Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-223)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-223)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Letak benteng bani Nadhir cukup jauh dengan masjid Nabawi. Mereka segera pergi dari tempat tersebut sebelum bani Nadhir mengetahui peristiwa kematian Ka’b, apa lagi mereka juga harus melewati perkampungan bani Yahudi lainnya, yaitu bani Quraidhah. Mereka tidak melewati jalan umum, namun akhirnya dapat menjumpai nabi Muhammad. Dilaporkannya semua peristiwa itu kepada nabi Muhammad dan kemudian nabi Muhammad membantu menyembuhkan temannya yang terluka, yaitu Al-Harits bin Aws bin Muadz. Setelah peristiwa tersebut, kaum Yahudi tidak bisa menuntut kematian Ka’b karena dia sendiri menerima tantangan tersebut.

Ibu Ishaq berkisah tentang Nabi Muhammad berkata kepada kaum Yahudi: “ Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kepada Allah yang bisa menurunkan hukuman seperti yang Dia turunkan kepada orang orang Qurays dan masuklah kalian ke dalam Islam, sebab kalian telah mengetahui bahwa aku adalah seorang Nabi yang diutus. Inilah perjanjian Allah kepada kalian, dan telah kalian temukan di dalam kitab kalian “.

Namun orang orang yahudi tidak mengindahkan peringatan nabi Muhammad, dan mereka menjawab seruan Rasulullah SAW dengan berkata : “ Wahai Muhammad, apa kau pikir kami ini sama dengan kaummu. Janganlah sekali-kali engkau tertipu karena engkau kini sedang berhadapan dengan kaum yang tidak paham tentang perang, sehingga dengan sangat gampang engkau bisa mengalahkan mereka. Demi Allah, jika kami memerangimu, pasti kau sadar bahwa kami adalah manusia yang sebenarnya “.

Kaum Yahudi tidak hanya mengingkari Muhammad sebagai rasul terakhir, namun mereka merasa sebagai kaum yang berderajat dan berpengetahuan lebih tinggi dari kaum nabi Muhammad, serta merasa lebih paham tentang perang dan lebih kuat dari kaum muslim. Mereka dengan pengetahuan dan kekuatannya merasa sanggup mengalahkan kaum muslim jika mereka terlibat peperangangan. Atas jawaban kaum yahudi tersebut, kemudian turun wahyu sebagaimana Qs Ali Imran 12 – 14.

Ibnu Hisyam berkisah, pada suatu ketika, ada wanita Arab membawa barang dagangannya ke pasar kaum Yahudi Qainuqa’. Wanita tersebut duduk di dekat orang Yahudi penjual emas dan perak. Kemudian ada beberapa orang Yahudi datang mendekati wanita tersebut dan meminta cadarnya disingkap agar kelihatan wajahnya. Namun wanita tersebut menolak permintaan itu. Ketika terjadi perdebatan antara orang Yahudi dan wanita arab tersebut, si penjual emas mengikat pakaian wanita tersebut ke punggungnya. Ketika wanita tersebut sudah tidak tahan dengan perdebatan dengan orang orang Yahudi tersebut kemudian berdiri hendak beranjak dari tempat tersebut. Namun karena pakaiannya terikat dengan punggung penjual emas tersebut membuat aurat wanita tersebut tersingkap. Hal itu membuat Wanita itu berteriak histeris dan malu. Sedang orang orang Yahudi disekitarnya tertawa terbahak bahak menyaksikan peristiwa tersebut.

muslimahtimes.com ilustrasi suasana pasar di Madinah.

Saat itu ada seorang muslim yang berada di dekat tempat tersebut yang memperhatikan keributan wanita Arab dengan orang Yahudi. Ketika dilihatnya wanita tersebut mendapat pelecehan seksual dari kaum Yahudi, orang Anshar tersebut menjadi tidak tahan, kemudian melompat ke penjual emas dan membunuh penjual emas tersebut. Orang orang Yahudi yang kaget melihat peristiwa tersebut segera mengepung lelaki Anshar tersebut dan kemudian membunuhnya pula. Pasar bani Qainuqa’ seketika itu pula ribut dan segera para pedagang disitu mengemasi barang dagangannya dan pergi dari pasar tersebut karena takut akan terjadi keributan lebih besar di pasar.

Saudara orang Anshar yang dibunuh di pasar tidak terima atas kejadian tersebut dan segera berteriak memanggil kaum muslimin. Mereka segera berkumpul membicarakan peristiwa tersebut dan akan menuntut balas atas kematian saudaranya. Sedang pimpinan bani Qaniuqa tidak berusaha menemui nabi Muhammad dan memohon keadilan pada Rasul. Mereka justru bertahan di benteng permukimannya yang di dalamnya telah terdapat perbekalan yang besar dan peralatan perang yang kuat. Bani Qainuqa’ yang merasa lebih kuat dari kaum muslim justru berniat menjadikan peristiwa tersebut untuk memberikan pelajaran pada kaum muslim.

