Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (10): Warisan Stabilitas Makro dan Fondasi Ekonomi Jangka Panjang

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (10): Warisan Stabilitas Makro dan Fondasi Ekonomi Jangka Panjang

Oleh: Budi Puryanto

 

Dalam melihat perjalanan panjang pembangunan Indonesia, banyak analis menilai bahwa salah satu warisan terpenting Presiden Soeharto adalah fondasi stabilitas makroekonomi yang memungkinkan Indonesia melakukan modernisasi dalam jangka panjang. Seri ke-10 ini membahas bagaimana stabilitas politik–ekonomi yang dibangun selama Orde Baru menciptakan prasyarat bagi tumbuhnya kelas menengah, berkembangnya industri dasar, dan terbangunnya infrastruktur yang menjadi tulang punggung aktivitas ekonomi hingga masa kini.

Pada dekade 1970–1990-an, Indonesia bergerak dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah-bawah. Ekonom seperti Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dan Prof. Emil Salim berulang kali menegaskan bahwa Indonesia berhasil keluar dari kategori “negara miskin kronis” berkat disiplin fiskal, kontrol inflasi, dan industrialisasi bertahap yang dimulai pada era Soeharto.

Dalam literatur akademik, era ini sering disebut sebagai ‘the era of macroeconomic consolidation’, masa ketika pondasi fundamental fiskal dan moneter dibentuk secara sistematis.

1. Disiplin Fiskal dan Stabilitas Anggaran

Salah satu aspek paling menonjol adalah disiplin anggaran negara. Pada masa itu, Indonesia menerapkan prinsip “balanced budget”, yaitu pengeluaran tidak boleh melampaui pemasukan. Prinsip ini membuat inflasi terkendali dan mencegah krisis fiskal berulang sebagaimana terjadi pada 1960-an.
Menurut sejumlah ekonom, termasuk pengamat B.J. Habibie Center, stabilitas ini memberi kepercayaan internasional terhadap Indonesia sehingga investasi asing mulai masuk secara intensif.

2. Inflasi Berhasil Dikendalikan Jangka Panjang

Setelah menurunkan inflasi dari lebih dari 600% menjadi hanya belasan persen pada awal pemerintahan, stabilitas moneter Indonesia terjaga hingga dekade 1990-an. Analis sejarah ekonomi Asia Tenggara menilai, kemampuan menjaga inflasi rendah dalam jangka panjang adalah pondasi penting bagi tumbuhnya ekonomi berbasis kredit, perbankan, dan industri konsumsi.

3. Industrialisasi Bertahap

Era Soeharto juga dicatat sebagai masa tumbuhnya industri dasar nasional seperti semen, pupuk, baja, petrokimia, dan tekstil. Industri-industri ini kelak menjadi fondasi ekonomi yang menopang ekspor nonmigas dan pembangunan infrastruktur besar.
Ekonom industri Lili Yan Ing menyebut Indonesia pada era Soeharto masuk ke “fase industrialisasi menengah”, sesuatu yang tidak terjadi pada banyak negara berkembang lainnya.

4. Pertanian Sebagai Mesin Ketahanan Nasional

Di sektor pertanian, program intensifikasi dan ekstensifikasi membuat Indonesia sempat mencapai swasembada beras pada 1984—sebuah capaian yang mendapat pengakuan dunia. Ini bukan hanya prestasi teknis, tetapi juga pencapaian politik, karena negara berhasil mewujudkan ketahanan pangan jangka panjang.

5. Stabilitas Politik sebagai Penyangga Ekonomi

Analis politik internasional seperti Robert Elson menegaskan bahwa stabilitas politik pada era Soeharto menjadi faktor determinan bagi keberhasilan ekonomi. Walau banyak aspek demokrasi yang dikritik, stabilitas tersebut memberi ruang bagi perencanaan jangka panjang, termasuk pembangunan 25 tahun dan Repelita.

6. Lahirnya Kelas Menengah Indonesia

Sosiolog Ignas Kleden pernah menulis bahwa salah satu dampak terbesar Orde Baru adalah lahirnya kelas menengah Indonesia—guru, pegawai negeri, profesional, teknisi, hingga pengusaha menengah—yang kemudian menjadi motor pembangunan pada masa Reformasi. Tanpa perkembangan sosial ini, modernisasi pasca 1998 tidak akan memiliki basis sosial yang kuat.

7. Mempersiapkan Infrastruktur Dasar untuk Abad 21

Soeharto membangun ribuan kilometer jalan nasional, pelabuhan, bandara perintis, waduk, bendungan, sekolah, dan pusat kesehatan. Banyak di antaranya masih digunakan hingga sekarang. Ekonom pembangunan menyebut ini sebagai capital accumulation—akumulasi modal fisik yang menjadi landasan ekonomi jangka panjang.

8. Menciptakan Kepercayaan Internasional

Kepercayaan dunia internasional—mulai dari Jepang, Bank Dunia, IMF, hingga negara Barat—membuat Indonesia mendapat akses teknologi, investasi, dan bantuan internasional. Fondasi hubungan diplomasi-ekonomi ini bertahan hingga saat ini dan menjadi modal bagi Indonesia dalam menghadapi globalisasi modern.

Warisan Yang Layak Dicatat Sejarah

Tulisan ini memperlihatkan bahwa terlepas dari berbagai kontroversi dan catatan kritis dalam bidang demokrasi dan HAM, kontribusi Soeharto dalam membenahi, menstabilkan, dan membangun fondasi makroekonomi Indonesia diakui oleh banyak ekonom dan sejarawan.

Warisan tersebut merupakan salah satu alasan mengapa sebagian pihak meyakini bahwa Soeharto layak dipertimbangkan sebagai pahlawan nasional—bukan sekadar karena perjalanan politiknya, tetapi juga karena bangunan ekonomi jangka panjang yang ia tinggalkan bagi generasi berikutnya.

BERSAMBUNG

 

EDITOR: REYNA

 

BACA JUGA:

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (9): Stabilitas Keamanan dan Modernisasi Militer Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (8) : Penghargaan Dunia Dan Jejak Diplomasi Global Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (7): Diplomat Dunia Islam dan Pembela Bosnia Dari Genoside Serbia

Last Day Views: 26,55 K