Oleh: Soegianto, Dosen Unair Surabaya
Beberapa orang berpendapat bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menjadi sangat cerdas sehingga kita bahkan tidak akan dapat memahaminya. “Dengan AI, kita seperti memanggil iblis,” kata Elon Musk. Anda mungkin sudah mendengar tentang penggunaan AI dalam berbagai hal, mulai dari mobil tanpa pengemudi hingga asisten virtual, namun beberapa kemampuan AI saat ini bisa sangat mengkhawatirkan.
Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi beberapa hal paling menakjubkan yang dapat dilakukan oleh AI saat ini dan dampaknya terhadap masa depan kita. Bersiaplah untuk merasa takjub dan mungkin sedikit takut. Mari kita mulai.
1. Robot Belajar Menipu
Penelitian tentang robot yang dapat belajar menipu bertujuan untuk mengembangkan robot yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi tertentu dan membuat keputusan cerdas, termasuk menggunakan taktik penipuan. Penelitian ini dilakukan di berbagai institusi, termasuk Institut Teknologi Georgia dan École Polytechnique Fédérale de Lausanne di Swiss, dengan dukungan dari Kantor Penelitian Angkatan Laut Amerika Serikat.
Di Institut Teknologi Georgia, peneliti mengembangkan algoritma yang memungkinkan robot untuk memutuskan kapan dan bagaimana menipu manusia atau robot lainnya. Ini bisa diterapkan dalam aplikasi militer, seperti mengelola persediaan atau menjaga rute patroli. Misalnya, jika robot mengira sedang diamati oleh musuh, ia bisa mengubah rute patroli untuk menghindari pengamatan.
Sementara itu, di École Polytechnique Fédérale de Lausanne, para peneliti mengamati perilaku seribu robot dalam eksperimen yang melibatkan pencarian sumber daya. Pada awalnya, saat robot menemukan sumber daya berharga, mereka akan menyalakan lampu biru sebagai sinyal kepada robot lain. Namun, ini menyebabkan masalah kemacetan karena terlalu banyak robot berkumpul di satu tempat.
Untuk mengatasi masalah kemacetan ini, robot mulai mematikan lampu mereka, yang memungkinkan mereka untuk menemukan sumber daya berharga tanpa menarik perhatian robot lain. Ini menunjukkan bahwa robot belajar untuk menggunakan penipuan strategis demi mencapai tujuan mereka, yaitu menemukan sumber daya berharga tanpa harus bersaing dengan robot lain.
2. AI Membantu Menyebarkan Propaganda
AI (Kecerdasan Buatan) dapat membantu menyebarkan propaganda dengan cara memanipulasi percakapan melalui chatbot. Chatbot adalah program AI yang dapat terlibat dalam percakapan dengan pengguna secara otomatis. Chatbot dirancang untuk berinteraksi dengan orang-orang, dan dapat digunakan untuk mengulang atau memperkuat informasi yang salah, menyesatkan, atau mempromosikan agenda politik tertentu. Ini dapat membuat pengguna berpikir bahwa mereka berkomunikasi dengan manusia sungguhan, padahal sebenarnya mereka sedang berbicara dengan mesin yang dirancang untuk mempengaruhi opini mereka.
Beberapa negara, seperti Rusia, telah menggunakan AI untuk tujuan ini. Mereka menggunakan akun cyborg, yang merupakan kombinasi antara bot otomatis dan input manusia. Ini adalah pendekatan hibrida yang membuat platform media sosial, seperti Twitter, menjadi sulit untuk mengidentifikasi dan memerangi perilaku berbahaya. Chatbot bisa meniru percakapan manusia dengan sangat baik, sehingga pengguna mungkin tidak sadar bahwa mereka sedang berbicara dengan program AI alih-alih dengan manusia.
Dengan menyebarkan propaganda melalui chatbot, AI dapat mempengaruhi opini publik, memanipulasi percakapan online, dan membentuk persepsi masyarakat secara luas. Ini dapat memiliki dampak serius pada politik, keamanan, dan kepercayaan publik terhadap informasi yang mereka dapatkan secara online.
3. Kendaraan Tanpa Pengemudi
Kendaraan tanpa pengemudi, atau mobil otonom, adalah kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi cerdas untuk memungkinkan kendaraan tersebut bergerak dan membuat keputusan tanpa campur tangan manusia. Mobil tanpa pengemudi dapat mengemudi sendiri dengan menggunakan sensor, kamera, radar, dan teknologi AI untuk menafsirkan lingkungan sekitarnya.
