Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-187)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-187)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Ibnu Ishaq mengkisahkan, dalam dakwah terbukanya, Nabi Muhammad akhirnya menyentuh sesuatu yang sangat sensitif bagi kaum Qurays. Mereka mengenal Allah sebagai realitas tuhan yang tertinggi namun menempatkan tuhan berhala yang mereka sembah sebagai tuhan tuhan lain dibawah kuasa Allah. Ada pula yang menempatkan tuhan berhala mereka sebagai anak Allah. Ketika nabi Muhammad mengatakan secara terbuka pada penduduk Makkah bahwa penyembahan atas berhala adalah perbuatan batil, maka hal itu memunculkan masalah besar. Dakwah nabi Muhammad segera menunjukkan efek yang mereka takutkan, yaitu perpecahan yang bahkan dimulai dari perpecahan di dalam keluarga. Mulai muncul pertengkaran antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri. Setiap hari, langit Makkah menjadi dipenuhi suara keributan. Belum pernah terjadi hal seperti itu sebelumnya.

Sumber.belajar.kemendikbud.go.id foto tentang penggambaran dakwah terbuka di Mekkah yang dilakukan pada masa nabi Muhammad.

Terjadilah penentangan kepada nabi Muhammad secara terbuka. Penyerangan dengan kata maupun perbuatan kekerasan untuk menyakiti juga terjadi. Dalam situasi yang sulit bagi nabi Muhammad, Abu Thalib berdiri kokoh melindunginya, meskipun Abu Thalib tidak menjadi seorang muslim. Kaum Qurays terbentur oleh sikap Abu Thalib karena kedudukannya adalah kepala suku bani Hasyim.

Akhirnya beberapa tokoh dari kaum Qurays menemui Abu Thalib. Mereka antara lain adalah Utbah dan Syaibah dari keluarga Rabi’ah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab, juga terdapat Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf, bin Qushay bin Kilab, terdapat pula Abu Al Bakhtari yang nama asilnya adalah Al – Ash bin Hisyam bin al Harits bin Asad bin Abdul Uzza bin Kilab, kemudian Al – Walid bin al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka’ab bi Luay, Al – Ash bin Wail bin Hasyim bin Sa’ad bin Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab bin Luay, dan lain lain.

Baca Juga:

Mereka menyampaikan protes kepada Abu Thalib karena keponakannya telah berani menghina tuhan tuhan kaum Qurays, mencaci dan mensesatkan agama leluhurnya. Mereka meminta agar Abu Thalib menghentikan dakwah nabi Muhammad. Mereka menganggap Abu Thalib sebenarnya sependapat dengan mereka karena Abu Thalib tidak menjadi seorang muslim dan mengikuti ajaran agama baru yang dibawa keponakannya. Namun Abu Thalib dengan sabar dan bijaksana menghadapi protes tersebut, menolak dengan halus ajakan tersebut sehingga mereka pulang dengan kecewa. Dakwah nabi Muhammad terus berlanjut dan konflik dari dua kelompok kaum Qurays tidak menjadi reda justru semakin membesar. Kota Makkah menjadi riuh.

Penduduk Mekkah mulai terbelah. Nabi Muhammad dan para sahabatnya melakukan dakwah dengan menyebutkan berbagai wahyu Allah yang hal itu betul betul sesuatu yang baru bagi penduduk Makkah. Jika dihitung dari masa nabi Ismael maka telah berlalu selama sekitar 2590 tahun. Selama itu di Makkah tidak pernah ada nabi sehingga penduduk Makkah tidak mengenal wahyu dan bagaimana wahyu itu bisa sampai kepada manusia. Namun penduduk Makkah melihat suatu bukti dimana Muhammad yang dikenal buta huruf, tidak bisa baca tulis dan tidak dikenal sebagai penyair, tiba tiba dapat menyampaikan suatu kalimat-kalimat yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya yang kualitasnya jauh lebih bagus dari kalimat para penyair. Penduduk Makkah yang menjadi pengikut nabi Muhammad dengan pasti mengetahui bahwa yang disampaikan dalam dakwah itu pasti bukan bersumber dari pikiran Muhammad.

Sedang kelompok lain, dengan dipimpin tokoh tokoh keluarga atau suku berkumpul untuk mencela perbuatan Muhammad yang menjadi sumber perpecahan diantara mereka. Tokoh tokoh mereka tidak dikenal sebagai imam agama karena penduduk Makkah sebelumnya tidak mempunyai orang yang disebut dengan imam berhala atau orang yang diangkat sehingga mempunyai otoritas terhadap ajaran penyembahan berhala. Tokoh tokoh Makkah yang menentang Muhammad adalah orang yang tidak ingin ketokohannya tergeser oleh nabi Muhammad. Namun tokoh tokoh tersebut tidak mempunyai argument untuk melawan wahyu yang didakwahkan nabi Muhammad, karena penyembahan berhala tersebut tidak ada ajaran yang harus dianut, kecuali menyembah dengan berbagai macam penyembahan yang tidak ada tuntunannya. Karena tidak adanya ajaran tersebut, suku suku arab sangat hormat kepada para penyair. Mereka, para tokoh tersebut hanya mampu membangkitkan kemarahan kelompoknya dengan menyatakan Muhammad telah menghina dan mensesatkan ajaran nenek moyang mereka yang selama ini mereka anut.

Ganaislamika.com foto dari sebuah film tentang pidato yang menggambarkan suasana keributan di Makkah.

Para tokoh Makkah tersebut, ketika usahanya mencegah dakwah nabi Muhammad mengalami kegagalan, kemudian mereka kembali menemui Abu Thalib dengan permintaan yang sama. Usai mereka pulang, Abu Thalib mengundang nabi Muhammad dan  menceritakan keberatan kaumnya dan meminta agar nabi Muhammad tetap didekatnya namun jangan memberi beban yang tidak bisa ditanggungnya. Nabi Muhammad  mengira pamannya mulai goyah oleh tekanan kaum Qurays, kemudian berkata “ Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku berhenti dari dakwah ini atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak meninggalkan dakwah ini “. Setelah berucap, nabi Muhammad kemudian pergi sambil menangis. Namun Abu Thalib memanggilnya lagi “ Wahai keponakanku kembalilah !”, dan ketika nabi Muhammad mendekatinya kemudian dengan lembut berkata “ Wahai keponakanku, silahkan katakana apa saja yang engkau mau, karena hingga titik darah penghabisan aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapapun “.

Ketika upaya menekan Abu Thalib gagal, para tokoh Makkah tersebut datang lagi menemuinya dengan membawa seorang pemuda yang bernama Imarah bin Al – Walid yang terkenal kuat dan tampan. Mereka menawarkan penukaran. Abu Thalib diberi Imarah sebagai pengganti Muhammad yang mereka minta untuk diberikan kepada mereka. Tentu saja Abu Thalib menolak penawaran itu, dengan menjawab dengan nada tanya : “ Kalian memberikan anak kalian kepadaku untuk aku beri makan dan aku memberikan anakku kepada kalian kemudian kalian bunuh ??? Demi Allah, sampai kapanpun hal semacam itu tidak akan mungkin pernah terjadi “.

(bersambung …………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K