Cerpen : Raja Tikus

Cerpen : Raja Tikus
Ilustrisi gambar tikus

MUSIM tanam sekarang ini bagi petani menjadi salah satu yang terberat. Ini musim panas atau kemarau. Air memang susah. Harus beli untuk pengairan sawah. Namun bukan ini soal terberatnya.

Meskipun air harus beli, seperti musim-musim yang lalu, hasil panen dimusim kemarau selalu bagus. Panen padi lebih melimpah. Disebabkan bobotnya lebih banyak.

Begitu juga harga gabahnya. Karena panas yang cukup, gabah menjadi kering dan bersih. Sehingga pedagang membeli dengan harga yang lebih tinggi.

Jadi, petani berharap hasil penen pada musim ini berhasil baik, seperti tahun-tahun lalu.

Namun rupanya harapan ini diambang kegagalan. Bahkan bayang-bayang kegagalan itu sudah muncul sedari awal tanam.

Betapa tidak, baru tanam beberapa hari saja sudah ada yang rusak. Harus ditanam lagi. Ini bisa dua atau tiga kali tanam ulang.

Penyebabnya adalah tikus. Padi itu dimakan tikus. Anehnya tikus itu “doyan” makan padi sejak padi berusia beberapa hari, hingga berbuah. Hingga menguning. Hingga siap dipanen. Selama masa tanam hingga panen itu petani belum merasa aman.

Bagi petani, tikus itu sudah berubah menjadi teroris yang sebenarnya.Menteror petani setiap harinya. Kalau hari ini tidak dimakan tikus, jangan senang dulu. Nanti malam, atau besok malam, atau lusa malam, bisa jadi bencana itu datang.

Paijo, petani yang tinggal di Ngawi, sama seperti petani lainnya, sudah amat jengkel dengan perilaku tikus. Diberi obat tikus berupa permen, atau yang cairan, atau yang berupa bubukan yang dicampur dengan makanan. Seperti tahu itu racun mematikan, kawanan tikus itu tidak mau makan. Atau makan sedikit. Dia lebih memilih makan tanaman padi.

Didesa sebelahnya, petani membuat jadwal piket “menggropyok” tikus.Siang dan malam bergantian. 

Ada lagi desa lain yang “membeli” tikus sehaga 3000 rupiah per ekor. Ini dilakukan agar masyarakat mau berburu tikus.

Tapi tikus tidak berkurang juga.

Malam itu Paijo telah bertekad bulat menempuh cara baru dalam melawan tikus. Tekadnya benar-benar bulat setelah kejengkelannya memuncak sampai ubun-ubun.

“Tak ada cara lain lagi, ini layak dicoba,” pikirnya.

Saran dari temannya dijalankan dengan cara seksama. Setelah sholat malam, Paijo berdoa. Agar usahanya kali ini berhasil.

Setelah cukup persiapan Paijo pergi ke sawah. Sendirian. Malam itu sekira pukul 01.00. Suara kokok ayam jantan mengiirngi langkahnya. Dia tidak bangunkan isterinya, khawatir kaget.

Tidak lama dia sudah sampai disawahnya. Sawah sepi. Aneh juga, biasanya ada saja orang-orang yang kesawah. Mengairi sawah dari air yang dibeli dari sumur bor, atau sumur sibel. Tidak ada juga kawan-kawan petani yang melakukan operasi melawan tikus. Mungkin sudah jengkel. Pasrah. Atau mungkin juga sudah putus asa.

Paijo mulai berjalan mengelilingi sawahnya. Dengan berdzikir. Tekadnya hanya satu : bertemu Raja Tikus. Masih terngiang di telinga Paijo. Ini bukan tikus sembarangan. Ada yang “angon”.

Lupa sudah berapa kali putaran, Paijo dikagetkan satu sosok didepannya.Persis didepannya. Tinggi, besar, hitam. Tidak jelas benar wujudnya. Samar-samar, karena disawah gelap. Hanya terang “bintang luku” yang menyinari. 

