Aktivis perdamaian AS Corrie tewas tertimpa buldoser Israel ketika mencoba mencegah pembongkaran rumah sebuah keluarga Palestina 21 tahun lalu.
YERUSALEM – Di Gaza selatan hari ini 21 tahun yang lalu, aktivis Amerika Rachel Corrie tewas tertimpa buldoser Israel yang ia coba hentikan agar tidak menghancurkan rumah sebuah keluarga Palestina.
Melalui aktivismenya di Gaza, Corrie membantu mengungkap banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina, dan menjadi simbol perjuangan Palestina.
Corrie, yang mengabdikan hidupnya untuk membela hak-hak warga Palestina, sangat terkejut dengan apa yang terjadi di bawah pendudukan Israel.
Dalam sebuah email kepada ibunya, Corrie menulis: “Sangat sulit bagi saya untuk memikirkan apa yang terjadi di sini ketika saya duduk untuk menulis surat kembali ke Amerika Serikat.”
Dia menambahkan: “Saya tidak tahu apakah banyak anak-anak di sini yang pernah hidup tanpa lubang peluru tank di dinding mereka dan menara tentara pendudukan yang terus-menerus mengamati mereka dari jarak dekat.
“Saya pikir, meskipun saya tidak sepenuhnya yakin, bahkan anak-anak terkecil pun memahami bahwa kehidupan tidak seperti ini di semua tempat.”
Investigasi Israel menyimpulkan bahwa kematiannya adalah sebuah kecelakaan, dan temuan ini tidak memuaskan baik orang tua Corrie, maupun banyak orang lain di seluruh dunia.
Pada tahun 2005, Craig dan Cindy Corrie mengajukan gugatan perdata terhadap Israel, dengan menyatakan bahwa dia dibunuh dengan sengaja atau bahwa tentara tersebut telah menunjukkan kelalaian kriminal. Mereka menuntut ganti rugi simbolis sebesar satu dolar AS.
Pengadilan Israel menolak gugatan tersebut pada tahun 2012, memutuskan bahwa pemerintah Israel tidak bertanggung jawab atas kematiannya.
Keputusan tersebut dikecam oleh organisasi hak asasi manusia, seperti Amnesty International dan Human Rights Watch, serta para aktivis.
Corrie sejak itu menjadi simbol perjuangan hak-hak Palestina.
Sebuah kapal bantuan Irlandia yang berangkat ke Gaza pada tahun 2010 diberi nama Rachel dan kisahnya telah diceritakan dalam beberapa film dokumenter tentang penderitaan warga Palestina.
Rachel Corrie
Pada hari Minggu 21 tahun lalu, wanita Amerika berusia 23 tahun dibunuh oleh buldoser Israel saat memprotes pembongkaran rumah-rumah warga Palestina di kota selatan Rafah di Jalur Gaza. Sejak itu, ia menjadi ikon solidaritas terhadap Palestina.
Lahir pada tanggal 10 April 1979, di Olympia, Washington, Rachel Corrie telah mengabdikan hidupnya untuk hak asasi manusia, khususnya membela hak-hak Palestina.
Pada tahun 2003, ia melakukan perjalanan ke Palestina untuk tugas kuliahnya di tahun terakhirnya — untuk menghubungkan kampung halamannya dengan Rafah, sebagai bagian dari proyek kota kembar.
Selama tinggal di sana, ia berinteraksi dengan anggota Gerakan Solidaritas Internasional, sebuah organisasi non-pemerintah pro-Palestina.
Di sana, pada tanggal 16 Maret, dia berdiri di depan buldoser Israel, melakukan protes damai untuk melindungi rumah sebuah keluarga Palestina dari pembongkaran.
Dia tewas terlindas ketika pengemudi buldoser menabraknya, menurut para saksi.
Warga Gaza menerima berita pembunuhannya dengan kesedihan dan kengerian, menggambarkannya sebagai seorang “martir” dan mengadakan pemakaman besar-besaran untuk aktivis Amerika tersebut.
Di dekat rumah yang diprotes Corrie untuk diselamatkan, warga Palestina mengadakan kejuaraan olahraga tahunan untuk mengenangnya.
Banyak film, drama, dan buku ditulis untuk mengenang Corrie, yang namanya diberikan kepada banyak sekolah, rumah sakit, dan anak-anak yang baru lahir di Palestina.
Surat-surat yang ditulis Corrie kepada keluarganya dari Palestina disusun dan diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Let Me Stand Alone.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perihal Donasi Soros Untuk Kampaye Zohran

Perubahan iklim akan berdampak parah pada ekonomi dan keamanan Belgia

Kemenangan Zohran Mamdani Bukan Simbolis Tapi Transformasional

Laporan rahasia AS menemukan ‘ratusan’ potensi pelanggaran hak asasi manusia Israel di Gaza

Prancis dan Spanyol menuntut pembatasan hak veto PBB untuk memastikan keadilan di Gaza

Mesir sepakat dengan Iran, AS, dan IAEA untuk melanjutkan perundingan guna menemukan solusi bagi isu nuklir Iran

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mencalonkan diri sebagai Sekretaris Jenderal PBB

Laporan PBB: Sebagian besar negara gagal dalam rencana iklim yang diperbarui

Rencana Tersembunyi Merobohkan Masjidil Aqsa, Klaim Zionis Menggali Kuil Sulaiman, Bohong!

Umat Islam Jangan Diam, Israel Mulai Menjalankan Rencana Jahatnya: Merobohkan Masjid Al Aqsa



No Responses