Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
ICMA (Ikatan Cendekiawan Muslim Asia Tenggara) Sebagai Indikator Kebangkitan Rumpun Melayu Di Dunia Islam
Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam menguasai dan memanfaatkan sain dan teknologi. Disini peran kelompok cendekiawan atau ilmuwan menjadi faktor kunci keberhasilan itu.
Dalam sejarah, Peradaban Islam pernah menunjukkan kecemerlangan kelompok cendekiawan atau ilmuwan itu. Dibawah lembaga Baitul Hikmah yang dipimpin langsung oleh Khalifah Al Makmun, putra Khalifah Harun Al Rasyid, para cendekiawan dari berbagai negara dikumpulkan.
Al Makmun, mewarisi ayahnya adalah seorang pecinta ilmu pengetahuan kelas wahid. Dengan kekuasannya sebagai Khalifah, dia memerintahkan untuk mengumpulkan semua buku atau manusrkrip yang ada saat itu, yang tersebar diberbagai negara, seperti Yunani, Persia, China dan India. Kemudian dia memerintahkan penterjemahan buku atau manuskrip tersebut kedalam bahasa Arab. .
Akhirnya, dengan buku-buku berbahasa Arab tersebut umat Islam dapat mempelajari berbagai ilmu yang dikembangkan sebelumnya dari negara-negara Yunani, Persia, China, dan India. Namun bukan berhenti disitu saja, para cendekianwan atau ilmuwan muslim juga berhasil mengintegrasikan berbagai ilmu yang tersebar diberbagai negara itu.
Pada tahap berikutnya, para cendekiawan muslim berhasil merintis ilmu-ilmu baru, seperti Alkhawarizmi yang berhasil mengembangkan Algoritma, yang menjadi ilmu penting didunia modern saat ini. Juga Ibnu Sina yang mempelopori Rumah Sakit modern. Ibnu Khaldun, yang dikenal dengan bapak sosiologi. Dan seterusnya, banyak sekali cendekiawan muslim menjadi pelopor dan perintis jalan bagi lahirnya ilmu-ilmu baru seperti astronomi, fisika, kimia, dan menemukan teknologi-teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu, seperti teknologi pembuatan sabun, parfum, kertas, tinta, hingga persenjataan.
Berbagai buku yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab tersebut menyebar diseluruh daerah kekuasaan Islam, termasuk di Andalusia (Spanyol dan Portugal saat ini), yang saat itu dikuasai oleh umat Islam.Dari Andaluisa kemudian ilmu pengetahuan itu menyebar dan menyinari Eropa, yang pada akhirnya mengispirasi gerakan Renaissance di Eropa, yang kemudian mendorong lahirnya Revolusi Sosial di Perancis dan Revolusi Industri di inggris.
Eropa terus mengembangkan ilmu pengetahuan hingga saat ini, dan kita tahu dunia dikendalikan dari wilayah ini dalam waktu lama. Baru kemudian hari dari wilayah lain, seperti Jepang, Korea, China, India, dan wilayah lainnya menyusul dan mencoba terus mengejar.
Gagasan ICMA
Seperti digambarkan diatas, sejarah telah mengajarkan kepada kita pentingnya kelompok cendekiawan dalam membangun peradaban dunia. Oleh karena itu, kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Asia Tenggara (ICMA), patut disyukuri dan hal ini bisa menjadi tonggak dalam menegakkan kembali peradaban Islam.
Gagasan ICMA berawal dari Dr Muhammad Najib yang saat itu menjabat Ketua Bidang Kerjasama Internasional Majlis Pengurus Pusat ICMI. Lalu kemudian gagasan itu dideklarasikan pada Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ke-28 di Lampung (6-8 Desember 2018).
Dalam Silaknas di Lampung ini, 11 perwakilan negara Asia Tenggara turut hadir pada acara tersebut. Tidak salah bila dikatakan Lampung menjadi saksi sejarah berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Asia Tenggara (ICMA).
Kemudian ICMA dikukuhkan dalam Silaknas ke-29 ICMI di Padang pada tanggal 26-28 Desember 2019, ditandai dengan penyusunan Program Kerja.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Jimly Asshiddiqie. Juga hadir delegasi Malaysia yang dipimpin oleh Mohd Nur Manuty, delegasi Cambodia yang merupakan delegasi terbesar sebanyak 41 orang dipimpin oleh Mentri Senior Ostman Hassan, delegasi Brunei dipimpin oleh Arman bin Haji Asmad, delegasi Timor Leste yang dipimpin oleh Arif Abdullah Sagran.