“Ada apa kamu malam-malam mencari saya,” tanya sosok hitam itu. Paijo yakin ini yang angon tikus. Dia kaget tetapi sebentar kemudian bisa menguasai diri.

Dia langsung menyerang dengan pertanyaan menohok kepada sosok hitam besar itu.

“Kamu yang angon tikus-tikus ini ya.” 

“Ya itu anak-anakku”

“Jangan dihabiskan dong tanamanku. Aku ini menanam. Kan juga pingin bisa panen.”

“Anak-anakku mati kalau tidak makan. Itu makanan kesukaan anak-anakku.”

“Ya, tapi jangan semua dong. Bagi-bagilah, anak-anakku juga perlu makan.”

Seketika sosok itu hilang lenyap.Paijo bergetar badannya.Tetapi ada rasa “plong” didadanya. Aneh, Paijo tidak merasakan takut sama sekali. Dia duduk dan terus berdzikir dalam hatinya.

Adzan subuh terdengar dari kejauhan. Bang-bang wetan sudah muncul diufuk timur.Paijo pulang. Pikirannya berkecamuk tak karuan.Sosok apa yang menemui dirinya tadi. Jin,siluman tikus, gendruwo, atau ah… entahlah.

Sehabis shalat subuh di masjid, seperti biasanya dia ngopi. Isterinya yang buatkan kopi istimewa. Tapi kali ini agak aneh. Isterinya duduk disampingnya setelah hidangkan kopi.

Paijo deg-degan. Berusaha menyusun kata-kata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan isterinya. Isterinya pasti akan tanya kemana tadi malam. Kok tidak pamit. Begitu pikir Paijo.

Dia tidak khawatir dengan pertanyaan itu. Dia akan jawab apa adanya dengan jujur. Tapi apakah isterinya percaya sepenuhnya? Itu yang menjadi teka-teki.

“Wah bisa panjang urusannya, kalau isteriku gak percaya dengan ceritaku,” pikir Paijo.

“Dia pikir aku masih suka ke warung ayu….”

“Pak, aku ngimpi buruk tadi malam,” celetuk isterinya memecah lamunan Paijo.

“Ngimpi apa.”

“Dalam ngimpiku, tadi malam bapak pergi kesawah. Terus jalan keliling sawah sambil wiridan.”

“Terus….”, sambung Paijo penasaran. Jantung Paijo deg-degan keras. Menanti lanjutan cerita isterinya.

“Terus muncul tikus besar sekali warna hitam didepan bapak. Bapak bicara dengan tikus besar itu. Tapi aku gak bisa dengar yang bapak omongkan,” kata isterinya.

“Terus….” 

“Terus aku bangun. Ya sudah cuma gitu pak ngimpinya.”

“Astaghfirullah, subhanallah…,” ucap Paijo.

Paijo lega, isterinya tidak tanya macam-macam.Tapi muncul masalah baru. Kok ngimpi isterinya sama persis dengan yang dia lakukan disawah tadi malam.

Dia menata nafas biar agak tenang. Isterinya memandang Paijo agak aneh. Mungkin isterinya mikir, kok Paijo tenang-tenang saja mendengar ceritanya.

“Buke, ceritamu itu bukan ngimpi. Itu nyata.”

“Maksudnya gimana pak.”

“Aku tadi malam memang kesawah. Ceritanya persis seperti ngimpimu itu.”

“Terus bapak ngomong apa itu, kok kelihatan seperti berdebat.”

Paijo menceritakan secara detail ritual yang dilaksanakan malam itu. Lengkap dengan latar belakang, visi, dan misinya. Agar isterinya memiliki pemahaman utuh. Tidak salah informasi.

“Terus bagaimana hasilnya, tanaman kita apa tidak dirusak lagi.”