Kabar tersebut akhirnya sampai pada nabi Muhammad yang kemudian berunding dengan para sahabat mengenai penetapan perkara bani Qainuqa. Benteng Qainuqa’ letaknya agak jauh dari pusat kota Madinah, arah selatan masjid Nabawi di utara benteng pemukiman bani Quraidzah di wadi Mahzur.

Belum ada tanda-tanda dari bani Qainuqa’ untuk mengajak berunding atau meminta keadilan nabi Muhammad. Mungkin bani Qainuqa’ berpikir bahwa syarat dari nabi Muhammad bukan sekedar masalah pelecehan seksual yang berakibat muncul kurban masing masing satu nyawa dari dua pihak.

Mereka mungkin lebih kuatir akan muncul syarat yang menyangkut masalah keimanan mereka sebagai landasan keadilan. Yang telah melakukan pelecehan seksual sudah meninggal, namun perbuatan orang yang telah meninggal tersebut menyenangkan kaumnya sehingga menjadikan peristiwa pelecehan tersebut menjadi bahan sendau gurau. Mereka sulit membayangkan keadilan yang bagaimana yang akan diberikan nabi Muhammad atas hal tersebut.

Bani Qainuqa’ kemudian malah bertemu dengan sekutunya dari suku Khazraj, yaitu Ubay bin Salul dan menyerahkan urusan mereka kepadanya. Setelah itu, Ubay bin Salul menemui nabi Muhammad dan meminta agar nabi Muhammad memberikan perlakuan yang baik pada sekutunya tersebut. Namun nabi Muhammad memalingkan mukanya. Melihat itu, Abdullah bin Ubay memasukkan tangannya ke saku baju besi nabi Muhammad.

Baca Juga:

Nabi Muhammad mukanya menjadi merah padam karena marahnya, dan beranjak pergi dari hadapan Ubay bin Salul. Namun Abdullah bin Ubay tetap bersikeras meminta komitmen nabi Muhammad agar memberikan perlakuan yang baik pada sekutunya sambil mengatakan bahwa sekutunya tersebut mempunyai kekuatan empat ratus orang pasukan tanpa baju besi dan tiga ratus orang berbaju besi yang melindunginya dari perbuatan orang orang berkulit merah dan orang-orang berkulit hitam, dan menganggap nabi Muhammad bermaksud hendak membunuh mereka dalam sekejap saja. Ubay bin Salul berkata seperti itu karena dirinya takut (Madinah) akan tertimpa mala petaka.

Ternyata Ubay bin Salul bersikeras sambil menyombongkan jumlah pasukan bani Qaniuqa’ yang jumlahnya lebih banyak dari kaum muslim pada perang Badr dengan perlengkapan perangnya yang lebih lengkap, sehingga sanggup mengalahkan kaum muslim dalam perang. Ketika nabi Muhammad tetap menolaknya, Ubay bin Salul kemudian menemui Ubadah bin Ash-Shamit sebagai sesama sekutu bani Qainuqa’. Ubay bin Salul hendak minta tolong padanya. Namun ternyata Ubadah mempunyai sikap yang berbeda dengan sikap Ubay bin Salul. Dia mengatakan bahwa tidak boleh orang yang telah membuat perjanjian kemudian menentang perjanjian yang mereka buat sendiri.

Ubadah bin Shamit kemudian menemui Rasulullah dan berkata: “ Wahai Rasulullah, aku memihak kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin. Dan aku berlepas diri dari persekutuan dengan mereka, tidak loyal kepada mereka. Dari peristiwa Ubay bin Salul dan Ubadah bin Ash-Shamit ini kemudian turun wahyu sebagaima Qs Al-Maidah 51 – 56. Tidak lama kemudian, nabi Muhammad juga menerima perintah sebagaimana wahyu pada Qs AlAnfal 56 – 62. Bani Qainuqa’ tidak berniat untuk berunding dengan nabi Muhammad, dan karena nabi Muhammad merasa mempunyai kekuatan yang memadai untuk melawan bani Qainuqa’, maka nabi Muhammad berniat menyerangnya.

Nabi Muhammad segera mengumpulkan kaum muslim Madinah dan mengumumkan akan berperang dengan bani Qainuqa’, dengan mengepung benteng mereka. Ternyata kaum muslim setelah beberapa bulan dari peristiwa kemenangan pada perang Badr jumlahnya telah berlipat dari sebelumnya. Sebelum berangkat melakukan pengepungan terhadap benteng bani Qainuqa, terlebih dahulu nabi Muhammad mengangkat Basyir bin Abdul Mundzir sebagai imam sementara di Madinah. Dengan demikian Nabi Muhammad telah memperkirakan penyelesaian masalah dengan bani Qainuqa’ membutuhkan waktu agak lama.

(bersambung ……………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. Bassetti Bettwäsche Sale - zu empfehlen?November 16, 2024 at 9:16 pm

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-223/ […]

  2. protein shakesDecember 4, 2024 at 8:34 am

    … [Trackback]

    […] There you will find 85436 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-223/ […]

  3. BAU DiyalaJanuary 3, 2025 at 12:12 am

    … [Trackback]

    […] There you will find 64274 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-223/ […]

Leave a Reply