Dr Muhammad Najib mengatakan, gagasan ICMI mengawinkan antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dengan Iman dan Taqwa (Imtaq) tampaknya semakin mendapatkan dukungan yang meluas di kawasan Asia Tenggara. Fenomena ini menandai kesadaran para tokoh Islam, menghadapi semakin dominanya peran sain dan teknologi dalam perkembangan peradaban ummat manusia, baik dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.
Menurutnya, saat menerima anugrah B.J.Habibie Award dalam bidang teknologi dan demokrasi, Ilham Habib sebagai putra sulung Almarhum yang hadir mewakili keluarga, mengingatkan bahwa istilah Iptek dan Imtaq lahir dari Almarhum, saat menjadi Menristek dan memimpin ICMI.
Ilham mengulangi pernyataan Habibie waktu itu, dengan mengibaratkan Iptek dan Imtaq sebagai dua sayap pesawat terbang yang akan mengantarkan umat Islam mencapai cita-citanya.
Sementara dalam bidang politik, BJ.Habibie berkeyakinan bahwa demokrasi compatible dengan Islam. Karena itu, Ilham atas keluarga mengucapkan terimakasih atas anugrah/award yang diterimanya.
Muhammad Najib mengingatkan, sebenarnya ICMA sudah dideklarasikan dalam acara pembukaan Silaknas ICMI ke-28, tahun lalu di Lampung, di hadapan Presiden RI Joko Widodo yang diikuti oleh penandatangan prasasti oleh Prediden RI. Dengan demikian pertemuan ICMA ke-2 di kampus Universitas Negeri Padang (UNP) kali ini, merupakan kelanjutan untuk memantapkan kehadirannya.
Dubes RI untuk Spanyol dan UNWTO ini menjelaskan ada dua agenda besar ICMA. Pertama, mempercepat perkembangan Sumber Daya Insani (SDI). ICMA menggunakan istilah SDI bukan SDM, dengan alasan SDM berkonotasi hanya berhenti pada keterampilan yang sifatnya fisik atau kecerdasan otak untuk keperluan kehidupan duniawi semata. Sementara istilah SDI, disamping memiliki tujuan duniawi juga mencakup dimensi spiritual yang berorientasi ukhrawi.
Kedua, membangun kekuatan ekonomi dan bisnis. Disadari kecilnya jumlah pengusaha muslim di kawasan, sementara peran ekonomi dan bisnis semakin penting dalam mengangkat harkat dan martabat ummat. Dengan agenda ini, diharapkan akan terbangun jaringan para pengusaha di kawasan, selain memperbanyak jumlah pengusaha Muslim itu sendiri.
Dalam sidang-sidangnya, menurut Muhammad Najib, sejumlah peserta yang berdiskusi dengan serius dan mendalam memiliki keyakinan, lahirnya ICMA bukan saja akan memberikan manfaat kepada Ummat Islam di kawasan Nusantara, akan tetapi juga warga Nusantara secara keseluruhan.
Muhammad Najib meyakini, dengan paham ke-Islaman yang washatiah yang bersifat moderat dan berkarakter inklusif, maka ICMA benar-benar akan mengembangkan pesan Al Qur’an sehingga menjadi Rahmatan Lil Alamin.
Oleh karena itu, menurut Dubes Najib, beberapa peserta bahkan berkeyakinan, jika misi ini berhasil dijalankan, maka kaum Muslim Melayu bukan mustahil bisa menjadi model dan rujukan dunia Islam secara keseluruhan.
EDITOR:
Related Posts

Negara Yang Terperosok Dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rakyat Setengah Mati, Kekuasaan Setengah Hati

Kolonel (PURN) Sri Radjasa: Jokowo Titip Nama Jaksa Agung, Prabowo Tak Respons

Novel “Imperium Tiga Samudra” (14) – Perang Melawan Asia

Menjaga Dinasti Juara: Menakar Figur Suksesi KONI Surabaya

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Pak Harto (1): Mewarisi Ekonomi Bangkrut, Inflasi 600%

Novel “Imperium Tiga Samudra” (13) – Perang Senyap Mata Uang

Mencermati Komisi Reformasi Polri

Cinta, Kuasa, dan Kejatuhan: Kisah Gelap Yang Menyapu Ponorogo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (12) – Meja Baru Asia




คลินิกเสริมความงามJanuary 13, 2025 at 7:37 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-of-islam-37/ […]
pgslotJanuary 24, 2025 at 5:30 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-of-islam-37/ […]