“Makin sulit bagi orang untuk mendapatkan makanan, air, layanan medis, dan kebutuhan vital lainnya yang layak dan cukup,” kata juru bicara
HAMILTON, Kanada
PBB pada hari Rabu memperingatkan situasi kemanusiaan yang makin memburuk di Jalur Gaza karena tidak ada bantuan yang masuk ke daerah kantong itu selama 11 hari.
Perkembangan ini telah membalikkan kemajuan yang telah dicapai selama enam minggu pertama kesepakatan gencatan senjata.
“Rekan-rekan kemanusiaan kami memperingatkan bahwa setelah 11 hari tidak ada bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, kemajuan penting yang dicapai selama enam minggu pertama gencatan senjata ini terus terurai di Jalur Gaza,” kata juru bicara Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers.
Menekankan bahwa “makin sulit bagi orang untuk mendapatkan makanan, air, layanan medis, dan kebutuhan vital lainnya yang layak dan cukup,” Dujarric mengatakan sistem kesehatan masih sangat terganggu, khususnya di wilayah utara.
“Di wilayah Gaza Utara, hanya 16% titik layanan kesehatan yang berfungsi baik secara penuh maupun sebagian,” katanya.
Memperhatikan “tantangan utama” dalam pengelolaan limbah padat, ia memperingatkan bahwa, “sampah yang meluap menciptakan kondisi hidup yang tidak sehat dan jelas meningkatkan risiko kesehatan masyarakat.”
“Rekan-rekan kami telah mencatat bahwa pengelolaan limbah medis yang menular tidak memadai, serta campuran limbah padat dengan puing-puing yang terkontaminasi bahaya peledakan,” tambahnya.
Dujarric mengatakan upaya sedang dilakukan untuk memindahkan limbah dari tempat pembuangan sementara, tetapi ruang semakin menipis.
Menyoroti peringatan oleh tim pembersihan ranjau tentang bahaya persenjataan yang belum meledak, Dujarric mengatakan, “Tahun ini, tiga orang tewas dan hampir 40 orang terluka serta 18 ledakan tercatat hingga saat ini.”
Mengenai pendidikan, Dujarric mencatat beberapa kemajuan: “Sejak dimulainya gencatan senjata, mitra (PBB) telah mendirikan lebih dari 200 ruang belajar sementara, sehingga totalnya menjadi lebih dari 630, ruang untuk mendukung lebih dari 170.000 anak.”
“Hingga kemarin, 60% dari seluruh anak usia sekolah di Gaza memiliki akses ke beberapa bentuk pembelajaran, baik di sekolah maupun di ruang sementara,” katanya, seraya mencatat bahwa masih ada kendala yang signifikan, karena tidak ada perlengkapan atau peralatan pendidikan yang diizinkan masuk oleh Israel.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Tawaran Tinbergen Rule LBP Mental
Revolusi Sistem Keuangan Presiden Prabowo
Pancasila Sebagai Sumber Moral dan Spiritual Bangsa
Orang Berstatus Bebas Bersyarat Tak Boleh Jadi Calon Perangkat Desa, Ini Penjelasan Hukumnya
Berjihad Melawan Korupsi, Menyelamatkan Hak Anak Indonesia Menuju Indonesia Emas
Habib Umar Alhamid: Prabowo Pantas Ajak TNI dan Rakyat untuk Bersih-bersih Indonesia
HIPKA Tegas Tolak Politisasi Hukum Demi Stabilitas Pembangunan Ekonomi Kalbar
Skandal Tirak, Ketua BPD Nilai Rizky Putra “Mbah Lurah” Belum Layak Sebagai Calon Karena Belum Bebas Murni
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Reformasi Polisi dan Kebangkitan Pemuda: Seruan Keras Dr. Anton Permana di Hari Sumpah Pemuda
No Responses