Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (6): Arsitek Stabilitas Asia Tenggara dan Penggerak Utama ASEAN

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (6): Arsitek Stabilitas Asia Tenggara dan Penggerak Utama ASEAN

Oleh: Budi Puryanto

Jika pada seri-seri sebelumnya kita menyoroti peran Soeharto dalam memulihkan ekonomi, menumpas ancaman komunisme, membangun fondasi pertanian, serta menciptakan stabilitas nasional, maka satu dimensi penting lain dari kepemimpinannya adalah peran strategis Soeharto dalam diplomasi internasional, khususnya dalam memperkuat ASEAN sebagai poros stabilitas Asia Tenggara.

Banyak sejarawan hubungan internasional menilai bahwa tanpa kepemimpinan Soeharto, ASEAN tidak akan menjadi organisasi yang kuat seperti sekarang. Pada akhir 1960-an, Asia Tenggara adalah kawasan yang rapuh: sebagian negara baru merdeka, banyak konflik ideologis, dan ancaman komunis masih sangat nyata. Namun melalui pendekatan diplomasi yang pragmatis dan kooperatif, Soeharto berhasil mendorong munculnya tatanan regional yang stabil.

Prof. Dewi Fortuna Anwar, akademisi dan pakar hubungan internasional, menyebut bahwa kontribusi Soeharto pada ASEAN “bukan hanya sebagai pendiri, tetapi sebagai pengarah strategi kawasan.” Ia menekankan bahwa Indonesia pada masa Soeharto mengambil posisi sebagai “primus inter pares”—pemimpin di antara yang setara—yang memastikan ASEAN tidak jatuh pada konflik internal atau terpecah oleh rivalitas geopolitik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Dalam dekade 1970-an dan 1980-an, Soeharto memainkan peran sentral dalam tiga langkah besar:

1. Membangun Kepercayaan Negara-Negara Tetangga

Selepas konfrontasi Indonesia–Malaysia di era Sukarno, Soeharto mengubah total pendekatan luar negeri Indonesia. Ia mendorong rekonsiliasi, meredakan ketegangan, dan memastikan bahwa Indonesia tidak lagi dipersepsikan sebagai ancaman bagi negara-negara tetangga.

Sejarawan hubungan internasional Prof. Rizal Sukma mencatat bahwa perubahan ini adalah “transformasi total yang mengubah wajah diplomasi Indonesia.” Soeharto memberikan landasan bahwa keamanan kawasan lebih penting daripada politik konfrontatif.

2. Mendorong Prinsip “ZOPFAN” (Zona Damai, Bebas, dan Netral)

Konsep ini—yang kemudian menjadi pijakan perdamaian ASEAN—didukung penuh oleh Soeharto. Prinsip ini menjaga Asia Tenggara tetap berada di luar rivalitas Blok Barat dan Blok Timur. Melalui ini, Indonesia menjadi salah satu stabilisator kawasan dalam masa Perang Dingin.

3. Menyatukan ASEAN dalam Menghadapi Krisis Kamboja

Ketika Vietnam menginvasi Kamboja 1978, ASEAN terancam retak. Namun Soeharto memainkan peran kunci menjaga kesatuan sikap ASEAN. Diplomasi tenangnya—yang sering disebut sebagai “quiet diplomacy”—dipuji banyak pihak karena menghentikan eskalasi konflik dan menghasilkan penyelesaian politik bertahap.

Menurut historian Benedict Anderson, Indonesia pada masa Soeharto “mendadak menjadi negara yang paling stabil dan paling bisa dipercaya di kawasan,” sehingga negara-negara lain bersedia mengikuti inisiatif Indonesia dalam menyelesaikan konflik regional.

Keberhasilan diplomasi ini membuat ASEAN bukan hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi salah satu organisasi regional paling sukses di dunia. Para ahli menyebut ASEAN era Soeharto sebagai “ASEAN yang terkonsolidasi”, yakni periode ketika organisasi ini mulai memiliki arah, struktur, dan pengaruh geopolitik yang nyata.
Tidak mengherankan jika Indonesia kemudian menjadi tuan rumah berbagai pertemuan penting ASEAN dan memainkan peran utama dalam membangun hubungan dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang.

Soeharto bukan hanya pemimpin nasional, tetapi juga tokoh yang membentuk stabilitas Asia Tenggara. Dalam tradisi pemberian gelar Pahlawan Nasional, jasa besar dalam diplomasi dan menjaga kehormatan negara di panggung internasional—seperti yang dilakukan Soeharto—merupakan bagian penting yang patut dihormati.

BERSAMBUNG

 

EDITOR: REYNA 

Baca juga:

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (5) : Pelopor Swasembada Pangan Yang Diakui Dunia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (4): Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional Yang Menyelamatkan Indonesia

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Last Day Views: 26,55 K