
Penerangan listrik adalah kepentingan dasar rakyat. To be or not to be. It’s not dilemma, U know.
Harga2 kebutuhan pokok mulai naik dalam beberapa hari terakhir ini. Semua, termasuk jéngkol.
Kawan saya penggemar jengkol, menghibur diri, karena harga jengkol ikut naik.
Wan, gué brenti dulu déh makan jéngkol, padahal legitnya sama ama daging, tapi daging ga kebeli, padahal gué udé kedagingan. Gué ganti déh Wan ama tahu.
Ama daging lu kedagingan, ama tahu lu bakal keTAHUan.
Udé déh. Rasa2nyé sekarang udé jato tempo. Lu ‘kan pinter nyanyi, Time to say goodbye, donk.
Sarah Brightman? OK, men.
Go on ships across seas
Wich, I know
No, no, don’t exist anymore
It’s time to say goodbye.
(RSaidi)
Editor : Reyna
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
เกียรติบัตรออนไลน์October 27, 2024 at 7:49 pm
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-134-mulyani-pilihan-sulit/ […]
private chatDecember 30, 2024 at 4:21 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-134-mulyani-pilihan-sulit/ […]
cam sitesJanuary 13, 2025 at 11:24 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-134-mulyani-pilihan-sulit/ […]
altogelJanuary 23, 2025 at 10:58 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-134-mulyani-pilihan-sulit/ […]