Selanjutnya, ketika proses pembangunan rumah dimulai banyak warga dan aparat setempat hanya melihat-lihat saja, namun tidak ada inisiatif sama sekali dari mereka untuk membantu pelaksanaan pembangunan rumah yang nanti akan ditempatinya. Mereka terlihat acuh atk asuh seakan tidak butuh rumah tinggal, padahal mereka seringkali mengeluh lantaran tinggal di tenda katanya sangat tidak nyaman. Bayangkan saja, kalau siang kepanasan, kalau hujan air merembes!
Reaksi warga dan aparat pemerintah Calang seperti itu, barangkali tidak lepas dari model rumah bantuan dari Jatim yang bagi mereka mungkin tidak lazim. Sebab, material yang digunakan untuk seluruh struktur dan dindingnya hanya dari papan ukuran 2x20x400cm. Inilah yang mungkin membuat warga dan aparat pemerintah Calang tidak yakin model bangunan rumah dari Jatim, yang lebih populer dengan sebutan Rumah RIA, bisa berdiri dengan kokoh.
Namun, ketika satu persatu bangunan mulai berdiri reaksi warga dan aparat pemerintah Calang mulai berubah. Dari yang awalnya menentang dan acuh tak acuh, lalu mulai muncul kepeduliannya, sampai akhirnya mereka berebut ingin segera mendapatkan dan menempatinya. Setidaknya hal ini tampak dari semakin banyak warga dan aparat pemerintah Calang yang bertanya-tanya dan mengamati langsung bangunan yang mulai berdiri dan telah selesai.
Selanjutnya, reaksi warga dan aparat pemerintah Calang terhadap pembangunan rumah RIA tampaknya semakin positif. Buktinya, tidak jarang warga yang siap membantu membangun Rumah RIA asalkan ada kejelasan dan kepastian dari pemerintah setempat bahwa mereka benar-benar mendapat jatah rumah tersebut. Disamping itu, permintaan kantor dan rumah dinas yang diperlukan oleh Bupati atau Pemerintah Calang tiba-tiba membengkak. Semula hanya minta dibangunkan 5 kantor dan rumah dinas, namun belakangan permintaan membengkak menjadi 20 kantor dan rumah dinas. Sangat boleh jadi hal ini terpengaruh setelah melihat 3 kantor dan rumah dinas yang baru saja terbangun.
Dalam konteks ini, kiranya juga perlu diinformasikan bahwa program 1000 rumah dari Jatim akhirnya tidak semuanya dibangun dalam bentuk rumah saja, karena mesti disesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan warga dan pemerintah setempat. Konsekwensinya, sebagian dari jumlah total 1000 unit rumah tersebut dikonversi atau diwujudkan dalam bentuk kantor pemerintahan, masjid (maunasah), sekolah, puskesmas, dan fasilitas publik lainnya. Sementara sampai tim relawan jatim pulang termasuk penulis, sudah terbangun 3 kantor dan rumah dinas, sekolah TK, SD, SMP & SMA, dan 30-an rumah tinggal tipe 36. Sedangkan masjid atau maunasah masih dalam proses pembangunan.
Disisi lain, reaksi positif warga Calang terhadap Rumah RIA tampaknya juga dipicu oleh keberadan bangunan barak yang konon katanya diperuntukan bagi warga Calang. Mengapa demikian? Hal ini karena warga Calang tampaknya enggan untuk tinggal di barak. Mereka merasa tidak cocok untuk tinggal di barak. Sebagai ilustrasi, berikt ini komentar atau tanggapan yang berulang kali muncul dari warga Calang, “hidup di barak itu tidak sopan”. Statemen tersebut selain menunjukkan keengganan untuk tinggal di barak, juga bisa diterjemahkan bahwa tinggal dibarak tidak sesuai dengan budaya warga Calang.
Lantas, bagaimana dengan nasib barak-barak di Calang yang sudah lebih dulu terbangun, sebelum Rumah RIA dari Jatim datang? Entahlah! Kita lihat saja nanti! Yang jelas tampaknya amat sulit untuk “memaksa” warga Calang agar betah tinggal di barak. Barangkali karena itulah kehadiran Rumah RIA akhirnya menjadi dambaan. Mereka mengatakan, “ini baru cocok untuk warga calang meski hanya terbuat dari papan kayu, apalagi juga dilengkapi dengan kamar mandi dan WC”. Semoga saja semua warga Calang Aceh yang menjadi korban gempa dan tsunami dapat menikmati rumah tinggal yang telah didambakannya. Insyaallah!
EDITOR : SETYANEGARA
Related Posts

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (3): Membangun Stabilitas Politik dan Menghindarkan Indonesia dari Kekacauan Pasca 1965

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 2): Guncangan di Ruang Reformasi dan Bayang-Bayang Operasi Garis Dalam

Pertemuan “Rahasia” di PTIK (Bagian 1) : Walkout, Ketegangan, dan Polemik Komisi Reformasi Polri

Sikap Arogan Ketua Tim Reformasi Polri Justru Tak Hendak Mendengarkan Suara Rakyar

Sutoyo Abadi: Memusingkan

Tantangan Transformasi Prabowo

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri





playtechOctober 25, 2024 at 9:23 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/nasional/16-tahun-pengabdian-di-aceh-saat-tsunami-menghancurkan-kehidupan-di-aceh/ […]
สล็อตเกาหลีDecember 21, 2024 at 9:01 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/nasional/16-tahun-pengabdian-di-aceh-saat-tsunami-menghancurkan-kehidupan-di-aceh/ […]