Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 8: Ketemu Gohell

Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 8: Ketemu Gohell
Gambar ilustrasi Pondok Pesantren

Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT

 

Sepulang dari Pesta Joget yang diselenggarakan Kyai Mursyid dalam rangka Perluasan Usaha, wali Paidi sengaja pulang jalan kaki menuju terminal yang akhirnya dicegat oleh segerombo;an anak muda. Gerombolan itu mendekat, Wali paidi berusaha menghindar bukan karena takut tapi malu karena dia sudah tidak punya uang lagi untuk dishodakohkan ke gerombolan ini, namun satu orang maju ke depan mencegat wali Paidi, “duwit..serahkan ! duwitmu … ayo cepat…!!!” ucap pemuda itu yang rupanya pimpinan gerombolan ini.

Wali paidi dengan tersenyum membuka kaca mata hitamnya dan melihat satu persatu para pemuda gerombolan ini, di kaos pimpinan gerombolan ini ada symbol hati yang bersinar bertuliskan SEHATI.

Mereka yang melihat wali Paidi yang begitu tenang jadi keder, “mohon maaf aku tidak punya uang sama sekali, aku hanya bisa memberi garam ini kalau sampeyan mau, ibu sampeyan sekarang kan lagi sakit, garam itu bisa dipakai obat“… ucap wali Paidi kepada ketua gerombolan ini. Pimpinan gerombolan ini biasa disebut Gohell (nama aslinya Sholeh, asal Tegal).

Pemuda yang bernama Gohell ini kaget dan jadi heran setengah mati, pemuda distro ini (wali Paidi) kok bisa tahu kalau sekarang ibunya lagi sakit dan sudah berhari – hari ini. Hatinya galau memikirkan penyakit ibunya yang tak sembuh-sembuh, hatinya begitu trenyuh dengan perhatian wali Paidi terhadap ibunya. Karena selama ini semua orang di kampungnya tidak ada yang peduli dengan keluarganya, mereka hanya mencibir tidak pernah memperhatikan keluarganya, tanpa bisa ditahan pemuda ini terduduk di hadapan wali Paidi dan menangis tersedu-sedu.

Anak buah Gohell yang berjumlah lima orang ini lebih heran lagi melihat pemimpin mereka terduduk dan menangis tersedu-sedu di hadapan wali Paidi, tanpa dikomando mereka mendekati pimpinan mereka dan membuat pagar betis melingkari wali Paidi dan Gohell, mereka berdiri melingkar menutupi mereka supaya orang–orang tidak tahu kalau pimpinan mereka menangis, mereka malu kalau orang-orang melihat pimpinan mereka menangis, masak pimpinan preman kok nangis……

Wali Paidi menepuk-nepuk pundak Gohell, dan menariknya untuk berdiri lalu berkata: “Udah mas, aku sama sampeyan ini masih saudara, jadi gak usah sungkan…,” Gohell berdiri dan mengusap air matanya, kemudian merangkul wali Paidi.. “Makasih… mas…,” ucap Gohell. Mereka lalu bersalaman diikuti seluruh anak buah Gohell juga bersalaman kepada wali Paidi.

Suasana menjadi cair kembali, tidak lama kemudian suasana jadi akrab, seakan wali Paidi dan gerombolan Gohell ini adalah teman yang sudah lama kenal.

“Ayo ngopi dulu mas….,” ajak Gohell pada wali Paidi. Mereka berdua dan seluruh anak buah Gohell menuju ke warung di pinggir jalan, setelah mengambil tempat duduk mereka memesan kopi, anak buah Gohell menunggu di luar warung. “Mas kalo bisa sampeyan berhenti malak orang, kasihan gurumu mas…,” ucap wali Paidi.

“Iya mas,,, saya akan berusaha mencari kerja yang bener, do’akan saja…,” sahut Gohell.

“Jangan sampai perguruan sampeyan Setia Hati (SH) itu menjadi Perguruan Sakit Hati.”

Gunakan kepandaian silatmu itu sebagai senam untuk kesehatan, itu yang cocok untuk jaman sekarang ini, beda dengan jaman ketika orang Islam masih punya musuh dulu, jangan belajar silat untuk mencari kesaktian atau untuk perisai diri, karena perisai diri yang langsung dari Allah adalah shodaqoh.

Belajarlah silat hanya untuk kesehatan, maka sampeyan tidak akan mencari musuh atau dicari musuh.

”Ceramah wali Paidi. Sambil nyeruput kopinya wali Paidi berkata lagi.

“Kalo belajar silat untuk mencari kesaktian atau kekuatan jadinya ya seperti ini, sesama saudara seperguruan tawuran, tidak rela melihat perguruan lain unjuk kekuatan.” 

“Iya mas,,, memang aku dulu belajar ilmu silat untuk mencari kesaktian dan kekuatan, setelah lulus aku bingung gimana cara melihat kalau aku ini sudah kuat, akhirnya aku mencari gara-gara supaya punya musuh dan keterusan sampai jadi seperti sekarang ini,” sahut Gohell sambil menunduk.

