Oleh: Yusuf Blegur
Para Raja dan Sultan itu tak lagi berseri,
Wajah mereka muram menyembur pucat pasi,
Seperti matahari yang tak lagi berapi-api,
Seperti bulan yang redup lelah menyinari,
Singgasana yang kokoh dan nyaman itu telah berganti,
Harga diri dipertaruhkan untuk sebuah negeri,
Mengumpulkan asa dan keyakinan pada janji,
Tak kunjung hari tak lelah menanti,
Republik berdiri dari puing-puing dinasti,
Menggusur tradisi dengan revolusi,
Musuh bersama itu bernama kolonial dan upeti,
Lalu menggenggam kemerdekaan tak bertepi,
Tanah, laut dan gunung mulai bereaksi,
Melihat proklamasi dicuri birokrasi dan oligarki,
Alam dan jiwa yang hidup tak lagi suci,
Tercemar pikiran keji dan korupsi,
Anak cucu tak tentu arah kesana-sini,
Tak sanggup lagi bermimpi masa depan pasti,
Tenggelam oleh arus halusinasi investasi,
Terbakar oleh gelombang ambisi politisi,
Duhai NKRI yang lahir dari rahim para sufi,
Masih adakah tempat tersisa untuk nurani,
Wahai kesadaran dan keberanian yang tersembunyi,
Masih adakah pemimpin berhati dan mengenal diri
Bekasi, 9 Desember 2025
EDITOR: REYNA
Related Posts

Forensik Digital, Transparansi Publik, dan Ujian Integritas Ilmu

Pemburu Diburu Buruan

Banjir Besar: Alarm Krisis Tata Kelola Nasional

Bencana Itu: Siapa Penanggung Utama?

Eksepsi Jokowi Ditolak, Kuasa Hukum Penggugat Akan Hadirkan Roy Suryo cs

Sarang Judi Sabung Ayam di Sugihwaras Merasa Kebal Hukum, Polsek Bagor dan Polres Nganjuk Harus Bertindak Tegas

RUPSLB Bank Mandiri: Ada Apa di Balik Gerak Cepat Yang Terlalu Cepat?

Korban Banjir Sumatera Mulai Terserang Penyakit, Wakil Ketua Komisi IX Yahya Zaini Minta Kemenkes Kirim Dokter dan Obat

Imam Utomo Turun Gunung Kawal RS Pura Raharja Hadapi Konflik Internal

Banjir Bandang Di Sumatra: “Dosa Ekologi”



No Responses