Oleh: Fermans NT
Jurnalis, Penulis, Tinggal di Madiun
Nasi Pecel ataupun Pecel tanpa nasi merupakan sajian berupa sayur-sayuran yang direbus lalu diperas dan disajikan bersama dengan sambal kacang yang dilarutkan dengan air untuk melengkapi kelezatannya dan kenikmatan makanan tradisional.
Pecel tertulis dalam berbagai sumber bacaan dan tulisan serta kitab kuno sejarah nusantara sehingga bisa diperkirakan bahwa makanan ini sudah ada sejak lama.
Hal ini menunjukkan kalau makanan bisa menjadi bukti tinggalan kebudayaan yang tetap bisa dilestarikan turun-temurun hingga ke generasi jauh di bawahnya. Hingga saat ini dan generaai selanjutnya dengan tampilan mengikuti jaman yang selalu berkembang.
Pecel mengajari kita kehidupan. Hiduplah dengan sederhana, karena kita semua pasti akan mati menghadap Sang Pemilik Semesta. Hidup jangan takut menghadapi kerumitannya hidup, sepanjang pandai meramu dengan tepat, hasilnya justru nimat.
Pecel adalah simbol kesederhanaan. Makan nasi pecel, cukup beralaskan pincuk yang terbuat dari daun pisang atau daun jati. Makan langsung dengan tangan. Kesederhanaan justru menjadi sensasi tersendiri yang sangat istimewa dalam makan nasi pecel.
Pecel juga simbol kerumitan. Ada perpaduan yang khas, antara gula Jawa, kacang tanah, cabe, bawang merah, bawang putih, kencur, jeruk purut serta asam Jawa. Sebuah komposisi yang rumit. Namun, segala yang rumit, apabila tepat memadukannya, akan menjadi nikmat hasilnya.
Pecel itu simbol kedekatan dengan alam. Pohon aren untuk bahan gula Jawa, kita menanam sayur-sayuran hijau, kacang, cabe, serta jeruk purut. Semua bahan dari alam di sekitar kita. Dekat dengan alam, adalah gerbang kesehatan.
Pecel adalah simbol ketahanan pangan sejak lama secara tradisional. Kita bisa bertahan hidup dengan menikmati berbagai tanaman yang ada di sekitar kita hidup. Ini adalah menandakan adanya keuletan, kegigihan dan kesungguhan.
Pecel adalah simbol aneka rasa. Ada manis yang dihasilkan dari gula Jawa, namun juga pedas dari cabe. Ada sedikit rasa kecut dari asam Jawa, dan kesegaran aroma dari jeruk purut.
Begitulah hidup. Selalu beraneka rasa. Sebab hidup tidaklah monoton dan statis, namun amat sangat dinamis. Hidup itu meriah, bukan sepi-sepi saja dari makna. Mengolah Rasa serta Mengolah Pikir.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
som777November 13, 2024 at 4:14 am
… [Trackback]
[…] Here you can find 81719 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pecel-makanan-rakyat-tradisi-dan-filosofinya/ […]
live webcamDecember 16, 2024 at 6:00 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pecel-makanan-rakyat-tradisi-dan-filosofinya/ […]