Setelah ngobrol-ngobrol yang cukup lama, Gohell ini akhirnya terbuka hatinya, mengerti tentang apa arti hidup ini, mengerti manusia itu tinggal menjalankan peran dari Allah, mengerti akan dirinya berperan sebagai apa dan menjalankan sebaik-baiknya peran tersebut, ada yang berperan sebagai ulama, guru, pedagang, petani dll, hanya ketaqwaan kepada Allah SWT yang dinilai dari menjalankan peran tersebut.

“Terus sampeyan sekarang mau kemana?” tanya Gohell kepada wali Paidi memecah keheningan.

“Mau ke terminal,“ jawab wali paidi singkat.

“Hehehe.. maksudku tujuan sampeyan dari terminal mau kemana,“…tanya Gohell lagi.

“Oh..mau sowan ke Tulung-Agung,”…jawab wali Paidi.

“Kalau begitu mari saya antar,“…Gohell menawari wali Paidi dan wali paidi pun menerima.

Gohell mendekati pemilik warung dan menanyakan habis berapa semuanya, pemilik warung terdiam merasa heran dengan sikap Gohell, karena biasanya anak ini kalau makan minum di warungnya tidak pernah bayar, pemilik warung tersebut sangat gembira dgn perubahan sikap Gohell ini.

“Udah gak usah bayar mas,,, anggap saja ini sebagai selamatan buat mas, selamatan kalau sampeyan telah terlahir kembali, mudah-mudahan tobat sampeyan ini sebagai taubatan nasuha,”…ucap pemilik warung dengan muka ikhlas berseri.

Setelah mengucapkan terimakasih Gohell mengantarkan wali Paidi ke terminal, dalam perjalanan Gohell menanyakan perihal tentang orang–orang sholeh yang diketahui wali Paidi.

Baca Juga:

Wali paidi menceritakan dengan singkat perihal mereka, tentang sifat dan kelebihan para orang-orang sholeh tersebut, tidak begitu lama akhirnya mereka sampai ke terminal. Gohell memanggil salah satu anak buahnya dan membisikkan sesuatu kepadanya, lalu anak buahnya itu pergi.

“Jangan berangkat dulu mas, tunggu sebentar,”…cegah Gohell pada wali Paidi.

Tidak begitu lama anak buah Gohell datang sambil menyerahkan sesuatu, lalu Gohell mendekati wali Paidi dan menyerahkan sesuatu tersebut kepada wali Paidi.

“Ini mas tolong jangan ditolak,“ pinta Gohell.

Ternyata sesuatu tersebut di dalamnya ada uang ribuan yang sebagian sudah kumal, dan ada 2 atau 3 uang lima ribuan, wali Paidi terkejut ketika menerima uang dari Gohell tersebut.

“Jangan kuatir mas, itu bukan uang haram, itu uang sumbangan dari teman-teman, dan saya minta dengan sangat jangan ditolak,“… jelas Gohell. Wali paidi menerima pemberian Gohell tersebut dengan senang.

“Dan ini garam, segera sampeyan berikan ke ibu sampeyan, ambil sejumput dicampur air anget sampeyan minumkan, dan sisanya separo sampeyan campur ke air mandi, kalau bisa sampeyan yang nyeko ibu dengan air garam itu dan yang separo sisanya sampeyan sawurkan di kamar ibu sampeyan yaa… insya Allah sembuh,”… kontan Gohell menangis lagi..

“Yah, malam ini saya akan pulang,”… kata Gohell sambil terisak.

Setelah bersalaman wali Paidi naik ke atas bus, masih banyak bangku kosong. wali Paidi mencari tempat yang enak buat duduk, akhirnya wali Paidi memilih tempat di tengah.

Setelah bus baru berjalan tampak pedagang rokok naik ke atas bus menjajakan dagangannya, ketika wali Paidi hendak memanggilnya, si pedagang tersebut sudah menghampiri wali paidi dan menyerahkan sebungkus rokok 234 dan berkata, “Ini pemberian dari mas Gohell sebagai rasa terimakasih.”

Begitu juga dengan pedagang-pedagang yang lain, di dalam perjalanan mereka semua mengasihkan satu barang dagangannya kepada wali Paidi atas nama Gohell. Mulai penjual minuman sampai penjual kacang, bahkan penjual bollpoint dua ribu dapat 3 buah juga menyerahkan bollpointnya atas nama dan rasa terimakasih Gohell pada wali Paidi.

Ketika wali paidi mau membayar karcis bus, pak kondektur juga membebaskan wali Paidi atas nama Gohell juga. Wali Paidi hanya geleng-geleng kepala.

“Gendeng.. sholeh ini,”… batin wali Paidi tersenyum dan teringat wajah Gohell.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

4 Responses

  1. Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 10: Topo Ing Saktengahe Projo - Berita TerbaruJuly 8, 2022 at 10:35 am

    […] Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 8: Ketemu Gohell […]

  2. Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 11: Brankas - Berita TerbaruJuly 30, 2022 at 11:11 am

    […] Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 8: Ketemu Gohell […]

  3. Angthong National Marine ParkJanuary 4, 2025 at 9:46 am

    … [Trackback]

    […] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-8-ketemu-gohell/ […]

  4. google ads pakalpojumiJanuary 4, 2025 at 10:03 am

    … [Trackback]

    […] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-8-ketemu-gohell/ […]

Leave a Reply