Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-18
Waktu terus berputar. Mujahid melewati hari-harinya di rumah, di masjid, atau sekali-sekali berkunjung ke rumah Nur Jannah. Tapi Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca Al-Quran atau buku-buku agama. Kalau teman-temannya datang dan bertanya tentang pengalamannya di luar negeri, Ia menjawabnya seperlunya saja. Tampak menghindar untuk menceritakan pengalaman yang sebenarnya. Ia malah memanfaatkan pertemuan-pertemuan itu untuk lebih banyak menasihati mereka agar berbuat baik dan lebih banyak mengingat akhirat.
Sore itu, saat Mujahid duduk sendiri di beranda rumah, sang ibu mendekatinya.
“Ibu senang, Kamu sekarang semakin dewasa”, kata Bu Bisri membuka pembicaraan sambil duduk di sebelah anaknya.
“Alhamdulillah! Semua berkat bimbingan dan doa Ibu”, sahut Mujahid menyanjung ibunya.
“Rasanya sudah waktunya ibumu ini menimang cucu, Nak”, pancing si Ibu.
Lama sekali suasana hening dan kaku, kemudian:
“Maksud Ibu?”, tanya Mujahid pura-pura tak mengerti.
“Rasanya sudah saatnya Kamu berkeluarga”, jelas Bu Bisri.
“Tapi Saya kan belum punya pegangan, Bu…..”, sahut Mujahid.
“Kalau Kamu sudah menikah, rezeki akan mudah datang. Apalagi si Nur sudah terlalu lama menunggu”, dengan nada merayu.
“Apakah Ibu sudah membicarakannya dengan Abah?”, tanya Mujahid.
“Kalau Kamu setuju, Ibu akan segera membicarakannya”.
“Terserah Ibu saja”, sahut Mujahid, dengan wajah bingung.
“Kamu mau minum apa?”, tanya si Ibu sambil berdiri.
“Kopi saja, Bu”, sahut Mujahid.
Keesokan harinya, sesudah shalat Isya Pak Bisri dan istrinya pergi ke rumah Nur Jannah. Bu Bisri mengucapkan salam saat tiba di depan rumah adiknya. Nur Jannah sendiri yang membukakan pintu.
“Oh Pakde dan Bude! Silakan masuk”, kata gadis itu pada paman dan bibinya.
“Ibumu ada, Nak?”, tanya Bu Bisri.
“Ada. Silakan duduk, Bude. Akan saya panggilkan”, kata Nur sambil bergegas ke belakang.
Tidak lama kemudian Bu Syukri keluar. Ia menyalami mereka berdua.
“Nur, Kamu bikin minuman dulu sana…!”, kata Bu Syukri pada anaknya sembari tersenyum. Kemudian Ia menatap dua orang di depannya.
“Tumben Pak”, katanya berbasa-basi.
“Ya Bu ! Kebetulan. Ini nih, ibunya Mujahid… Katanya ada yang ingin disampaikan”, ucap Pak Bisri sambil menoleh ke arah istrinya.
Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
Bu Bisri tersipu malu. Bagaimanapun ini hal baru buatnya.
“Bapak saja yang menyampaikannya”, katanya dengan menyenggol tangan suaminya.
“Baiklah”, jawab Pak Bisri.
“Begini Bu, menurut Kanjeng Nabi Muhammad, ada tiga hal yang harus disegerakan; Pertama, orang yang meninggal, harus segera dimakamkan. Kedua, kalau berhutang, harus segera dibayar. Dan yang ketiga, kalau punya anak yang sudah dewasa harus segera dinikahkan”. Bu Syukri langsung tersenyum.
Tapi walaupun Ia jauh sebelumnya sudah menduga, tapi tetap saja Ia merasa perlu berbasa-basi.
“Ya, gimana baiknya sajalah. Saya ini orang bodoh. Apalagi si Nur sudah tidak punya ayah sejak beberapa tahun lalu. Jadi Saya manut aja”, jawab Bu Syukri diplomatis.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-16): Kabul Jatuh Ke Tangan Mujahidin
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-17): Kembali Ke Tanah Air
la sudah menangkap maksud kedatangan kakak iparnya itu.
“Anak-anak Kita sudah dewasa, sudah saling mengenal. Kita sebagai orangtua rasanya berdosa kalau terus menahan-nahannya”, imbuh Bu Bisri.
Nur Jannah yang menguping dari balik jendela kamar tidurnya, tersenyum lega mendengar pembicaraan Mereka. Ia bergerak cepat ke cermin, merapikan kerudungnya dengan wajah cerah. Ia lalu melangkah pelan ke dapur, agar jangan ketahuan mereka yang sedang berunding di depan.
“Nur, mana minumnya? Kok lama bener!”, terdengar suara Bu Syukri memanggilnya.
“Ya, Bu!”, jawab Nur sembari membawa baki berisi tiga cangkir teh.
Setelah menyuguhkannya, Ia kembali ke belakang sambil pura-pura tidak tahu pembicaraan mereka.
“Kapan bagusnya pernikahan dilaksanakan?”, tanya Bu Syukri.
“Lebih cepat lebih baik, Bu”, jawab Pak Bisri
“Masalah hari yang tepat, Kami serahkan ke Bapak saja. Saya akan manut saja”, katanya
“Kalau begitu saya akan beri jawaban dalam waktu tidak lebih dari tiga hari”, jawab Pak Bisri. Setelah pembicaraan dirasa cukup, Pak Bisri dan istrinya berpamitan.
Sebulan kemudian, pada hari yang ditentukan, dengan mengenakan kemeja putih dan jas hitam membalut badannya yang tegap berotot, Mujahid tampak sangat gagah. Ia mengenakan sarung plekat dengan kopiah hitam di kepala. Ia diapit oleh ayah dan seorang saudara laki-laki dari pihak ibunya. Mereka berjalan mantap menuju rumah calon istrinya. Di lehernya tergantung kalung yang dibuat dari rangkaian bunga melati. Lima orang penabuh rebana terus-menerus mengiringi perjalanannya. Beberapa teman dekat dan tetangganya ikut mengantarnya. Sekali-sekali mereka mengeluarkan kalimat-kalimat yang menggoda sang mempelai.
“Hid…! Jangan lupa obat kuat yang saya berikan dua hari lalu, ya!”, kata Ikhsan yang masih lajang.
“Awas! Teori yang saya ajarkan jangan sampai tidak diamalkan…!”, ancam Hasan yang baru tiga bulan menikah.Mendengar godaan-godaan itu, Mujahid hanya tersipu malu, sambil terus melangkah.
Sampai di depan gerbang rumah calon mempelai wanita, rombongan ini dIsambut dengan hujan beras kuning. Ibu-ibu yang berkumpul di depan janur kuning yang melengkung di depan rumah itu, terus-menerus melemparkan beras kuning yang ada di genggaman mereka. Sementara anak-anak dan para tetangganya juga menyaksikan kedatangan mempelai pria dengan soraksorai gembira. Mempelai wanita yang duduk di pelaminan diminta berdiri untuk menyambutnya. Nur kelihatan anggun dengan kebaya panjang putih dan bawahan kain batik. Rambutnya dibungkus rapat dengan kerudung yang dihiasi untaian bunga melati.
Mujahid dipersilakan masuk dan duduk di antara para tokoh masyarakat dan penghulu. Sesuai tuntunan Syariat, mempelai pria diminta membaca ijab-kabul dengan wali hakim. Setelah usai, mempelai perempuan menyongsong suaminya, mengambil tangannya lalu menciumnya. Mereka berdua lalu dituntun menuju pelaminan. Para hadirin memberikan salam dan ucapan selamat secara bergantian kepada kedua mempelai. Sementara yang lainnya menikmati hidangan yang disediakan. Suara musik dangdut dari pengeras suara terus-menerus mengalun menghibur para undangan.
(Bersambung….)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts

