Indonesia Perlu Membuka Kesempatan Pemuda Palestina Belajar di Indonesia

Indonesia Perlu Membuka Kesempatan Pemuda Palestina Belajar di Indonesia
Ahmad Cholis Hamzah

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
(Alumni UNAIR dan University of
London, pemerhati masalah-masalah
Sosial, ekonomi politik dalam dan
Luar negeri.)

Pada tanggal 6 Juli 2022 lalu saya mengikuti acara diskusi lewat zoom yang menampilkan sahabat saya Dr. Siti Mutiah Setywati,M.A dosen Fisipol UGM jurusan Hubungan Internasional dan di pandu oleh Dr. Yoyo A Thahir dosen prodi Bahasa dan Sastra Arab FAI Universitas Ahmad Dahlan. Acara itu dibuka oleh Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U, M.A – pendiri Arabic Corner, Guru Besar, Sekolah Pascasarjana UGM. Dr. Siti Mutiah dengan saya sama-sama studi di University of London tahun 1987, dia di SOAS nya (School of Oriental and African Studies) dan saya di Wye College. Sedangkan Prof. Syamsul Hadi senior tiga tahun diatas saya, beliau masuk UGM tahun 1970 dan saya masuk FE Unair 1973. Acara zoom itu dihadiri oleh ratusan peserta dalam negeri dan ada beberapa warga/dosen luar negeri dari Kairo, Mesir dan Saudi Arabia.

Dr. Siti Mutiah dalam diskusi itu berbicara tentang “Perkembangan Baru Perjuangan Palestina: Pembunuhan Wartawan dan Serangan Tempat Ibadah”; dan pemaparannya sangat luas dan konprehensif tentang kondisi perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel, serta bagaimana tindakan Israel yang membunuh wartawati TV Al Jazeera – Shireen Abu Akleh baru-baru ini dan menyerbu tempat ibadah milik ummat Islam yaitu Masjidil Aqsa. Isarel selama ini ini telah menembaki sekitar 200 wartawan/wati yang meliput kondisi pendudukan Israel di Paestina dan menurut catatannya saya ada sekitar 40 wartawan yang meninggal dunia. Dr. Siti Mutiah juga menjelaskan semua tindakan biadab Israel yang melanggar hukum-hukum internasional itu tidak mendapatkan kecaman yang meluas di dunia akibat dilindungi sekutu abadinya yakni Amerika Serikat (dan barat) dan selalu menggunakan hak Vetonya di PBB apabila ada negara-negara yang mengajukan persoalan tindakan Israel di Dewan Keamanan PBB.

“The Real Politics” atau politik riel yang terjadi di Palestina itu sekarang dinamikanya berubah dengan cepat karena beberapa negara Arab dan Turki sudah membuka hubungan diplomatic dengan Israel yang membuat negara dan bangsa Palestina merasa ditinggalkan dalam perjuangannya melawan Israel.; dan untuk saat Saudi Arabia sebagai pemain kunci geopolitik di Timur Tengah yang mau membuka hubungan diplomatkc dengan Israel. Menurut Dr, Siti Mutiah – Indonesia adalah negara yang konsisten membela kepentingan Palestina dan memperjuangkan hak-hak Palestina untuk merdeka. Memang pemerintahan Indonesia dan masyarakat nya tak henti-hentinya membantu perjuangan rakyat Palestina diantaranya mengirim bantuan makanan dan membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Semua itu dilakukan Indonesia karena membantu rakyat yang terjajah itu sudah disebutkan dalam Mukadimmah Undang-Undang Dasar Indonesia. Bahkan sebelum Indonesia merdeka pun (sekitar tahun 30 an) berbagai ulama NU dan Muhammadiyah sama-sama berjuang membantu rakyat Palestina.

Ilustrasi: Pemuda Palestina membawa bendera kebangsaan Palestina

Ketika saya menulis artikel ini, jet-jet tempur Israel sedang membombardir kota Gaza yang menyebabkan banyak korban meninggal dan luka-luka termasuk anak kecil. Seperti biasanya pemerintah Amerika Serikat tidak mengutuk tindakan brutal Israel itu tapi secara terang-terangan membela tindakan Israel itu dengan mengatakan bahwa Israel “memiliki hak untuk membela diri”.

Kondisi politik dalam negeri Palestina sendiri juga sangat sulit karena perbedaan sikap dan kebijakan yang tajam antara faksi PLO yang berada di West Bank dan berbagai faksi yang ada di Gaza. Tanpa persatuan, mereka akan sulit menghadapi agresi dan penjajahan Israel. Ada yang berpendapat orang-orang Palestina itu kalau dalam suatu pertemuan setuju memiliki pendapat yang sama, namun diluar rapat mereka bertikai lagi.

Saya mengusulkan dalam acara zoom itu agar pemerintah Indonesia membuka kesempatan yang lebih luas kepada para pemuda Palestina untuk belajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk menimba ilmu sekaligus untuk mengetahui bagaimana sejarah dan budaya Indonesia terutama dalam menghadapi penjajahan dimasa lalu. Indonesia memiliki lembaga Bali Demokrasi Forum dimana lembaga pelaksana nya (The Implementing Body) diketuai oleh Prof. Ketut Erawan (alumni Fisipol UGM) – yang secara intensif berbagi pengalaman Indonesia kepada negara-negara berkembang (tanpa menggurui) dalam perjuangannya menuju negara demokrasi, bagaimana membuat masyarakat sipil yang kuat, bagaimana hubungan sipil dengan TNI dsb termasuk tentang apa itu Pancasila. Para pemuda Palestina itu perlu mengetahui sejarah dan dinamika perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah dan upayanya menuju masyarakat demokrasi. Pengalaman mereka di Indonesia nanti menjadi masukan yang bermanfaat bagi mereka dalam membantu negaranya.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K