Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-184)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-184)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

m.republik.co.id ……….. Kubur Khadijah istri Nabi Muhammad di pekuburan Mala Mekkah

2) Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abu Thalib, adalah anak abu Thalib yang pengasuhannya berada dalam tanggung jawab nabi Muhammad. Ketika Abu Thalib sedang dilanda krisis ekonomi, Muhammad mengajak pamannya yaitu Abbas bin Abdul Muthalib untuk membantu Abu Thalib dengan mengurangi beban hidup dengan menanggung anak anaknya. Nabi Muhammad menanggung dengan memungut Ali bin Abu Thalib, sedang Abbas memungut dan mengasuh Ja’far bin Abu Thalib.

Ibnu Ishaq mengkisahkan, ketika itu, nabi Muhammad masih menyembunyikan ke nabi annya. Saat itu, secara diam diam nabi Muhammad ke Syi’b tempatnya shalat ditemani Ali ibn Thalib. Nabi Muhammad menjadi imam shalatnya Ali. Dengan demikian, Ali telah
beriman kepada Allah dan nabi Muhammad. Telah beberapa kali hal itu dilakukan nabi Muhammad dan Ali, sehingga suatu saat, Abu Thalib memergoki kemenakan dan anaknya melakukan shalat.

Kemudian Abu Thalib bertanya tentang apa yang sedang dilakukan oleh kemenakan dan anaknya tersebut. Kemudian nabi Muhammad menceritakan bahwa dirinya telah diangkat menjadi rasul dan yang dilakukannya adalah ibadah yang benar dari agama Allah. Nabi Muhammad kemudian mengajak pamannya tersebut untuk mengikuti agama yang didakwahkannya tersebut. Namun Abu Thalib menolaknya. Ketika hal yang sama ditanyakan Abu Thalib kepada anaknya, Ali menjawab bahwa dia telah beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad serta menyatakan mengikuti ajaran agama Allah yang dibawa nabi Muhammad. Abu Thalib kemudian memberikan jawaban kepada Ali “Jika ia menyerumu pada kebaikan, maka ikutilah dia”.

Abu Thalib pernah bertemu dengan Bahira di Busra, yang darinya dia mengetahui bahwa kemenakannya itu akan menjadi orang yang membawa urusan yang besar. Mungkin Abu Thalib dengan melihat kemenakan dan anaknya melakukan shalat kemudian berfikir bahwa perkataan Bahira mulai menunjukkan kenyataannya.

Aburedza.wordpress.com Kubur Ali bin Abi Thalib di Najaf dekat Kuffa, Iraq. Kubur Ali berada di dalam masjid.

Ali bin Abu Thalib selalu menemani nabi Muhammad ketika menyampaikan dakwahnya. Ketika menghadapi keluarga besar mereka dari bani Hasyim, Ali adalah orang yang selalu membantu nabi Muhammad. Ali pada akhirnya dikenal sebagai orang cerdas, teguh, gudangnya ilmu dan kebijaksanaan sekaligus jago perang, dan menjadi khalifah ke empat.

Baca Juga:

3) Zaid bin Haritsah.

Zaid saat itu adalah anak adopsi Nabi Muhammad. Ayah kandungnya adalah Haritsah. Ketika bapaknya hendak menebusnya karena statusnya saat itu adalah budak, namun Zaid memilih tetap ikut Muhammad karena dia merasakan kasih sayang seorang ayah dari Muhammad. Zaid berselisih dengan ayahnya kemudian Muhammad mengangkat Zaid sebagai anaknya, menjadi ahli warisnya, yang dengan demikian Zaid telah menjadi orang merdeka dan lepas dari status budak. Zaid kemudian dipanggil Zaid bin Muhammad. Ayah dan keluarganya dengan ihlas menerima adopsi tersebut.

Dikisahkan bahwa Zaid beriman setelah Ali bin Abi Thalib. Namun suatu ketika hal ini dikoreksi melalui wahyu pada Qs al – Ahzab 37. Zaid adalah orang yang disebut namanya dalam Al – qur’an yang dengan demikian hal itu menjadi kasus yang penting, bahwa nasab seseorang tidak boleh diputuskan karena diangkat sebagai anak oleh orang lain. Zaid kemudian kembali kepada nama aslinya yaitu Zaid bin Haritsah.

Zaid menjadi pengikut setia nabi Muhammad hingga akhirnya meninggal Sahid dalam peperangan di Mu’tah.

cnnindonesia.com Maqam Zaid bin Haritsah, di Mu’tah, Yordania. Maqamnya berdekatan dengan maqam Ja’far bin Abi Thalib dan maqam Abdullah bin Ruwahah. Mereka meninggal sebagai Syuhada’.

9. Sahabat sahabat pertama yang beriman.

1) Abu Bakar bin Abu Quhafah.

Abu Bakar yang juga dikenal dengan nama Atiq adalah sahabat nabi Muhammad dalam berdagang. Dia sejak muda dikenal cerdas dan tidak percaya bahwa tuhannya adalah berhala berhala yang ada di sekitar Ka’bah. Namun ketidak percayaannya tersebut tidak sampai mengikuti kelompok Hanifiyah yang mencari tuhan yang sebenarnya. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang suka menolong orang yang dalam kesulitan, bahkan memerdekakan budak.

Sangat mungkin karena persahabatan dan karena kecerdasannya serta kepercayaannya kepada Muhammad, maka ketika Abu Bakar mendengarkan cerita nabi Muhammad bahwa dirinya telah bertemu malaikat Jibril, menerima wahyu dan diangkat menjadi rasul, Abu Bakar langsung percaya atas cerita nabi Muhammad. Kemudian ketika diminta bersyahadat langsung di ikutinya sehingga menjadi orang pertama yang beriman yang berasal dari luar keluarga nabi Muhammad.

(bersambung ……….. )

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K