Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-30): Talitemali Ulama di Nusantara

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-30): Talitemali Ulama di Nusantara
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.

Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-30

Talitemali Ulama di Nusantara

 

“Coba pelajari silsilah dan tali-temali para ulama yang menyebarkan Islam di Nusantara, maka saudara akan melihat bagaimana peran mereka terhadap berdirinya kesultanan-kesultanan di Nusantara dan bagaimaimana hubungannya dengan perdagangan rempah-rempah di Kawasan”, demikian kata Usted saat memberikan tugas kepadaku.

Aku memulai paperku dengan menulis: “Islam masuk ke Indonesia secara bergelombang, dengan kata lain tidak dalam satu periode tertentu. Hanya saja baru mulai pesat sejak munculnya kota-kota Pelabuhan yang terletak di sepanjang pantai Barat India sebagai pusat-pusat perdagangan. Gujarat menjadi salah satunya yang paling ramai, dimana para pedagang yang berasal dari berbagai negara bertransaksi, terutama yang berasal dari Arab, Persia, dan Tiongkok. Mereka bersinergi dengan para pengusaha dan penguasa setempat dengan prinsip yang saling menguntungkan. Kesamaan agama dan ikatan perkawinan dengan wanita setempat membuat para pedagang Muslim menguasai kota-kota pelabuhan ini dan mengontrol aktifitas ekonominya, dan kelompok inilah yang membawa berbagai komodite yang diperlukan oleh masyarakat Eropa ke Pelabuhan Konstantinopel dan Iskandariah tempat para pedagang dari Genoa dan Venicia berbelanja.”

Baca Juga:

“Bersamaan dengan itu berkembang dakwah Islam karena sebagian para saudagar Muslim tersebut juga ulama yang mengembangkan aktifitas dakwahnya. Secara geografis Sumatera merupakan pulau yang paling dekat dengan Samudra India yang ujungnya paling dekat dengan India, hal inilah yang menyebabkan Aceh dan Sumatera Utara yang paling awal menerima Islam. Kegiatan dakwah dan perdagangan bersinergi dan semakin lama semakin meluas pengaruhnya sehingga mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang berfungsi melindungi aktifitas ekonominya dan menjaga keamanan para pedagangnya. Malaka yang memiliki posisi serupa kemudian menjadi simpul penghubung di Kawasan Nusantara selain Aceh.
Jalur lain masuknya Islam ke Indonesia berasal dari sejumlah kota di Asia Tengah seperti Bukhara, Samarkand, Termez, dan Tasken yang kini masuk wilayah Uzbekistan. Nama imam-imam besar seperti Buchari dan Tirmizi yang dikenal sebagai ahli Hadits lahir dari wilayah ini. Secara ekonomi wilayah ini menjadi bagian dari Jalur Sutra atau Silk Road yang menjadi rute perdagangan yang membentang dari Tiongkok melewati Timur Tengah sampai ke Istanbul/Konstantinopel dan Iskandariah. Para ulama dan pedagang Muslim dari wilayah ini bergerak ke Timur, dan dari Pantai Timur China mereka berlayar ke Nusantara atau Asia Tenggara. Kashgar dan Ningxia merupakan dua kota penting yang menjadi simpul dan tempat transit para pedagang Muslim di wilayah China saat itu. Kalau di Kashgar didominasi suku Uighur sementara di Ningxia didominasi suku Hui. Dua wilayah ini kini mendapatkan status otonomi khusus dari pemerintah pusat di Bejing karena kekhasan suku, agama, dan budaya warga aslinya. Kerajaan Cham atau Champa yang lokasinya di pantai Timur Vietnam bagian Tengah yang kini berlokasi di kota Qui Nhon, di Provinsi Binh Dinh memiliki peran penting di masanya. Ia berada diantara wilayah Tiongkok dan Nusantara, sehingga menjadi semacam Gujarat yang berada di India. Hanya saja perannya juga sangat dipengaruhi oleh naik turunnya penguasa di Tiongkok. Kerajaan Champa Islam berkembang pesat saat mendapatkan dukungan, begitu juga sebaliknya. Para ulama yang menyebarkan Islam walaupun memiliki etnis Uzbeg akan tetapi sebagian besar dari mereka juga sudah menikah dengan para wanita setempat baik dengan suku Uighur di Xinjiang atau Suku Hui di Ningxia, juga dengan suku Champ di Vietnam”.

“Bisa disebutkan salah satu ulama di Indonesia yang memiliki peran penting yang terkait dengan rute ini ?”, kata Usted saat baru membaca halaman pertama dari sepuluh halaman paper yang Aku buat.

 

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shopee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K