Oleh: Ridwan Saidi
(Budayawan Betawi, Sejarawan, Politisi Senior)
Suatu hari Buya Hamka meminta aku datang ke rumahnya sekitar tahun 1980. Kebetulan, aku ingin lebih jauh mendengar tentang Syekh Junaid Al-Batawi dari beliau, karena Buya pernah menulis tentang Syekh Junaid di majalah Panji Masyarakat.
Ridwan, tahun 1930-an Buya lama di Mekkah dan sempat bertemu dengan pemukim-pemukim yang alami jaman Syekh Junaid. Buya simpulkan almarhum ini Syaikhul Masyaikh. Kamu Betawi, Ridwan, mesti tau ini.
Dirangsang Buya aku mencari info tentang Syekh Junaid dari laporan-laporan Snouck Hurgronje. Saya juga omong-omong dengan sejarahwan Belanda
Aku juga berkunjung ke rumah keluarga Guru Mansur di Jembatan Lima. Guru Mansur ponakan Syekh Junaid.
Pemukim-pemukim Andunusi disebut Belanda Kontingen Jawa di Mekkah. Sejak pemberontakan Ahmad Rifangi 1856 di Pekalongan, lalu Tambun 1869, dan Puncaknya Cilegon 1883, Belanda mulai curiga pada Kontingen yang dianggapnya memberi darah segar pada pelawan-pelawan Belanda. Belanda tau kalau tokoh Kontingen itu Syekh Junaid Al-Batawi.
Syekh Junaid lahir di Jembatan Lima pada tahun 1810-an. Diperkirakan tahun 1830-an Syekh Junaid dan isteri mulai mukim di Mekkah. Beliau dikaruniai anak dua putra dan dua putri.
Kelak seorang putrinya dinikah oleh Al Mishri, ulama dan penulis. Al Mishri nenyaksikan seorang Betawi nama Bapa Slamet dilantik Daendels sebagai pejabat tinggi Nederlands Indie Batav, Perancis. Bapa Slamet artinya bin Slamet.
Akhirnya Belanda nenugaskan Snouck Hurgronye untuk bertemu dengan Syekh Junaid al Betawi. Belanda sudah menerima laporan bahwa Syekh Junaid dipercaya Kerajaan sebagai satu2nya orang Non Hejaz dan satu2nya Andunisi yang nenjadi Imam Masjidil Haraam.
Syekh Junaid pun mendapat izin mengajar di serambi Masjidil Haraam. Klaim a/n Pemda DKI yang sebut-sebut nama lain tak berdasar. Saya bertanya-tanya, kenapa kok dari pemda DKI bisa terbit omongan yang a-historis.
Snouck Hurgronye tiba di Makkah tahun 1894. Selama hampir setahun ikhtiar mau bertemu Syekh Junaid, tapi Syekh Junaid menolak. Snouck akhirnya balik naar Holland pada 1895.
Sebagai anak Betawi aku berusaha pahami Syekh Junaid. Dalam bahasa Betawi Syekh Junaid Al-Batawi itu parku. Keras berpegang pada prinsip yang diyakininya. (RSaidi)
EDITOR: SETYANEGARA
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
my profileOctober 26, 2024 at 9:56 am
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-178-syekh-junaid-al-batawi-menurut-buya-hamka/ […]
get tokensDecember 15, 2024 at 3:36 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-178-syekh-junaid-al-batawi-menurut-buya-hamka/ […]