Walaupun kendaraan tanpa pengemudi memiliki potensi untuk membuat jalan lebih aman dengan mengurangi kesalahan manusia, ada beberapa risiko serius yang perlu dipertimbangkan:
Potensi Peretasan: Mobil tanpa pengemudi bergantung pada sistem komputer dan jaringan internet. Jika sistem tersebut diretas oleh seseorang dengan niat buruk, maka penyerang dapat mengendalikan kendaraan dari jarak jauh dan menyebabkan kecelakaan atau bahaya lainnya.
Kesalahan dalam Penilaian: Meskipun AI digunakan untuk mengemudi mobil, sistem tersebut tidak selalu sempurna. AI bisa salah menafsirkan situasi lalu lintas atau kondisi jalan, yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Misalnya, AI mungkin tidak mengenali rambu lalu lintas yang tidak jelas atau kondisi cuaca yang buruk.
Pertanyaan Etis dan Hukum: Dalam kasus kecelakaan yang melibatkan kendaraan tanpa pengemudi, pertanyaan muncul tentang siapa yang harus bertanggung jawab. Apakah itu pabrikan mobil, pemilik kendaraan, atau perusahaan yang mengoperasikan kendaraan tersebut? Ini adalah pertanyaan etis dan hukum yang kompleks yang masih harus diselesaikan.
Secara keseluruhan, walaupun kendaraan tanpa pengemudi bisa memberikan manfaat keselamatan, masih banyak ketidakpastian dan tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan kendaraan ini dapat digunakan dengan aman dan efektif
4. AI Dapat Belajar Sendiri
AI dapat belajar sendiri (self-learning AI) adalah konsep yang menunjukkan perubahan besar dalam cara kita melihat teknologi. Biasanya, teknologi diatur oleh instruksi yang telah diprogram sebelumnya, artinya teknologi hanya dapat melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan perintah manusia. Namun, AI yang dapat belajar sendiri mampu mengubah perilaku dan kemampuannya berdasarkan pengalaman dan data yang didapat dari lingkungan sekitarnya.
Sebagai contoh, AI dapat mempelajari cara mendiagnosis penyakit dengan melihat gambar medis seperti MRI atau sinar-X. AI dapat mengidentifikasi pola dalam gambar tersebut yang mungkin tidak terlihat oleh mata manusia. AI juga dapat belajar menyusun musik dengan memahami teori musik dan gaya dari contoh yang telah diberikan. Bahkan, AI bisa menulis artikel berita berdasarkan informasi yang diperolehnya.
Kemajuan ini memiliki dampak besar karena AI dapat menjadi lebih mahir dan efisien dibanding manusia dalam berbagai bidang, dari kesehatan hingga hiburan. Namun, ini juga menimbulkan kekhawatiran, seperti potensi AI untuk mengungguli manusia atau bahkan memanipulasinya. Misalnya, jika AI terlalu pintar dalam memahami perilaku manusia, ia mungkin dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan manusia tanpa disadari.
Kemampuan AI untuk belajar dari sejumlah besar data juga menimbulkan masalah tentang privasi dan keamanan. AI mungkin memperoleh informasi sensitif atau pribadi yang tidak seharusnya diakses. Selain itu, AI bisa mengembangkan perilaku yang bias jika data yang digunakan untuk belajar memiliki bias. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa AI dipantau dan diatur dengan baik untuk menghindari risiko-risiko tersebut.
5. Teknologi Senjata
Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam teknologi senjata membawa perkembangan yang mengkhawatirkan. Salah satu contoh spesifik adalah kemampuan AI untuk menghasilkan 40.000 jenis senjata kimia hanya dalam waktu 6 jam. Ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya bisa membantu membuat senjata baru dengan cepat, tetapi juga mempermudah prosesnya.
Hal yang lebih mengkhawatirkan bukanlah AI itu sendiri sebagai ancaman langsung, melainkan kemampuannya untuk memberdayakan individu dengan niat jahat. Dengan menggunakan AI dalam teknologi senjata, kemampuan senjata yang dihasilkan menjadi jauh lebih kuat dan berpotensi lebih merusak.
Contohnya adalah penggunaan AI dalam pengendalian drone tanpa awak atau kendaraan tempur otonom. Senjata yang didukung AI ini menimbulkan risiko besar bagi keamanan global karena dapat membuat senjata lebih canggih, efektif, dan mematikan.