“Ya ndak tahu, moga-moga aja. Ya namanya usaha Buk. Sudah jengkel aku berbagai cara kutempuh tapi tidak ada hasil. Sudah tiga kali aku tanam ulang.”

“Yaudah pak, mugo-mugo Gusti Allah mengabulkan.”

“Iya. Tapi gak usah cerita ke tetangga-tetangga Buk.”

“Ya nggak Pak.”

Plong, dada Paijo rasanya enteng. Senang, dan bersyukur. Ternyata isterinya bisa memahami apa yang telah dilakukannya. Dan percaya.

Satu bulan kemudian….

Saat panen raya tiba. Petani tak bergairah ke sawah. Sebagian besar gagal panen. Ludes oleh tikus. Satu dua yang masih panen seadanya. Tidak semua dimakan tikus. Masih tersisa. Tapi hanya cukup untuk dimakan saja. Tidak bisa dijual.

Namun ada keanehan. Sawah Paijo tidak diserang tikus sama sekali. Padahal kanan-kirinya ludes.Gak bisa panen.Tinggal batang padi yang berdiri tegak disawah. Buahnya sudah dimakan tikus. 

Karena harus tanam ulang sampai tiga kali, panen Paijo terlambat sekitar 2 minggu dibanding yang lain. Kondisi tanaman Paijo yang utuh itu membuat geger banyak orang. Apalagi saat itu tinggal sawah Paijo yang belum dipanen. Padinya bagus. Kuning berisi penuh sampai ujung.Dan tidak dimakan tikus sama sekali.

Padi Paijo viral didesa itu. Sekejap Paijo jadi terkenal. Group-group WA membicarakan. Ada yang foto disamping padi, sambil nuding, “Padi Paijo lolos dari serbuan tikus.” Bahkan ada yang membuat video, lalu diupload ke youtube.

Akhirnya media-media minta wawancara Paijo. Media lokal dan beberapa media nasional. Isunya memang seksi. Ditengah serangan hama tikus, Paijo berhasil melawannya. Apa rahasianya? 

Yang aneh lagi ada tim sukses Calon Bupati yang nemui Paijo. Minta foto dan shooting. Paijo diminta bicara untuk mendukung si Calon Bupati. Namun ditolaknya secara halus.

Paijo tidak mau menemui langsung media-media itu. Dia hanya titip tulsan “pernyataan pers” dimasukkan kedalam amplop. Dia minta isterinya untuk memberikan saat wartawan kerumahnya.

“Pak Paijo tidak ada dirumah. Ini titipan tulisan dari bapak,” ujar isterinya kepada sekitar 10 orang watawan yang datang. Isterinya juga tidak tahu apa isi tulisan itu.

Setelah dibuka amplop itu ada tulisan pendek : saya tunggu di sawah. Kontan saja para wartawan langsung menuju sawah Paijo. Isteri Paijo bengong. Diam-diam mengikuti para wartawan menuju ke sawahnya. Rombongan kecil itu seperti parade. 

Disawah telah ramai orang. Paijo panen padi. Warga masyarakat yang merasa gagal panen boleh ikut “derep”. Ada sekitar 30 orang yang ikut derep. 

Paijo tidak menjual panen padinya. Dia bertekad berbagi dengan warga masyarakat yang lagi kesusahan. Banyak yang gagal panen atau yang tidak panen disebabkan memang tidak punya sawah.

 

Ngawi, 19-9-2020.

Penulis : Budi Puryanto

EDITOR : SETYANEGARA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. zbet911November 13, 2024 at 6:22 am

    … [Trackback]

    […] Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cerpen-raja-tikus/ […]

  2. ทดลองเล่นสล็อต PG SLOTJanuary 17, 2025 at 10:47 am

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cerpen-raja-tikus/ […]

  3. Bauc ETJanuary 24, 2025 at 4:43 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 13799 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cerpen-raja-tikus/ […]

Leave a Reply