CABE, Catetan Babe (331): Penganten Emas

Oleh: Ridwan Saidi
(Budayawan, Sejarawan, Politisi Senior)

(Photo penganten Betawi medio XIX M)

Busana penganten di banyak daerah di Indinesia sutera bertahtakan emas. Juga Betawi. Tirai wajah yang disebut Siangko poros peradaban Melayu-Swahili. Bukan China.

Dapat dipastikan tempat sewage! penganten baru berhadir tahun 1930, sebelumnya busana penganten milik dendiri.

Ini mengindikadisi tingkat kekayaan, apa keluarga penganten perempuan, atau keluarga keduanya.

Di Jakarta ada tambang emas? Ada, tapi tak seberapa, misal waduk Melati, tapi depositnya kini sudah habis.

Jakarta, atau zona econ Sunda Kalapa, pusat perdagangan emas. Dalam kitab sejarah wajib diajarkan bahwa Indonesia berdagang rempah-rempah. Benar, tapi tidak itu yang utama.

Emas adalah perdagangan utama di Indonedia. Itu tujuan pokok dewan tertinggi Yahudi City of London mendirikan VOC.

Namun, kuasa lokal mau pun zona econ tak ada yang sudi berdagang emas dengan VOC. Dan tahun 1799 VOC bangkrut. Income tipis karena cuma jualan jahe.

Ketika Daendels tampil orang kita suka berdagang emas dengan Daendels. Karena itu jalan Anyer-Panarukan melalui Sumedang yang kaya dengan emas.

Indobesia tidak suka VOC karena mereka kejam. Wanita-wanitanya native disergap untuk dicabuli, menolak pasti disiksa.

Bangunan-bangunan kokoh dan indah lebih banyak dibangun Daendels dari pada VOC, terutama di Jakarta. Banyaknya pembangunan di Jakarta oleh Daendels meningkatkan income penduduk Jakarta. (RSaidi)

EDITOR: REYNA

Related Posts