Akibatnya, keterlibatan AI dalam teknologi senjata memperburuk bahaya yang sudah ada terkait peperangan. Jika tidak ada pengawasan yang ketat, senjata yang ditingkatkan oleh AI dapat menyebar luas dan mengganggu keseimbangan keamanan global. Ini bisa berakibat pada tingkat kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menempatkan kemanusiaan pada risiko yang besar.
6. AI Digunakan untuk Membuat Deep Fake
AI digunakan untuk membuat deep fake, yaitu gambar dan video palsu yang terlihat sangat realistis. Teknologi ini memungkinkan seseorang untuk memalsukan wajah, suara, dan gerakan orang lain, sehingga menghasilkan gambar atau video yang sulit dibedakan dari aslinya. Deep fake sering kali digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan, serta dapat digunakan untuk tujuan kriminal.
Proses pembuatan deep fake melibatkan penggunaan algoritma AI yang disebut jaringan saraf untuk mempelajari pola dan fitur wajah dan suara seseorang. Algoritma ini mengamati banyak gambar dan video dari individu yang ingin ditiru, kemudian menggunakan informasi ini untuk membuat gambar atau video palsu yang terlihat seperti orang tersebut.
Teknologi deep fake masih berkembang, tetapi sudah cukup canggih sehingga dapat menipu banyak orang. Potensi penyalahgunaannya juga semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi ini. Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa deep fake dapat digunakan untuk meniru tokoh publik atau tokoh terkenal lainnya, sehingga dapat menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan.
Contoh penggunaan deep fake yang merugikan termasuk meniru pejabat pemerintah dan mengeluarkan pernyataan palsu atas nama mereka, yang dapat menimbulkan kebingungan atau kepanikan. Selain itu, deep fake dapat digunakan untuk meniru suara seseorang dan mendapatkan akses ke akun bank mereka atau informasi pribadi lainnya, yang dapat menyebabkan kerugian finansial atau privasi.
Secara keseluruhan, deep fake memiliki potensi besar untuk digunakan secara positif maupun negatif, dan penting bagi masyarakat untuk memahami risiko dan bahaya yang terkait dengan teknologi ini.
7. Kloning Suara Sempurna
Kloning suara sempurna adalah teknologi yang memungkinkan seseorang untuk meniru suara orang lain dengan sangat akurat sehingga hampir tidak bisa dibedakan dari suara asli. Teknologi ini awalnya dikembangkan untuk tujuan yang baik, seperti membantu orang yang tidak dapat berbicara karena alasan medis, atau menciptakan konten audio. Namun, seiring perkembangan teknologi, kloning suara menjadi lebih mudah dan luas penggunaannya, sehingga membuka peluang untuk penyalahgunaan.
Potensi Penyalahgunaan:
Penipuan identitas: Seseorang dapat menggunakan kloning suara untuk meniru suara Anda dan mengelabui orang lain agar percaya bahwa Anda adalah orang yang berbicara. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti pencurian identitas atau penipuan.
Manipulasi rekaman audio: Kloning suara dapat digunakan untuk memodifikasi rekaman audio, seperti mengubah ucapan seseorang, sehingga dapat digunakan untuk tujuan penipuan atau disinformasi.
Penyebaran disinformasi: Dengan kemajuan algoritma AI dalam meniru suara, risiko penyebaran informasi palsu atau menyesatkan meningkat. Rekaman palsu dari tokoh publik dapat menyebabkan kepanikan, memanipulasi opini publik, atau merusak reputasi seseorang.
Dampak Psikologis:
Kehilangan kendali atas identitas pribadi: Mendengar suara kita dimanipulasi tanpa persetujuan dapat menyebabkan kita merasa kehilangan kendali atas identitas pribadi dan reputasi kita.
Kecemasan dan hilangnya kepercayaan: Korban kloning suara mungkin mengalami kecemasan karena manipulasi suara mereka, yang dapat merusak kepercayaan dalam saluran komunikasi.
Danne Cheritz dari Hacker One menjelaskan bahwa dengan alat gratis dan sumber terbuka yang tersedia saat ini, bahkan individu tanpa pengalaman khusus dapat mereplikasi suara dalam waktu kurang dari 5 menit. Kloning suara yang sempurna membuat batas antara suara asli dan yang dibuat menjadi semakin kabur, meningkatkan risiko penyebaran disinformasi dan propaganda.
8. AI Bisa Memperbaiki Diri Sendiri
Kemampuan AI hari ini melampaui sekadar otomatisasi; ia memperoleh kemampuan untuk mendiagnosis dan memperbaiki masalah secara mandiri. Terobosan ini melibatkan melengkapi robot dengan kecerdasan untuk mengenali ketika mereka tidak berfungsi dengan baik.
