Oleh: Retno Kumala Dewi
Praktisi Pendidikan, Tinggal di Depok
Itulah yang terjadi di Indonesia. Sejak digulirkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, dunia pendidikan Indonesia terjadi proses pergantian kurikulum 2013 menjadi kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka menawarkan solusi kekurangan pada kurikulum 2013. Program penguatan profil Pancasila yang diharapkan mampu membawa generasi muda untuk lebih Pancasilais dan moderasi agama menjadi satu prioritas pada kurikulum merdeka.
Model pembelajaranpun diarahkan untuk problem solving dan berbasis proyek agar peserta didik memperoleh pengalaman sesuai dengan kemampuan dalam memperoleh pengetahuan guna memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Selain itu juga dilatih dan didorong untuk mampu membuat karya atau produk dengan tujuan menjadi generasi mandiri yang mampu menciptakan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam Kurikulum Merdeka ini, terjadi pergeseran mindset dari jargon “teacher center” menjadi “student center”. Hal ini adalah langkah maju dalam dunia pendidikan karena murid akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator, moderator juga konsultan dalam pembelajaran.
Nah, sekarang yang banyak membuat bingung guru terutama dan orang tua adalah tidak semua sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka itu dengan alasan belum siap. Bukankah kurikulum lebih sederhana dari kurikulum 2013 bukan? Lantas kenapa tidak secara serentak diterapkan?
Apakah ini adalah bentuk merdeka belajar dimana sekolah boleh memilih kurikulum yang dianggap aplikatif untuk diterapkan? Jika memang Kurikulum Merdeka itu lebih sempurna maka sudah selayaknyalah diterapkan di semua sekolah tanpa kecuali. Karena kurikulum itu harus bersifat universal dan dapat diterapkan di semua lini pendidikan. Sehingga terwujud pendidikan yang merdeka dan berkeadilan.
Jika dalam masa transisi dan percobaan memberi dampak yang signifikan maka Kurikulum Merdeka akan diterapkan dan jika tidak akan diganti dengan kurikulum yang baru. Seperti itu akan terjadi lagi dan akan membuat kebingungan di tataran pelaksana pendidikan yaitu guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Maka alangkah baiknya jika menggantikan kurikulum itu harus sudah siap running jangan sistem ujicoba seperti kelinci percobaan. Karena menyangkut generasi dan nasib bangsa ke depannya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global




online videosOctober 26, 2024 at 10:02 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/jadi-bingung-satu-negara-ada-dua-kurikulum/ […]
free cam tokensNovember 25, 2024 at 9:56 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/jadi-bingung-satu-negara-ada-dua-kurikulum/ […]