Kementerian PKP Tertinggi Prestasi Penyerapan Anggaran dari Seluruh Mitra Komisi V

Kejati Sumut Sita Rp150 Miliar dari Kasus Korupsi Penjualan Aset PTPN I: Babak Baru Pengungkapan Skandal Pertanahan 8.077 Hektare

Dipimpin Pramono Anung Jakarta Makin Aman dan Nyaman, Ketua Umum APKLI-P: Grand Opening WARKOBI Januari 2026 Diresmikan Gubernur DKI

Refly Harun Dan RRT Walkout saat Audiensi Dengan Komisi Percepatan Reformasi Polri

Subuh, Kolaborasi, Kepedulian, dan Keberkahan

Dukung Revisi PP 50/2022, Ketua Umum APKLI-P: Praktek Tax Planing PPH 0,5% UMKM Puluhan Tahun Dibiarkan

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Jokowi, Oh Jokowi




superkaya88October 1, 2023 at 6:31 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 65777 more Information on that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]
nova versao do snaptube para linuxApril 3, 2024 at 7:26 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 77710 more Information to that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]
https://birkcalculations.comApril 17, 2024 at 12:19 am
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]
dultogel linkAugust 31, 2024 at 4:33 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]
โบท็อกราคาOctober 13, 2024 at 4:18 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 584 more Info on that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]
MassageDecember 31, 2024 at 7:50 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/nasional/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-18-keputusan-menikah/ […]