Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
**********************************************************
SERI-24
“Semangat kebebasan dan pembaruan yang muncul bukan saja mendorong berkembangnya perguruan tinggi, lembaga riset, dan lahirnya para ilmuwan. Kelas menengah juga berkembang di Belanda. Kelas menengah ini kemudian berkolaborasi dengan para imigran Yahudi yang tergusur dari Andalusia. Ini lalu berdampak pada kemajuan ekonomi. Inovasi dan kemajuan ilmu pengetahuan juga makin melesat pesat. Salah satu yang sangat menonjol adalah industri perkapalan. Belanda mampu membuat kapal besar yang bergerak cepat dan dapat mengangkut lebih banyak barang. Berlian-berlian asal India yang sangat terkenal diproses sampai jadi dan diberi sertifikat di Belanda. Untuk rempah-rempah, orang-orang Belanda juga membangun perusahaan-perusahaan dagang. Mereka ini semua merupakan orang-orang kaya di Belanda,” papar kolegaku ini panjang lebar.
“Bukankah orang-orang Yahudi yang meninggalkan Andalusia dulu juga ada yang lari ke Maroko dan Turki?” tanyaku makin penasaran.
“Betul sekali. Mereka kemudian sangat berperan pada kemajuan perdagangan, industri dan ilmu pengetahuan di wilayah Turki Usmani. Begitu juga halnya dengan Yahudi di Maroko. Jadi, mereka turut membangun negara-negara barunya itu. Kita tahu, Turki Usmani merupakan kekaisaran Islam terbesar selama ratusan tahun dan menguasai wilayah yang sangat luas di dunia. Maroko juga menjadi negara kuat. Negara di Afrika Utara ini berhasil mendepak dua negara Eropa yang menjajahnya, yakni Spanyol dan Prancis,” ujar Van Basten dengan nada penuh keyakinan.
Baca Juga:
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-22): Awal Kejayaan Bangsa Belanda
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-23): Awal Kejayaan Bangsa Belanda
Aku merasa lebih paham sekarang sesudah mendengar penjelasannya. Meski demikian, Aku masih ingin menggali lebih dalam tentang Katolik dan Protestan di Eropa.
“Bisa Anda ceritakan ketegangan antara pemeluk Katolik dan Protestan di daratan Eropa sesudah terjadinya reformasi?” tanyaku.
“Permusuhan yang terjadi menelan korban jutaan jiwa. Perseteruan besar berlangsung antara 1524 sampai 1648. Akhirnya digelar musyawarah Perdamaian Westfalen. Di sini lahir serangkaian perjanjian perdamaian yang ditandatangani bulan Oktober 1648. Perjanjian ini mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (1618–1648) di wilayah Kekaisaran Romawi Suci; Juga mengakhiri Perang Delapan Puluh Tahun (1568–1648) antara Spanyol dan Belanda. Melalui perjanjian ini, Spanyol secara resmi mengakui kemerdekaan Belanda. Hal penting lainnya yang muncul di Perjanjian Westfalen adalah pengakuan dari semua pihak bahwa setiap penguasa atau pemimpin negeri di Eropa berhak menentukan agama di negaranya masing-masing. Pilihannya bisa Katolikisme, Lutheranisme atau Calvinisme.”
Mendengar ini Aku kembali berpikir. Aku teringat gesekan berbau agama yang kerap muncul dan memanas, bahkan penuh darah, di wilayah Timur Tengah. Ini termasuk perbedaan mazhab dalam Islam. Bahkan, seringkali isu agama digunakan untuk kepentingan politik tertentu. Beberapa perundingan pernah diupayakan, tapi tampaknya belum berhasil. Bisa jadi diperlukan perjanjian damai yang efektif, seperti Westfalen, untuk menghentikan pertentangan ini.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
No Responses