Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-23): Awal Kejayaan Bangsa Belanda

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-23): Awal Kejayaan Bangsa Belanda
Dr Muhammad Najib, Duta Besar Indonesia untuk Spanyol dan UNWTO

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-23

“Sebelumnya sudah ada gerakan serupa, yang dipimpin oleh Peter Waldo dari Gereja Waldensia, di sekitar Prancis sekarang. Ini terjadi pada pertengahan abad ke-12. Waldo berasal dari kalangan awam. Ia bukan imam Katolik. Waldo berupaya memperbaiki kekeliruan gereja serta mempraktikkan cara hidup miskin. Selain itu, ada pula aliran Gereja Bohemia, yang dimulai di sekitar wilayah Ceko sekarang. Gerakan ini dipimpin oleh Jan Hus pada awal abad ke-15. Gereja Katolik menganggap Hus seorang bidat. Ia dieksekusi dengan cara dibakar di tiang pancang di Jerman. Ajaran Hus sangat berpengaruh pada pemikiran reformasi Protestan. Sesudah kelahiran Kristen Protestan, muncul cabang utama Protestanisme, yang disebut Calvinisme. Aliran ini dicetuskan John Calvin dari Prancis tahun 1552.”

“Bagaimana pengaruhnya di Indonesia?” tanyaku semakin penasaran. Terus-terang Aku merasa asing dengan nama-nama itu.

“Calvinisme dianut oleh mayoritas gereja di Skotlandia, Belanda, dan sebagian Jerman serta beberapa negara Eropa lainnya. Sebagian besar misionaris yang datang ke Indonesia berasal dari Belanda. Maka bisa dikatakan pengaruh Calvinisme sangat besar di Indonesia,” jelas Van Basten.

Baca Juga:

“Selain misionaris Belanda, adakah yang lain?” Aku bertanya sembari menatap Van Basten.

“Sebetulnya sebelum Belanda datang ke Indonesia, sudah lebih dulu masuk pastor-pastor Jerman yang sangat Lutheran,” ujarnya.

“Apa contoh pengaruh dari reformasi agama ini?” tanyaku lagi.

“Meskipun reformasi yang dilakukan Protestan awalnya murni gerakan agama, namun dalam perjalanannya Protestanisme berdampak kuat pada semua aspek kehidupan, seperti kemanusiaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, sosial, politik, ekonomi serta seni. Misalnya dalam bidang pendidikan. Para reformis, termasuk Martin Luther, juga dikenal sebagai reformis pendidikan. Mereka melakukan terobosan, misalnya mendorong pendidikan literasi untuk jemaat gereja agar bisa membaca dan memahami Alkitab. Penerjemahan Alkitab ke bahasa Jerman juga dilakukan. Bisa jadi reformasi pendidikan ini juga memengaruhi jumlah universitas yang berdiri di Eropa. Akhir abad ke-11 hingga 13 memang sudah berdiri beberapa universitas bergengsi di Eropa seperti Bologna (1088), Oxford (1096), Sorbonne (1160), Cambridge (1209) dan Salamanca (1218). Namun hingga akhir Abad Pertengahan baru ada 29 universitas di seluruh Eropa. Antara 1500 hingga 1625 puluhan universitas baru berdiri. Periode selanjutnya universitas berkembang pesat baik secara jumlah maupun kualitas. Ini terus berlanjut hingga akhir abad ke-18. Pada masa itu terdapat lebih dari 140 universitas di Eropa. Jumlah tertinggi ada di Jerman, diikuti Italia, Prancis dan Spanyol. Pada periode yang sama, pendirian universitas juga terjadi di Amerika Serikat, misalnya Harvard tahun 1636 dan Yale tahun 1701. Perlu diingat, Protestan sangat berkembang di Amerika. Bahkan Protestan menjadi agama mayoritas,” jelas Van Basten panjang lebar.

Aku mengangguk-angguk. “Jadi… sebelumnya masyarakat umum tidak boleh membaca kitab suci, ya…?” kataku sembari teringat pada Al-Qur’an. Kitab suci umat Islam ini bukan saja boleh dibaca oleh semua Muslim, tapi juga terbuka untuk dipelajari oleh umat lain. Ajaran Islam mengajarkan bahwa Muslim yang membaca dan memahami Al-Qur’an akan mendapat pahala.

“Ya, memang tidak boleh…” jawab Van Basten lirih. “Lebih dari itu, Gereja juga dinilai telah melakukan penyelewengan dan korupsi,” tambahnya dengan suara sedih.

“Lalu bagaimana kaitan semua itu dengan kehebatan bangsa Belanda tadi?” tanyaku.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shoppe melalui link: https://shopee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K