Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
**********************************************************
SERI-27
Persaingan di antara Para Penjajah Nusantara
“Inggris juga sempat menduduki Indonesia, meski singkat. Bisakah diceritakan?” tanya Usted.
“Jejak bangsa Inggris di Indonesia dimulai dari Francis Drake, kemudian Thomas Cavendish. Tahun 1579, Drake mengikuti rute pelayaran yang sudah dilakukan Magellan, yakni melintasi Samudra Atlantik, kemudian menelusuri ujung Amerika Selatan, lalu masuk ke Samudra Pasifik dan mencapai Filipina. Akhirnya Drake tiba di Ternate dan membeli rempah-rempah di sana, kemudian membawanya pulang ke Inggris. Maka resmilah Drake menjadi orang Inggris pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Thomas Cavendish bertekad mengikuti jejak Drake untuk mengelilingi dunia. Perjalanannya dimulai tahun 1586. Sesudah tiba di Filipina, Cavendish meneruskan pelayaran ke Nusantara, termasuk Maluku dan Jawa, pada awal 1588. Pada September 1588 Cavendish tiba kembali di Inggris. Penjelajahan yang dilakukan para pelaut besar Inggris ini mendorong Ratu Elizabeth I mempromosikan pelayaran internasional kerajaan Inggris. Terlebih saat disadari bahwa berbagai komoditas di belahan dunia lain, seperti rempah-rempah, bernilai ekonomi tinggi. Akhir tahun 1600, Ratu Elizabeth I memberikan hak istimewa kepada EIC atau East India Company, perusahaan dagang Hindia Timur, untuk menangani perdagangan di Asia dan sekitar Samudra Hindia. Tahun 1601, James Lancaster menjadi orang pertama yang memimpin armada EIC. Lancaster mengikuti jalur yang digunakan Portugis, yakni melewati Afrika. Ekspedisi Inggris ini diserang Portugis dan bajak laut Melayu di Selat Malaka. Catatan sejarah menunjukkan, Lancaster berhasil melanjutkan perjalanan ke Jawa dan mendarat di Banten. Ia mendirikan kantor dagang EIC pertama di sini serta mengirim utusan ke Maluku. Tahun 1603, Lancaster berhasil kembali ke Inggris dengan membawa kapal yang dipenuhi lada. Sepeninggal Lancaster, EIC terus berkembang. Perusahaan Inggris ini mendirikan pos-pos dagang di Malaysia, Singapura dan sejumlah kota pelabuhan di Nusantara, seperti Ambon, Makassar, Jepara dan Jayakarta,” uraiku panjang lebar.
Kemudian Usted memberikan lagi satu pertanyaan penting. “Bagaimana kisah tukar-menukar koloni antara Belanda dan Inggris?” tanyanya.
Baca Juga:
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-25): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
- Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-26): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
“Ceritanya berawal dari kedatangan VOC di Kepulauan Banda. Tujuannya satu, menguasai langsung satu-satunya sumber pala di dunia kala itu. Ketika itu pala bernilai sangat fantastik dan dikonsumsi oleh bangsawan Eropa untuk berbagai fungsi. Saat itu di Eropa harga pala bisa melonjak 60 ribu kali lipat dari harga aslinya. Sebuah catatan Jerman dari abad ke-14 menyebutkan bahwa harga setengah kilogram pala setara dengan ‘seven fat oxen’ atau tujuh lembu jantan gemuk. Sangat luar biasa. Dengan berbagai cara Belanda berupaya menaklukkan Kepulauan Banda. Penduduk setempat tentu tidak tinggal diam. Namun VOC menggunakan kekerasan tanpa ampun. Di Pulau Banda terjadi genosida terhadap penduduk asli. Dari 15 ribu jiwa jumlahnya menciut jauh menjadi 600 orang. Penduduk asli yang tersisa kebanyakan memilih hengkang dari Banda. Untuk menggarap pala, VOC mengimpor buruh kebun dari tempat lain di Nusantara. Di pulau-pulau besar, seperti Banda Neira dan Lontor, didirikan belasan benteng kokoh. Contohnya benteng Nassau yang dibangun tahun 1609. Inggris, yang juga berminat menguasai pala, datang ke wilayah ini pada 1616. Kongsi dagang Inggris, EIC, hanya bisa masuk ke salah satu pulau terkecil yang sangat terpencil, yakni Run, karena hampir seluruh Kepulauan Banda sudah dalam genggaman VOC. Kehadiran EIC otomatis membuat VOC merasa terancam. Apalagi Inggris kerap memberikan berbagai dukungan kepada penduduk setempat untuk melawan VOC Belanda. Sejak 1621, Belanda telah mencengkeram 10 dari 11 pulau di Kepulauan Banda, kecuali Pulau Run. Maka keberadaan Inggris laksana ‘duri dalam daging’. Selama lebih 40 tahun berikutnya terjadi pertikaian berdarah antara keduanya untuk memperebutkan Run. Akhirnya muncul kesepakatan damai melalui Perjanjian Breda tahun 1667. Perjanjian ini sebenarnya melibatkan beberapa negara, yakni Inggris, Belanda, Prancis, Denmark beserta Norwegia terkait koloni masing-masing. Salah satu yang diatur adalah pertukaran antara Pulau Run di Kepulauan Banda dengan Pulau Niew Amsterdam yang berlokasi dekat New York sekarang. Belanda rela memberikan Niew Amsterdam, daerah jajahannya di benua Amerika, kepada Inggris untuk ditukar dengan Run. Meski luas Niew Amsterdam, yang sekarang bernama Manhattan, 18 kali lipat dari Run, kesepakatan itu sangat menguntungkan Belanda. Akhirnya seluruh Kepulauan Banda, satu-satunya kawasan penghasil pala di dunia kala itu, dapat digenggam seutuhnya. Dan Belanda menjadi penguasa tunggal dunia untuk pala.”
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
No Responses