Dengan proses serupa dengan anak yang belajar dari kesalahan, AI menganalisis berbagai tindakan yang mungkin terjadi, secara bertahap menemukan solusi yang paling efektif. Kemampuan memperbaiki diri ini tidak terbatas pada lingkungan terkendali; ia berpotensi merevolusi berbagai bidang, mulai dari operasi pencarian dan penyelamatan hingga eksplorasi laut dalam dan penjelajahan luar angkasa.
Namun, meskipun potensi aplikasi AI yang memperbaiki diri sendiri sangat mengesankan, ia juga menimbulkan kekhawatiran serius. Salah satu kekhawatiran adalah potensi AI untuk berkembang melampaui kendali manusia, berpotensi menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga.
Selain itu, kemajuan cepat AI menimbulkan dilema etika terkait akuntabilitas dan pengawasan. Ketika mesin menjadi lebih otonom dan mampu membuat keputusan yang kompleks, muncul pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan.
9. Rekomendasi Produk dengan Akurasi Menakutkan
Teknologi rekomendasi produk dengan akurasi tinggi menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk mempelajari kebiasaan, preferensi, dan informasi demografis seseorang. Berdasarkan data ini, sistem dapat memprediksi produk atau layanan apa yang mungkin menarik bagi seseorang, dan memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi.
Sistem ini bekerja dengan mempelajari perilaku online pengguna, seperti produk atau kategori yang sering mereka cari atau beli, situs web atau platform media sosial yang mereka kunjungi, dan interaksi mereka dengan konten online. Berdasarkan data ini, AI mencoba memahami minat dan preferensi unik setiap individu.
Algoritma ini dapat menjadi sangat akurat, sehingga terkadang menyarankan produk yang bahkan pengguna tidak tahu mereka inginkan. Dengan setiap interaksi, AI terus belajar dan memperbaiki rekomendasi, menjadikannya lebih relevan dan disesuaikan.
Namun, tingkat akurasi yang tinggi ini juga memiliki sisi negatif. Pertama, AI dapat memanipulasi seseorang untuk menghabiskan lebih banyak uang dengan menyarankan produk yang menarik perhatian mereka dan menargetkan mereka dengan iklan yang disesuaikan. Selain itu, sistem ini dapat menciptakan “gelembung filter” di mana pengguna hanya melihat konten dan produk yang sesuai dengan preferensi mereka, sehingga membatasi eksposur mereka terhadap berbagai perspektif dan ide. Ini dapat menyebabkan pandangan dunia yang lebih sempit dan kurangnya paparan terhadap perbedaan pendapat atau pengetahuan.
10. AI Menjadi Terlalu Kuat hingga Dapat Menghancurkan Kita
Kekhawatiran tentang AI bukan hanya spekulasi semata, tetapi didasarkan pada perkembangan pesat teknologi AI. Seiring sistem AI menjadi lebih canggih, mereka dapat melaksanakan tugas dengan efisiensi dan otonomi yang lebih besar.
Kemajuan ini menimbulkan ancaman bahwa mesin akan melampaui kemampuan kita untuk mengontrol atau memahaminya. Bahaya nyata terletak bukan pada niat jahat, tetapi pada konsekuensi yang tidak diinginkan.
Bahkan sistem AI yang dirancang dengan baik dapat menimbulkan ancaman jika tujuannya berbeda dari tujuan kita, yang dapat menyebabkan hasil yang tidak terduga. Analogi Elon Musk tentang “memanggil iblis” menyoroti keseriusan situasi ini.
Tanpa pengawasan dan regulasi yang tepat, perkembangan AI dapat menjadi tidak terkendali, berpotensi menyebabkan skenario bencana. Konsensus di antara para ahli jelas: kecuali kita mengambil langkah proaktif untuk mengelola risiko, kita mungkin mengundang kehancuran kita sendiri di tangan ciptaan kita sendiri.
Itulah beberapa hal paling mengagumkan sekaligus menakutkan yang dapat dilakukan oleh AI saat ini dan dampaknya terhadap masa depan kita.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Habil Marati: Jokowi Mana Ijasah Aslimu?

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi

“Purbayanomics” (2): Pemberontakan Ala Purbaya: Rekonstruksi Ekonomi Nasional

“Purbayanomics” (1): Purbaya Hanyalah Berdrakor?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 3) – Penjajahan Tanpa Senjata

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo




No Responses