Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
**********************************************************
SERI-14
Perang Salib di Front Kedua
Hari ini giliran Van Basten menyampaikan makalah.
“Saya akan mulai dari jatuhnya Baghdad, ibukota Dinasti Abbasiyah, ke tangan Mongol. Ini terjadi pada tahun 1258. Sejak saat itu, pasukan Mongol terus merangsek masuk. Tentara Turki Seljuk, yang sebelumnya menjadi pelindung di wilayah ini, tercerai-berai dan harus lari tunggang-langgang ke barat untuk menyelamatkan diri. Saat tiba di Anatolia, yang kini masuk wilayah Turki di Asia, gerak pasukan Seljuk terhambat karena dihadang tentara Salib. Tentara Turki Seljuk pun terjepit di antara pasukan Mongol dan tentara Salib. Terkadang, Mongol berkolaborasi dengan pasukan Kristen untuk menghantam Seljuk. Maka Seljuk otomatis menghadapi dua musuh sekaligus. Pada 1299, Dinasti Turki Seljuk akhirnya runtuh. Lalu, salah satu suku di Turki yang semula merupakan bagian dari Turki Seljuk, dipimpin Usman bin Ertugrul bin Sulaiman, mendeklarasikan berdirinya keemiran Islam baru yang independen. Inilah awal mula berdirinya dinasti besar dunia: Turki Usmani atau Ottoman tadi. Tahun 1354, Turki Usmani mulai merambah Eropa melalui wilayah Yunani, kemudian bergerak masuk ke Balkan. Sejak saat itu, Keemiran Turki menjadi kekaisaran lintas benua. Tahun 1453, Konstantinopel berhasil direbut. Nama kota ini kemudian diubah menjadi Istanbul. Jatuhnya Konstantinopel menandai keruntuhan Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium. Dan ini menandai tapak kekuatan Turki Usmani selama berabad-abad yang tidak terkalahkan. Di era kejayaannya, wilayah Balkan dan seluruh Eropa Timur ada dalam kekuasaan Turki Usmani. Namun kemudian, kesultanan ini perlahan-lahan meredup hingga akhirnya bubar pada tahun 1924, buntut dari kekalahan Turki dalam Perang Dunia I melawan Sekutu, yang dimotori Inggris dan Prancis,” papar Van Basten.
Baca Juga:
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-12): Perang Salib di Front Pertama
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-13): Perang Salib di Front Pertama
“Apa penyebab Turki Usmani begitu mudah menguasai sebagian besar Eropa?” tanyaku.
“Saya kira ini terkait dengan penjelasan Usted di kuliah sebelumnya. Muncul persaingan lama antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja Konstantinopel. Juga ada perpecahan antara raja-raja Eropa dengan Bizantium. Bahkan tahun 1203, tentara Salib tercatat pernah mengepung lalu merebut Konstantinopel dari Bizantium. Seisi kota dijarah dan porak-poranda. Kebakaran hebat terjadi berhari-hari. Puncaknya pada 1453 saat Bizantium dibiarkan babak-belur sendiri menghadapi tentara Turki Usmani, sehingga Kekaisaran Romawi Timur ini akhirnya runtuh total. Konstantinopel direbut, lalu dijadikan ibu kota oleh Turki Usmani,” jelasnya.
Aku tertarik untuk berkomentar. “Menurut saya, ada faktor lain yang membuat Turki Usmani unggul pada saat itu, yakni disiplin yang tinggi dan peralatan militer yang tergolong canggih di masa itu.”
“Hal ini bisa menjadi topik bahasan tersendiri. Perlu riset mendalam untuk membuktikan mana yang benar di antara keduanya. Bisa jadi malah keduanya benar semua.” Usted turun tangan menengahi perdebatan Kami.
“Saudara Alfonso ada komentar?” Usted menoleh ke arah Alfonso.
“Menurut saya, saat itu tentara Salib sedang mencurahkan perhatian pada dunia Arab di Timur Tengah. Mereka juga masih sibuk dengan urusan Semenanjung Iberia. Akibatnya Turki Usmani leluasa bergerak, hampir tanpa hambatan, masuk ke arah barat.”
Komentar Alfonso tersebut mengakhiri kuliah hari ini.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja





No Responses