Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-21): Ternate dan Tidore Sebagai Pulau Rempah-Rempah Yang Diperebutkan

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-21): Ternate dan Tidore Sebagai Pulau Rempah-Rempah Yang Diperebutkan
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-21

Ternate Dan Tidore Sebagai Pulau Rempah-Rempah Yang Diperebutkan

“Di masa penjelajahan samudra, Ternate dan Tidore, seperti yang sudah diketahui, menjadi incaran kolonialisme. Portugis mencapai Ternate tahun 1512. Armada Portugis disambut baik oleh Sultan Bayanullah. Sultan tidak hanya mengizinkan Portugis untuk mendirikan pos penjagaan. Mereka bahkan diperbolehkan membangun benteng di Pulau Ternate, yang dinamakan Benteng Sao Paulo atau Benteng Gamalama. Pembangunan benteng tersebut selesai pada 1522. Sultan berpikir bahwa keberadaan benteng ini nantinya akan menguntungkan Ternate, yang kala itu sedang bersaing dengan Tidore. Hubungan dagang rempah-rempah antara Portugis dan Ternate juga berjalan baik. Namun tidak perlu waktu lama bagi Portugis untuk memunculkan watak aslinya. Mereka ikut campur dalam urusan takhta istana Ternate sepeninggal Sultan Bayanullah tahun 1521. Persoalan ahli waris ini melibatkan permaisuri Sultan, bernama Nukila, yang berasal dari Kesultanan Tidore. Perang saudara terjadi antara Ternate dan Tidore. Portugis ikut campur urusan ini dengan memihak adik Sultan Ternate, Pangeran Taruwese, yang berambisi menguasai Ternate sekaligus Tidore. Ia berseteru dengan Nukila. Berkat bantuan Portugis, Pangeran Taruwese memenangkan pertikaian berdarah ini. Ratu Nukila dan salah seorang anaknya tewas. Namun, adik Sultan tersebut akhirnya dibunuh juga oleh Portugis. Yang kemudian naik takhta adalah anak Sultan Bayanullah dan Nukila yang lain, yakni Abu Hayat, pada tahun 1529. Sejak saat itu, Portugis kerap ikut campur, bahkan acap mengatur paksa urusan Kesultanan Ternate.”

“Spanyol juga tak ketinggalan. Tahun 1521 Spanyol tiba di Maluku Utara. Tentu saja hal ini mengganggu kenyamanan Portugis yang sekian lama sudah memegang kendali perdagangan rempah-rempah. Baik Kerajaan Portugal maupun Spanyol sama-sama mengambil keuntungan dari persaingan dagang maupun keruwetan urusan internal kerajaan antara Ternate dan Tidore. Portugal memihak Ternate, sementara Spanyol mendukung Tidore. Selama hampir satu dekade, Spanyol dan Portugal bertikai sengit di Maluku Utara. Akhirnya Paus turun tangan. Jika sebelumnya telah ada Perjanjian Tordesillas, maka kali ini digelar perundingan yang menghasilkan Perjanjian Zaragoza tahun 1529. Dalam perjanjian ini ada penetapan garis Zaragoza, dimulai dari garis meridian Jailolo, yang membagi dua wilayah untuk Spanyol dan Portugal. Konsekuensi dari perjanjian ini adalah Spanyol harus angkat kaki dari Tidore, karena Maluku Utara masuk wilayah Portugis. Meski demikian, Portugis masih bermurah hati mengizinkan Spanyol menguasai Filipina, meski seharusnya wilayah ini juga menjadi hak Portugal.”

Usted tampak menyimak penjelasanku dengan serius.

Baca Juga:

“Bagaimana selanjutnya posisi Kerajaan Portugal terhadap Kesultanan dan masyarakat Ternate?” tanyanya.

“Sejak wafatnya Sultan Bayanullah, posisi Portugis berubah-ubah, tergantung siapa yang menjadi Sultan. Yang pasti kekuatan senjata kerap menjadi penentu, saat pendekatan ekonomi dan diplomasi tidak lagi mampu mengakomodir kepentingan Portugis,” jawabku lugas.

“Bagaimana sikap kesultanan-kesultanan Islam lainnya melihat ketegangan antara bangsa Portugis dan Kesultanan Ternate?” gali Usted lagi.

“Kesultanan Aceh dan Demak memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada Ternate.”

“Contohnya?” tanya Usted kembali.

“Selain menyediakan persenjataan buatan Turki Usmani, para penasihat dan instruktur militer berkebangsaan Turki dan Arab juga dikirim ke Ternate,” uraiku perlahan.

“Jadi, kapan pertikaian Ternate dan Portugis ini berakhir?”

“Ketika Belanda tiba pada tahun 1603 dan berhasil menundukkan Portugis,” jawabku mantap.

“Lalu apa komoditas utama Kesultanan Ternate?” tanya Usted kembali.

“Cengkeh dan pala.”

“Siapa nama Sultan Ternate yang paling terkenal?” kejar Usted.

“Baabullah.”

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shopee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K