Penggalian yang diklaim untuk “mencari kuil Sulaiman” ternyata memunculkan kecurigaan besar—apakah ini bagian dari skenario merobohkan Masjidil Aqsa?
JAKARTA – Yerusalem kembali bergetar. Bukan karena gempa bumi, melainkan oleh deru alat berat dan sekop para arkeolog yang bekerja siang malam di sekitar kompleks suci Masjidil Aqsa. Pemerintah Israel mengklaim penggalian itu bertujuan menemukan “sisa-sisa Kuil Sulaiman”, situs yang diyakini menjadi simbol kejayaan masa lampau bangsa Yahudi. Namun, di balik narasi arkeologi itu, tersimpan kekhawatiran mendalam: apakah ini langkah awal untuk merobohkan Masjid Al-Aqsa?
Klaim Arkeologi yang Sarat Kepentingan
Selama beberapa dekade, kelompok ekstrem Zionis menuntut pengakuan atas “Temple Mount” — area yang mereka klaim sebagai lokasi asli Kuil Sulaiman. Dengan alasan penelitian sejarah dan penggalian arkeologis, otoritas Israel telah lama melakukan penggalian di bawah dan di sekitar kompleks Al-Aqsa.
Namun para arkeolog independen dan sejarawan dunia Islam menilai, penggalian itu tidak netral secara ilmiah, melainkan bermuatan ideologis dan politis. Sejumlah laporan bahkan menunjukkan adanya retakan pada fondasi masjid akibat aktivitas penggalian.
Wali Kota Yerusalem pun sempat memperingatkan pemerintah Israel agar menghentikan aktivitas ini karena berisiko merusak situs warisan dunia dan memicu konflik agama yang lebih luas.
Jejak Panjang Sejarah
Kecurigaan umat Islam terhadap niat jahat ini bukan tanpa dasar. Dalam sejarah panjang hubungan antara kaum Yahudi dan umat Islam, ada banyak peristiwa yang memperlihatkan permusuhan dan pengkhianatan terhadap para nabi dan umat beriman.
Ketika Nabi Muhammad SAW masih kecil, sejarah Islam mencatat adanya upaya dari kelompok Yahudi tertentu yang hendak mencelakakan beliau. Begitu pula setelah beliau hijrah ke Madinah, tiga suku Yahudi besar — Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah — berulang kali melanggar perjanjian damai dan berkhianat kepada Rasulullah SAW dalam masa-masa genting.
Bahkan pada masa-masa awal Islam berkembang, konspirasi dan permusuhan dari kelompok-kelompok Yahudi ekstrem terus muncul, termasuk upaya menggali terowongan di sekitar tempat-tempat suci. Salah satunya, menurut catatan ulama klasik, pernah dilakukan untuk mencuri jasad Nabi Muhammad SAW, namun gagal karena kehendak Allah.
Asal Mula Ide “Kuil Ketiga”
Dalam teologi Yahudi, dikenal kepercayaan tentang “Third Temple” (Bait Suci Ketiga) — sebuah bangunan suci yang diyakini akan dibangun kembali di Temple Mount (yang dalam Islam dikenal sebagai kompleks Al-Haram Al-Syarif, tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu).
Kaum Yahudi ekstremis tertentu meyakini bahwa pembangunan kembali Kuil Sulaiman akan mempercepat datangnya “Mesias” versi mereka.
-
Kelompok sayap kanan dan religius ekstrem di Israel — seperti Temple Mount Faithful dan Temple Institute — secara terbuka menyerukan pembangunan kembali Bait Suci di lokasi Al-Aqsa.
-
Lembaga seperti Temple Institute di Yerusalem bahkan telah menyiapkan rancangan arsitektur, pakaian imam, dan perlengkapan ritual yang akan digunakan di “Kuil Ketiga”.Mereka menganggap Masjid Al-Aqsa berdiri di lokasi yang “menghalangi” pendirian kuil tersebut.
-
Aktivitas penggalian arkeologis di bawah kompleks Al-Aqsa oleh otoritas Israel telah menimbulkan kekhawatiran besar, karena dapat melemahkan struktur fondasi masjid dan dianggap sebagai upaya diam-diam membuka jalan bagi pembangunan kuil baru.
Masjid Al-Aqsa: Simbol Iman dan Perlawanan
Masjid Al-Aqsa bukan sekadar bangunan bersejarah. Ia adalah simbol tauhid, tempat Isra’ Mi’raj, dan garis merah umat Islam sedunia. Setiap kali Al-Aqsa diganggu, jutaan hati kaum Muslimin di seluruh dunia bergetar.
Karena itu, rencana penggalian Israel di sekitar kawasan suci ini tak bisa dipandang sebagai kegiatan ilmiah biasa. Banyak pihak melihatnya sebagai langkah sistematis untuk melemahkan struktur fisik dan simbolik Al-Aqsa, sekaligus membangun legitimasi bagi rencana pendirian kembali “Kuil Sulaiman”.
Kewaspadaan Dunia Islam
Sejarah telah menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dibiarkan akan melahirkan kehancuran baru. Umat Islam, pemerintah negara-negara Arab, dan lembaga internasional seperti UNESCO harus menaruh perhatian serius terhadap aktivitas Israel di bawah Masjid Al-Aqsa.
Klaim arkeologi tak boleh menjadi kedok bagi penghancuran situs suci yang dihormati tiga agama samawi. Dunia Islam harus bersuara satu: menjaga Al-Aqsa adalah menjaga martabat iman dan sejarah peradaban manusia.
Penutup: Di Bawah Batu Al-Aqsa, Ada Iman yang Tak Akan Tergali
Mereka boleh menggali tanah, tapi tidak akan pernah menggali iman.
Selama umat Islam masih bersujud menghadap kiblat pertama ini dengan doa dan keyakinan, Masjid Al-Aqsa akan tetap berdiri — bukan karena batu-batunya, tapi karena doa yang menahannya dari langit.
EDITOR: REYNA
Baca juga:
Israel Siapkan Ritual Sapi Merah Untuk Bangun Kuil Sulaiman ke-3 di lokasi Masjidil Aqsa
Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa
Masjid Al-Aqsa Terancam Roboh akibat Penggalian Bawah Tanah Israel
Palestina peringatkan hasutan sayap kanan Israel untuk meledakkan Masjid Al-Aqsa
Peringati Paskah, ratusan pemukim ilegal Israel serbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem
Related Posts

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa

Wakil Ketua Komisi I DPR Sukamta : Mr Trump, Tidak Adil jika Pejuang Palestina Dilucuti Senjatanya Sementara Israel Dibiarkan Menembaki Gaza

AS Tolak Peran Hamas dan UNRWA di Gaza, Blokade Bantuan Israel Berlanjut

Pemerintahan Trump akan membuka suaka margasatwa Alaska untuk pengeboran

Akankah pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir memberdayakan Afrika atau justru memperkuat ketergantungan pada negara asing?

‘Pembersihan etnis pelan-pelan:’ Setelah gencatan senjata Gaza, eskalasi Israel bergeser ke Tepi Barat

Putusan HAMAS: ICJ menegaskan Israel melakukan genosida, menolak legalisasi permukiman

Laporan: Amazon berencana mengganti pekerja dengan robot

Penjelasan – Mungkinkah inovasi digital membentuk masa depan layanan kesehatan di Afrika?

Kecerdasan buatan akan menghasilkan data 1.000 kali lebih banyak dibandingkan manusia



No Responses